Penaklukkan Konstantinopel (4): Penaklukkan oleh Al-Fatih


Setelah gugurnya Abu Ayyub Al-Anshari, penyerbuan terhadap Konstatinopel terus datang silih berganti. 

Pada masa Bani Umayyah, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mengerahkan tak kurang dari 20.000 tentara dan seratus kapal untuk menaklukkan Konstatinopel. Ini terjadi pada Tahun 98 H/ 717 M. Pengepungan ini berlangsung selama berbulan-bulan dengan keadaan pasukan yang semakin hari semakin kritis karena keinginan kuat sang Khalifah untuk menaklukkan Konstatinopel.

Usaha itu tak membuahkan hasil apalagi dengan suhu dingin yang ekstrim. Akhirnya pasukan yang nyaris sekarat itu ditarik mundur oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sebagai pengganti Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik yang wafat ketika pasukan masih berada di medan perang.

Setelah Dinasti Umayyah runtuh dan digantikan kekhalifan bani Abbasiyah usaha untuk menaklukkan Kontatinopel terus berlanjut. Pada tahun 819 M, Khalifah Harun Al-Rasyid sempat membuat Byzantium bergolak. 

Begitu juga pada tahun 464 H / 1070 M, pasukan Muslimin di bawah bendera Sulhan Alib Arsalan yang berjumlah 15 ribu pasukan berhasil mengalahkan 200 ribu tentara kekaisaran Romawi. Ini adalah kemenangan penting dan mampu melemahkan pengaruh Romawi Timur di Asia kecil yang tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Romawi Timur.

Dan setelah Bani Abbasiyah di Baghdad runtuh dan digantikan Bani Utsmaniyyah, kota demi kota di Asia Kecil berhasil direbut. Bahkan pelan namun pasti daratan Eropa berhasil dibuka. 

Dan puncaknya pada Kamis 26 Robiul Awal 857 H bertepatan dengan 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama 150 ribu pasukan dan 400 kapal perang mengepung Konstatinopel. Kaisar Constantine XI Paleologus, penguasa Romawi saat itu, melakukan berbagai tawaran negoisasi untuk menyelematkan kedudukannya. Akan tetapi Sultan Muhammad II menolak semuanya. Bahkan ia memberi saran agar Konstatinopel diserahkan saja secara damai pada Khilafah Utsmaniyah tanpa pertumpahan darah. 

Sultan Muhammad II menulis surat pada Kisar Constantine XI Paleologus bahwa ia akan memberikan perlindungan kepada kaisar, keluarganya, dan seluruh penduduk Konstatinopel. Mereka boleh memilih tinggal di kota itu dengan membayar Jizyah (upeti) atau keluar sama-sama akan mendapat perlindungan. 

Kaisar Constantine XI membalas surat itu dan mengatakan bahwa ia akan melindungi Konstantinopel hingga hembusan napas terakhir. Jika ia tak dapat menjaganya ia memilih dikubur di bawah pagar kota itu. 

Maka pada Ahad 18 Jumadil Ula 857 H atau 27 Mei 1453 Sultan Muhammad II memerintahkan seluruh pasukan agar mendekatkan diri pada Allah, mensucikan diri dan menjauhi segala maksiat serta menambah amal ibadah dan bersungguh berdoa kepada Allah agar diberi kemenangan.

Pada 28 Mei 1453, Sultan Muhammad II memastikan bahwa seluruh pasukannya siap merebut Konstantinopel.  Sang Sultan melakukan inspeksi yang sangat detail lalu ia memanggil seluruh komandan militer dan menyampaikan amanatnya.

“Jika penaklukan Konstantinopel ini terwujud melalui tangan kita, maka terbuktilah salah satu hadits Nabi dan kita adalah termasuk dalam golongan yang beruntung karena mendapatkan kemuliaan yang ada dalam hadits itu. Maka sampaikan pada tentara kita bahwa kemanangan yang kita raih akan menambah keagungan Islam. Setiap tentara harus mengamalkan syariat dan meletakkannya di depan mata. Jangan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat. Jangan mengganggu gereja dan tempat ibadah lain. Jangan ganggu pendeta, wanita, anak-anak dan orang-orang lemah.”

Dan sejarah mencatat peristiwa detik-detik prestisius itu. Pada pukul 01.00 dinihari, selasa 20 Jumadil Ula atau 29 Mei 1453, setelah salat tahajud, Sultan Muhammad II memberi komando serangan umum atas Konstantinopel. Pertempuran sengit berkecamuk. Teriakan takbir menggema melecut semangat pasukan muslim. Sultan Muhammad II berhadapan langsung dengan Kaisar Constantine XI Paleologus dan berhasil menumbangkan penguasa Romawi itu.

Tidak sampai tengah hari, pasukan Islam berhasil mengibarkan bendera kemenangan di bumi Konstantinopel. Sujud syukur dan teriakan takbir terus menggema memenuhi udara Konstantinopel.
Lalu melalui gerbang Andrianopolis, Sultan Muhammad II memasuki Konstantinopel. Memberikan pengampunan dan kebebasan pada penduduk sipil yang bersembunyi di gereja Hagia Sophia. Setelah itu, Sultan memerintahkan kepada tentara Romawi yang tersisa untuk mengubur Kaisar mereka yang tewas dengan layak dan terhormat.

Sultan membangun kembali Konstantinopel dengan lebih indah dan memberinya nama Islambul yang berarti Islam secara penuh. Lama kelamaan Islambul menjadi Istanbul. Sultan Muhammad II menjadikan Istanbul sebagai ibukota kekhalifahan Utsmaniyah. Istana Topkapi adalah Istana indah yang dibangun sultan Muhammad II sebagai syiar dan lambang kedaulatan Islam. Sampai sekarang Istana itu masih berdiri megah.

Strategi yang digunakan Sultan Muhammad II

Karena keberhasilannya itu, sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih, sang penakluk.

Selama limapuluh hari pengepungan (6 April 1453- 29 Mei 1453) itu, al-Fatih telah mencoba berbagai rencana strategi yang telah dirancang jauh-jauh hari. 

Pertama, pengepungan secara ofensif di depan termbok Konstantinopel dan menyerang dengan dua meriam raksasa yang dibuat secara khusus dengan mendatangkan ahli senjata berkebangsaan Romawi bernama Orban. Selain Meriam, pasukan kaum muslimin juga menggunakan Trebuset, sejenis senjata yang menggunakan pemberat untuk melempar bola api. (Lihat gambar)

Namun pengepungan cara ini gagal total. Tembok Konstatinopel yang tingginya mencapai 10 meter dengan tebal dua meter dan berlapis sulit untuk ditembus.


Dua jenis senjata yang dgunakan PAsykan Al-Fatih. Kiri: Meriam raksasa. Kanan: Trebuset

Pengepungan dari arah depan (tembok Konstantinopel)


Kedua, yaitu membuat terowongan bawah tanah dengan tujuan bisa memasuki kota Konstantinopel melaui jalur bawah tanah. Cara ini juga gagal, karena fondasi tembok Koanstantinopel juga kuat menghujam di tanah.

Ketiga, yaitu mendorong kapal laut melalui bukit Galata supaya bisa memasuki teluk Golden Horn pada tengah malam ketika pasukan Romawi sedang tidur. Cara ini adalah cara yang paling memungkinkan untuk menyerang Konstatinpel dari dua arah. Cara ini dulu pernah dilakukan pasukan Pangeran Kiev, tapi gagal. Dan kini diadopsi dengan lebih baik oleh Sultan Muhammad II. 

Pasukan Muslim menebangi pepohonan di bukit Galata. Gelondongan kayu itu lalu dilumuri lemak hewan supaya licin untuk digunakan sebagai roda guna mendorong kapal melewati bukit.  Pagi harinya tentara Romawi kaget melihat 70 kapal pasukan telah berada di teluk Golden Horn. Mereka bertanya-tanya, Bagaimana bisa? Bukankah di mulut teluk terdapat rantai raksasa? Kapal mana pun akan hancur bila nekat melewatinya.

Cara ini sukses membuat perhatian tentara Romawi terpecah karena mereka harus membagi penjagaan menjadi dua yaitu menjaga tembok di depan dan  teluk Golden Horn di belakang. Ketika pasukan Romawi semakin kelabakan dan lengah, keluarlah ratusan pasukan Islam dari 70 kapal dengan semangat tak takut mati. Penaklukkan pun dalam genggaman. Apalagi dari arah depan, pasukan muslim menembakkan meriam pada satu titik sehingga menghasilkan lubang besar pada tembok Kosntantinopel. Melalui lubang besar itu, pasukan muslim menerobos masuk ke dalam kota.

Pengepungan dari dua arah. Arah depan (Tembok Konstantinopel) dan arah belakang melalui teluk Golden Horn. Pada gambar, terlihat pasukan Islam mendorong kapal dari selat Bhosporus  mendaki bukit Galata supaya bisa memasuki teluk Golden Horn


Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Khalifah Utsmaniyah, maka pelan tapi pasti negeri-negeri Eropa utamanya di semenanjung Balkan (Bulgaria, Yunani, Albania, Rumania, Serbia herzegovina, Bosnia) bahkan sampai di Wina Austria, masuk dalam pangkuan kekhalifahan Islam Utsmaniyah.

Sumber gambar: Muhamad Al-Fatih jilid 3, Handi Satria, Penerbit Salsabila 

Artikel terkait
(1) Sejarah Konstantinopel 

(2) Ramalan Heraclius dan Dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar 

(3) Abu Ayyub Al- Anshari Sang Mujahid Agung 

Comments