Saya Menulis Untuk Anak Cucu ( Mengapa Saya Menulis )

Saya Menulis Untuk Anak Cucu ( Mengapa Saya Menulis)

Menulis adalah kegiatan yang sudah tak asing lagi bagi saya dan semua orang terutama yang pernah makan bangku sekolah :). Betul tidak? betul ajalah. Entah menulis catatan pelajaran, menulis PR, menulis tugas, menulis puisi iseng di halaman belakang buku catatan, ini saya banget namun sekarang saya sesali kenapa waktu itu iseng aja coba kalau diseriusi pasti sudah bisa nerbitin buku kumpulan puisi :) , atau bahkan menulis contekan :) eits kalau yang ini jangan sampai ya.

Beranjak usia, saya semakin faham bahwa kegiatan menulis adalah bukan sekedar seperti yang saya sebutkan diatas. Namun menulis adalah menuangkan ide atau gagasan yang ada di kepala kita. Ide atau gagasan apa saja, termasuk tentang hal-hal remehtemeh dalam kehidupan sehari-hari. Ide-ide atau gagasan-gagasan tersebut bila tidak segera ditulis bisa menguap begitu saja.

Menulis, kalau boleh meminjam frasa pak Pramodya Ananta Toer, adalah bekerja pada keabadian. Ini saya amini. Kenapa? Contoh kecil saja, suatu saat saya bereksperimen memasak soto. Ternyata lezat sekali soto saya ini, segera saya catat bahan-bahan dan cara memasak yang tadi saya pakai sehingga bisa menghasilkan soto yang lezat ini.
Catatan resep ini suatu saat akan saya buka kembali jika saya ingin membuat soto yang enak seperti ini. Atau mungkin bisa saja catatan resep soto yang lezat yang saya tulis ini digunakan oleh anak cucu saya kelak sebagai resep warisan leluhur. Inilah yang dimaksud bekerja pada keabadian yang saya pahami secara sederhana.

Kini, ketika telah menjadi bunda dan fasilitas menulis sudah semakin mudah dengan adanya facebook, adanya blog dan media sosial lain, didukung  teknologi android yang semakin canggih saja, saya merasa semakin bergairah menulis. Menjadi bunda dengan empat anak dengan pribadi unik dan berbeda-beda melahirkan ide berlimpah, meski tidak semua berhasil saya tuangkan dalam sebuah tulisan.

Bagi saya pribadi, menulis adalah merekam jejak dan menularkan ide. Dan yang terpenting juga, sebagai pengisi dan pengasah akal dan hati nurani, karena dengan menulis menjadikan kita harus banyak membaca, baik membaca buku juga "membaca" lingkungan sekitar.

Apakah saya terbersit kelak ingin menjadi penulis dengan buku-buku yang laris ? Meski saya hanyalah bunda yang kegiatannya full dirumah saja, tetap ada keinginan kesana. Menjadi penulis dengan bukunya yang laris sama artinya dengan mendulang rupiah kan ya? siapa juga yang tidak tergiur dengan rupiah. Rupiah atau juga harta itu adalah urat nadi hidup, pokoknya singkat kata hidup itu pasti memerlukan harta.
Tapi cita-cita menjadi penulis terkenal itu nanti saja. Dipikir sambil terus menulis. Menulis yang baik-baik, entah ada yang membaca atau tidak, yang penting menulis. Saya yakin saja kelak anak cucu yang akan membaca tulisan-tulisan saya hehehe.

Malang, 3 Oktober 2016

Bunda Farhanah

#onedayonepost

Comments

  1. Setuju... Menulis saja, agar cucu kita tahu bahwa kita dulu suka menulis....

    ReplyDelete
  2. Kadang ketika diam, ada banyaaaak sekali kata2 indah, ide, rencana, dan segala macam muncul di benak saya, tapi ketika didepan komputer kenapa semua yang tadi mengalir indah di kepala seakan hilang ya bun? *curcolseorangbundayangsedangnyusuntesis

    ReplyDelete
  3. Kadang ketika diam, ada banyaaaak sekali kata2 indah, ide, rencana, dan segala macam muncul di benak saya, tapi ketika didepan komputer kenapa semua yang tadi mengalir indah di kepala seakan hilang ya bun? *curcolseorangbundayangsedangnyusuntesis

    ReplyDelete

Post a Comment