Masjid-masjid Bersejarah Di Indonesia (1): Masjid, Sebuah Ulasan Singkat

Bila ingin mengetahui sejarah perkembangan Islam di Indonesia, salah satunya adalah dengan melihat bangunan bernama masjid. Sebagai bangsa dengan mayoritas muslim tentu banyak sekali masjid-masjid bersejarah di negara kita. Namun sebelum membahas tentang masjid bersejarah di Indonesia ada baiknya kita meninjau kembali apa itu masjid, sebuah bangunan yang sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai seorang muslim.

Jika di tinjau secara etimologi ( ilmu yang mempelajari asal-usul kata) masjid berasal dari bahasa arab yaitu dari kata sajada-sujud, masjad/masjid. Sujud memiliki arti taat, patuh, dan tunduk dengan hormat. Makna sujud ini, jika diekspresikan secara lahiriah adalah meletakkan dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi. Jadi secara sederhana bisa disimpulkan bahwa masjid adalah tempat untuk bersujud.
Dan secara selaras Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online mendefinisikan bahwa masjid adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang umat islam.


Catatan singkat:
Sebenarnya kalau kita berbicara tentang gedung yang disitilahkan sebagai masjid di dalam agama islam, maka pengertian sebagai tempat sembahyang / sujud saja bisa dikatakan tidak sepenuhnya benar. Bukankah Tuhan telah menjadikan seluruh jagat ini adalah masjid, tempat sujud atau sembahyang, apakah bedanya seluruh bumi sebagai masjid dan gedung sebagai masjid? 
Baginda Nabi SAW dawuh bahwa " seluruh jagad telah dijadikan bagiku masjid (tempat sujud) " (HR Bukhari) adalah maksudnya bahwa sujud kepada Tuhan tidak terikat pada tempat. Maka seluruh jagad adalah masjid bagi seorang muslim, dimanapun berada di sawah, di gunung, di hutan, di kendaraan jika waktu sholat telah tiba maka sholatlah, setelah bersuci tentunya. Dengan hadits itu baginda Nabi SAW menyatakan bahwa dalam menunaikan kewajiban menyembah Tuhan, Muslim tidak terikat oleh ruang.


Bisa dikatakan bahwa masjid adalah bangunan utama bagi umat islam. Disebut bangunan utama karena selain untuk tempat beribadah masjid juga digunakan sebagai tempat syiar islam, tempat penddikan khususnya ilmu-ilmu agama, tempat pengayaan kebudayaan islam dan juga sebagai benteng pertahanan umat islam.

Peristiwa pendirian masjid yang pertama kali memberikan kepada kita makna sesungguhnya dari istilah masjid adalah pembangunan masjid oleh Baginda Nabi SAW di Quba, sebuah daerah di tenggara, 5 km dari Madinah. Jadi setelah 12 tahun melaksanakan tugas kerasulan di Makkah, Baginda Nabi SAW di perintah oleh Allah SWT untuk hijrah ke Madinah. Dan ketika menginjakkan kaki di daerah hijrah, pertama yang dilakukan Baginda Nabi SAW bukan membangun benteng perang bukan pula pasar  namun membangun masjid yaitu masjid Quba.
Pun demikian ketika membangun masjid kedua setelah masjid Quba, di tengah kota Madinah yang di kenal dengan sebutan Masjid Nabawi. Baginda Nabi SAW mendahulukan untuk membangun masjid Nabawi, baru kemudian membangun bilik-bilik untuk beliau dan keluarganya. Selama masjid Nabawi dan bilik beliau belum selesai di bangun, Baginda Nabi SAW tinggal di rumah shahabat yang bernama Abu Ayyub al-Anshari.


Catatan singkat:
Masjid Quba dan masjid Nabawi adalah dua masjid penting dalam sejarah islam yang  terletak di kota Madinah. Kedua masjid tersebut memiliki keutamaan masing-masing.


Tentu ada alasan mengapa Baginda Nabi SAW mendahulukan membangun masjid. Tak lain adalah karena dengan adanya masjid maka mudah bagi Baginda Nabi SAW untuk membangun masyarakat Islam. Bila di tilik, peristiwa hijrahnya Baginda Nabi SAW adalah sebuah taktik atau strategi demi majunya islam. Di periode Makkah, perkembangan islam bisa di bilang lambat, karena tekanan kafir Quraysi yang sangat kuat dan giat. Nah di periode Madinah ini Baginda Nabi SAW lebih leluasa mengajarkan, menyiarkan dan menyebarkan islam ke seantero dunia.

Di periode Makkah, tugas Baginda Nabi SAW hanya berlaku sebagai Rasul, dengan perantaraan wahyu-wahyu yang disalurkan Malaikat Jibril dari Allah SWT. Sedangkan di periode Madinah, tugas Baginda Nabi SAW sudah lebih luas. Beliau tidak saja sebagai perantara manusia dengan Tuhan, tetapi berdiri sebagai suatu kekuasaan di atas masyarakat muslim, kekuasaan mengatur, membuat undang-undang dan memerintah menurut petunjuk dari Allah. Dari masjid Nabawi-lah Baginda Nabi SAW mendidik, membina dan membangun ummat untuk menjadi masyarakat islam. Mulai dari sholat wajib berjamaah, majelis-majelis ilmu yang di pimpin oleh Baginda Nabi SAW, dan juga menyusun strategi-strategi perang. Dari masjid Nabawi pula Baginda Nabi SAW  membina sebuah negara yang tumbuh semerbak sejak peristiwa hijrah.  Ayat-ayat madaniyah yang turun pada periode Madinah pun lebih pada memberi penerangan dan penjelasan bagaimana seorang muslim harus hidup, bagaimana mesti berperilaku dan berhubungan antara sesama muslim atau non muslim. Kesemuanya itu menumbuhkan kebudayaan yang bersifat islam.

Jadi bisa disimpulkan bahwa benarlah jika masjid, sebagaimana telah dicontohkan Baginda Nabi SAW dan para sahabat, adalah bangunan utama umat islam. Sebuah bangunan yang tidak hanya sebagai tempat peribadatan saja namun tempat di mana komunitas islam bermula dan terbentuk.

Terakhir saya ingin mengutip frasa dari Buya Hamka yaitu : Kalau hendak memulai masyarakat islam yang sebenarnya bukanlah dari luar di bawa ke masjid, melainkan dari masjid memancar keluar, apatah lagi contoh demikian itu telah dimulai Nabi SAW sendiri, yang seketika beliau sampai di Madinah, dalam hijrah besar yang menentukan hari depan islam itu, perintah beliau yang mula-mula adalah mendirikan masjid tempat berjema'ah.

Dan teriring doa semoga saya sekeluarga juga panjenengan sekeluarga beserta anak cucu menjadi pribadi-pribadi yang mencintai dan memakmurkan masjid.  Amin


Wallahua'lam

Malang, 12 November 2016


Bunda Farhanah



Daftar Pustaka:

Abazhah, Nizar, Bilik-bilik Cinta Muhammad, Zaman,Bandung, 2010

Abazhah, Nizar, Sekolah Cinta Rasulullah, Zaman, Bandung, 2009

Baqir Zein, Abdul, Masjid-masjid Bersejarah Di Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta, 1999

Gazalba, Sidi, Mesjid Pusat Peribadatan Dan Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1994



#onedayonepost
#artikel/inspiratif





Comments

Post a Comment