Masjid Madegan adalah sebuah masjid yang terletak di kota Sampang, kota kelahiran saya. Sampang adalah sebuah kota kecil yang terletak di pulau garam Madura propinsi Jawa Timur. Sengaja saya ulas khusus di sini karena selain termasuk salah satu masjid tua, masjid ini oleh penduduk setempat ini juga dipercayai memiliki karomah tertentu sehingga sampai pada medio tahun 90-an sering digunakan sebagai arena sumpah pocong. Namun sayang karena kurangnya referensi, saya kesulitan menampilkan banyak foto tentang masjid Madegan ini. Mungkin suatu saat bila berkunjung ke Sampang, saya akan menyempatkan mampir ke masjid bersejarah ini dan mengambil beberapa foto. InshaAllah.
Sejarah pendirian masjid ini ada dua versi.
Sumber pertama menyebutkan masjid Madegan didirikan oleh Ario Langgar, seorang raja atau sultan yang berkuasa di Sampang waktu itu. Ario Langgar adalah cucu dari Lembupeteng, yang merupakan salah satu putra Raja terakhir kerajaan Majapahit dari pernikahannya dengan seorang putri Campa ( sekarang Kamboja). Lembupeteng ini lalu berguru pada Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Surabaya dan meninggal di sana.
Sumber lain menyebutkan, masjid yang terletak di pinggiran kota Sampang ini, tepatnya di jalan Mangkubumi kelurahan Polagan kecamatan Sampang, di bangun pada masa pemerintahan Cakradiningrat IV yang berasal-usul pada Ratu Ebu di Bangkalan. Sedangkan Ratu Ebu adalah putri dari Sunan Giri yang dinikahi Raden Praseno atau Cakradiningrat I, penguasa tanah Madura yang pertama kali menggunakan asas Islam dalam pemerintahannya.
Meskipun belum diketahui secara pasti siapa yang mendirikan dan kapan berdirinya, namun tak dapat dipungkiri, masjid ini di bangun oleh raja yang berkuasa di Sampang waktu itu, bukan masjid tiban ( yang berdiri dalam waktu singkat) seperti yang diyakini sebagian masyarakat setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sisa gapura yang masih berdiri kokoh di samping kiri masjid. Di gapura tersebut terdapat relief naga yang terkena panah sampai ke ekornya, menurut pakar sejarah kemungkinan besar relief tersebut menunjukkan tahun pendirian masjid yaitu sekitar tahun 1546 caka atau 1624 M. Namun sayang relief tersebut kini semakin memudar termakan usia.
Bukti lain yang memberikan petunjuk bahwa masjid ini didirikan oleh raja Sampang adalah terdapatnya pemakaman raja-raja di sekeliling masjid. Kemudian di belakang masjid terdapat congkop ( bangunan yang berisi beberapa makam) yang didalamnya terdapàt makam raja-raja dan keturunannya.
Bukti lain yang memberikan petunjuk bahwa masjid ini didirikan oleh raja Sampang adalah terdapatnya pemakaman raja-raja di sekeliling masjid. Kemudian di belakang masjid terdapat congkop ( bangunan yang berisi beberapa makam) yang didalamnya terdapàt makam raja-raja dan keturunannya.
Sedangkan di samping kiri terdapat pula bangunan serupa yang didalamnya di semayamkan Raden Baharuddin yang juga masih keturunan Ratu ibu.
Dan salah satu Gubernur Jawa Timur yaitu Moh. Noer adalah salah satu keturunan dari Ratu Ebu ini.
Dilihat dari fisik bagunan, seperti umumnya masjid-masjid tua di Nusantara, kubah masjid Madegan berbentuk limas bersusun tiga. Sebelum di pugar atap kubah tersusun dari ilalang, namun sekarang setelah dipugar atap kubah terbuat dari genteng, namun hal ini tidak merubah keaslian masjid ini. Pun demikian dengan empat pilar penyangga utama masih tetap berdiri kokoh meski telah berusia ratusan tahun. Konon pilar penyangga ini didatangkan dari Demak.
Di halaman masjid terdapat lima buah pohon sawo yang besar dan rindang yang menyimbolkan tentang 5 rukun islam. Juga terdapat sumur tua yang konon airnya masih menyumber hingga kini.
Adanya komplek pemakaman tua yang dikelilingi pohon besar yang rindang di halaman masjid memang menyebabkan bulu kuduk sedikit merinding ketika kita memasuki areal masjid ini. Mungkin inilah salah satu faktor yang menyebabkan masjid tua ini pernah dijadikan arena sumpah pocong.
Namun demikian, dengan segala berita tentang seputar keangkeran atau lebih tepatnya kekeramatannya, masjid ini tetap menjalankan fumgsinya sebagai tempat peribadatan dan syiar agama. Bahkan ada rutinan yang tetap terpelihara hingga kini yaitu pembacaan atau khotmil Qur'an di setiap kamis malam.
Malang, 16 November 2016
Bunda Farhanah
#onedayonepost
#artikel/inspirasi
Dilihat dari fisik bagunan, seperti umumnya masjid-masjid tua di Nusantara, kubah masjid Madegan berbentuk limas bersusun tiga. Sebelum di pugar atap kubah tersusun dari ilalang, namun sekarang setelah dipugar atap kubah terbuat dari genteng, namun hal ini tidak merubah keaslian masjid ini. Pun demikian dengan empat pilar penyangga utama masih tetap berdiri kokoh meski telah berusia ratusan tahun. Konon pilar penyangga ini didatangkan dari Demak.
Di halaman masjid terdapat lima buah pohon sawo yang besar dan rindang yang menyimbolkan tentang 5 rukun islam. Juga terdapat sumur tua yang konon airnya masih menyumber hingga kini.
Adanya komplek pemakaman tua yang dikelilingi pohon besar yang rindang di halaman masjid memang menyebabkan bulu kuduk sedikit merinding ketika kita memasuki areal masjid ini. Mungkin inilah salah satu faktor yang menyebabkan masjid tua ini pernah dijadikan arena sumpah pocong.
Namun demikian, dengan segala berita tentang seputar keangkeran atau lebih tepatnya kekeramatannya, masjid ini tetap menjalankan fumgsinya sebagai tempat peribadatan dan syiar agama. Bahkan ada rutinan yang tetap terpelihara hingga kini yaitu pembacaan atau khotmil Qur'an di setiap kamis malam.
Menara masjd dari kejauhan |
Pendopo ini adalah bangunan baru yang didirikan untuk peziarah. Di dalamnya terdapat makam beberapa Raja Sampang |
Gapura tua (yang masih) bercorak Hindu sebagai pintu masuk menuju areal pemakaman tua. Di pemakaman ini ada makam Ratu Ibu |
Malang, 16 November 2016
Bunda Farhanah
#onedayonepost
#artikel/inspirasi
nice post, bunda
ReplyDeletemakasih moga manfaat
ReplyDeleteManfaat bgt mba. Nambah pengtahuan
ReplyDelete