Membahas satu kata yang disebut cinta memang tidak ada habisnya. Telah berbuih-buih kata ditulis, namun seakan-akan tak pernah cukup untuk mengartikannya.
Perasaan berbunga-bunga sepasang pengantin baru yang sedang dimabuk asmara. Ini cinta.
Seorang ayah yang dengan tulus berjerih demi nafkah keluarga. Ini cinta.
Seorang ibu yang mengandung, menyusui dan merawat putra-putri tanpa lelah dan mengharap balasan. Ini cinta.
Seorang guru, ustadz, ustadzah, kyai, bu nyai atau dosen, yang mendidik dan mengajar anak didik dengan harapan supaya mereka tercerahkan dan menjadi orang yang berilmu serta bermanfaat. Ini cinta.
Seorang penuntut ilmu yang dengan tekun membaca, menelaah dan menulis apa- apa yang telah didapat dari sang guru. Ini cinta.
Seorang profesional ( dokter, insinyur, penata rias, penjahit dsb) yang dengan penuh integritas dalam menunaikan pekerjaannya supaya mendapat hasil terbaik. Ini cinta.
Seorang petani yang dengan tabah menyemai bibit padi, lalu menanamnya, menyiangi, merawat dan menunggu padi hingga siap dipanen selama satu musim. Ini cinta.
Seorang muslim mengimani dan merindui Kanjeng Nabi SAW padahal tak pernah berjumpa dan berjarak berabad-abad. Ini cinta, cinta yang istimewa tentunya, karena menembus ruang dan waktu.
Dan seterusnya...
Begitu luas arti cinta, sehingga tak cukup rasanya menjabarkan satu persatu.
Cinta adalah bahasa universal, bahasa yang melingkupi dan dimaklumi oleh semesta. Sejatinya, seperti kata para arifbillah, cinta adalah dasar dari penciptaan semesta oleh Sang Maha Cinta, termasuk manusia.
Maka berbahagialah manusia yang bisa merawat dan menyuburkan cinta di dalam dadanya, sebagai "warisan" dari Sang Maha Rahim. Karena hanya manusia yang memiliki cintalah yang bisa welas asih terhadap manusia lain, menebar kebaikan kepada sekitar dan memanusiakan manusia.
Semoga kita termasuk manusia-manusia yang mampu merawat dan menyuburkan cinta di dalam dada. Amin. Inshaallah.
Malang, 4 September 2016
Bunda Farhanah
#onedayonepost
Amiin...allohumma amiin
ReplyDelete