Bagi Umat Islam, termasuk di Madura, bulan Rabiul Awal selalu ditunggu-tunggu. Bulan ini disebut juga sebagai bulan Maulid karena di bulan inilah kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
Mereka memperingati momen ini dengan suka cita. Hal ini disebabkan
kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah rahmat dan anugerah bagi semesta alam. Bergembira
akan kelahiran Nabi adalah perintah Allah sebagaimana tercantum dalam QS. Yunus
58 yang artinya: "Katakan lah (Nabi Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan
rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang
mereka kumpulkan'." Mengutip penafsiran para ulama, QS. Yunus 58 bermakna:
karunia Allah adalah agama Islam dan rahmat terbesar dari Allah untuk umat-Nya
adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau SAW diutus ke muka bumi sebagai rahmat untuk
seluruh alam.
Dalil lain yang
menguatkan tentang kesyukuran akan kehadiran Nabi Muhammad SAW adalah riwayat
tentang Abu Lahab (disebutkan dalam Kitab Sahih Bukhari) yang diringankan siksanya
setiap hari Senin karena senang akan kelahiran Nabi. Abu Lahab adalah penentang
dakwah Islam nomor wahid, dan dalam Alquran sudah jelas-jelas desebut sebagai penghuni
neraka. Namun Allah dengan rahman rahimNya, meringankan siksa Abu Lahab tiap
hari Senin, berkat kegembiraan dedengkot kafir Quraisy itu akan kelahiran bayi Muhammad.
Cara gembira Abu Lahab pun tak tanggung-tanggung. Ia bersedekah makanan dan
membebaskan salah satu budaknya yang bernama Tsuwaibah. Tsuwaibah ini kemudian
menjadi ibu susu bayi Muhammad, selain Ibu Halimatus Sakdiyah.
Bila Abu Lahab
saja yang jelas-jelas kafir, Allah ringankan siksanya setiap hari Senin berkat
kegembiraan akan kelahiran Muhammad Al-Musthofa, manusia yang Allah pilih untuk
menyampaikan risalah tauhid, bagaimanalah umat Islam yang beriman dan bergembira?
Tentu akan mendapat surga dan syafaat Nabi di dunia dan akhirat.
Maka, tak heran
jika kemudian umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Madura bergembira di bulan
Maulid. Meski cara yang dilakukan oleh
umat Islam dalam memperingati Maulid
Nabi, berbeda-beda di masing-masing daerah, namun tetap ada persamaan. Yaitu membaca
Alquran, bersholawat, membaca sejarah Nabi, tausiah, membaca doa dan sedekah
makanan. Mengutip dari kitab Al-Hawi Lilfatawi karya Imam Jalaluddin
As-Suyuthi, peringatan Maulid yang diisi dengan kegiatan-kegiatan yang disunnahkan,
seperti membaca Al-Quran, bersholawat, mendengarkan sejarah Nabi dan ditutup
dengan menikmati sedekah makanan yang tersedia adalah boleh dan mendapat pahala
karena mengagungkan Nabi Muhammad SAW, dan menunjukkan kebahagiaan atas
kehadiran beliau SAW.
Aku memperhatikan bahwa peringatan Maulid di Madura dilaksanakan dengan penuh
kegembiraan. Di masjid-masjid, musala-musala dan di rumah-rumah selama sebulan
penuh. Semua bergembira, semua bersholawat, semua bersedekah, semua mendapat
sedekah, semua kecipratan berkah. Semoga mendapat syafaat Nabi Muhammad.
Di media sosial ramai
pula video diunggah yang menunjukkkan bagaimana umat Islam di Madura tidak pelit
bersedekah maulid, yang mereka sebut berkat (bingkisan). Ada yang memberi berkat ember berisi beras dan
sembako, ada yang lemari berisi sembako, ada yang kursi yang diikat dengan
berbagai sembako. Macam-macam pokoknya. Yang menerima berkat, jelas senangnya.
Doa-doa pun dilangitkan semoga si pemberi berkat dilipatgandakan rejekinya. Masyaallah, aku jadi iri akan kedermawanan orang Madura. Tentunya aku juga berdoa semoga diberi rejeki halal berlimpah ruah, berkah, manfaat dan enteng bersedekah.
Abu Lahab saja mau membebaskan budaknya, sebagai tanda kegembiraan lahirnya
bayi Muhammad, yang di zaman itu budak yang pintar kalau dijual tentu mahal, ya
toh.
Aku juga memperhatikan jika momen Maulid Nabi pun memberi berkah tersendiri bagi pedagang kue-kue dan buah di Madura. Karena banyak orang memperingati maulid, menjadikan omzet penjualan naik dibandingkan bulan-bulan lainnya. Cuan berputar, perekonomian pun bergerak. Banyak dapur ikut mengepul. Berkah maulid.
Salah satu tradisi unik bulan Maulid di Madura adalah rebutan buah. Banyak warganet mengunggah videonya di media sosial, seru-seru dan lucu-lucu. Pesertanya tidak hanya dari kalangan anak-anak, tapi juga orang dewasa. Tentu momen rebutan buah ini buat seru-seruan. Tanggapan warganet terhadap video-video tersebut beragam. Ada yang menulis: "Seru, ini yang ngangenin bulan Maulid di Madura.", "Riangnya anak-anak, tuh!", "Si Kaos merah, menang banyak :D." atau "Kagum sama Adek baju coklat, ambil secukupnya lalu pergi."
Namun, ada juga yang berkomentar: "Kenapa harus rebutan?", "Kasian yang ga dapat.", "Kenapa ga dibagi aja.", "Eman-eman kalau buah terpencet jadi rusak dan mubazir." Dan komentar-komentar semacamnya. Dari keterangan yang kudapat, meski rebutan buah, tapi semuanya tetap mendapat berkat berisi buah. Jadi semua kebagian.
Menanggapi tradisi unik ini, yang pastinya ada pro-kontra, aku jadi ingat salah satu tips Gus Baha dalam menghadapi dinamika umat. Yaitu sebagai sesama muslim kita harus memahami, tetap khusnudzon dan merangkul. Begitu juga melihat fenomena rebutan buah, sudah seharusnya tidak mudah menyalahkan, meski tentu juga tidak bisa dibenarkan. Mereka adalah umatnya Nabi. Umat akhir zaman, berjarak belasan abad dari Nabi. Masih mau datang sholawat, silaturahmi dan sedekah saja sudah Alhamdulillah. Insyaallah Nabi tetap akan sayang. Lha wong terhadap Yahudi Buta yang tiap hari mencaci Nabi, tetap Nabi sayang dan disuapin tiap pagi. Apalagi kepada umat Nabi yang datang belakangan seperti kita-kita ini. Kita tidak pernah jumpa Nabi, tapi tetap mau beriman dan bersholawat, itu sudah sangat Alhamdulillah.
Jadi kesimpulannya,
mari jadikan momen Maulid Nabi untuk merecharge kecintaan pada Nabi ditengah
hiruk pikuk dunia yang semakin mendera.
Shollu Alan Nabi
Muhammad.
Comments
Post a Comment