Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia (8): Masjid Istiqlal, Kebanggaan Bangsa




     Kami berkesempatan mengunjungi masjid nasional kebanggan bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini pada 25 Desember 2012. Meski telah 5 tahun berlalu, kenangan itu masih tersimpan manis di benak. Ketika ditemukan copy file foto di laptop suami, karena di kompi foto-foto itu raib seiring hardisk yang eror, segera menyuntikkan semangat saya untuk menjejakkan kenangan tersebut dalam sebuah tulisan. 

     Hal pertama yang saya rasakan ketika menjejakkan kaki di masjid ini adalah rasa bangga. Bagaimana tidak bangga, tempat ibadah yang berdiri di atas lahan dengan luas total 9,32 H ini, yang biasanya hanya bisa saya lihat melalui televisi atau majalah, terasa begitu megah dipandangan mata sendiri. Gedung utama terdiri dari 2 lantai memiliki luas 100 x 100 m dan tinggi 60 m, sedangkan gedung pendahuluan dengan 5 lantai dengan ukuran 33 x 27 m  dan tinggi 52 m. Selain gedung utama dan gedung pendahuluan ini, juga terdapat teras terbuka dan emper mengelilingi teras yang cukup luas, biasanya digunakan untuk menampung jemaah yang membludak ketika sholat hari raya. Arsitektur bergaya minimalis modern yang menerapkan bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegipanjang dan bola dalam ukuran raksasa menambah kesan agung dan monumental. Pun demikian dengan pemakaian material yang sederhana dan netral seperti logam baja antikarat dan marmer putih tetap memancarkan keeleganan dan kekokohan. Tak ayal, dengan daya tampung 200 ribu jemaah, menjadikan tempat ibadah ini sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara.

     Area halaman tak kalah luas. Dari luas lahan 9,32 ha, yang digunakan untuk bangunan utama dan pendukung hanya 26 % saja. Selebihnya  adalah untuk parkir dan pertamanan. Total luas halaman sebelah utara, selatan dan timur adalah 6,85 ha. Untuk pertamanan seluas 4,15 ha yang terdiri dari  23 titik dengan nama sesuai jenis pepohonan yang dominan tumbuh di lokasi tersebut, misal taman kamboja dll. Untuk parkir 2,15 ha dengan daya tampung 800 kendaraan sekaligus dari 7 pintu gerbang dengan nama berbeda yaitu gerbang Al-Fattah, Al-Quddus, As-Salam, Al-Malik, Al-Ghaffar, Ar-Razzaq dan Ar-Rahman. Saya tidak ingat, waktu itu dari gerbang mana saya masuk ke area masjid, yang pasti saya melewati salah satu dari 3 jembatan yang lalu saya ketahui sungai yang mengalir mengelilingi masjid Istiqlal adalah Ciliwung.

  
Di salah satu sisi halaman yang terlihat gereja dikejauhan. Melambangkan kerukunan umat beragama di Indonesia

     Sebagai masjid nasional negara ini, maka selain sebagai tempat ibadah, masjid Istiqlal juga memiliki fungsi lain seperti obyek wisata religi, tempat upacara kenegaraan keagamaan, badan penyaluran ZIS dan pendidikan. Ada beberapa tingkat pendidikan formal yang berdiri dibawah naungan yayasan masjid Istiqlal mulai dari taman kanak-kanak sampai madrasah Tsanawiyah. Juga beberapa kegiatan pendidikan informal seperti kajian kitab yang diasuh oleh ulama-ulama yang kompeten. Saya juga sempat mengunjungi perpustakaan masjid meski sebentar. Hmm koleksi bukunya sungguh menggiurkan untuk dibaca :)

     Ohya satu poin yang menjadi perhatian saya yaitu letak Masjid yang di tengah kota berdekatan dengan Istana Negara. Suka sekali dengan tata kota seperti ini, tata kota seperti pada masa kejayaan kerajaan Islam nusantara yang diprakarsai Sunan Kalijaga, dimana di pusat kota selalu ada tempat ibadah, gedung pemerintah dan alun-alun. Menurut catatan, ketika telah diprakarsai akan dibangun sebuah masjid nasional, Bung Karno dan Bung Hatta berselisih pendapat tentang lokasi yang akan digunakan. BK mengusulkan di Taman Wilhelmina karena lebih dekat dengan Istana. Sedangkan Bung Hatta mengusulkan di daerah yang sekarang menjadi Hotel Indonesia dengan alasan waktu itu belum ada bangunan apapun disitu, sehingga tak perlu repot-repot menggusur bangunan. Namun setelah bermusyawarah dengan beberapa pihak terkait, akhirnya usul BK yang diterima dengan pertimbangan meneruskan budaya kerajaan islam nusantara. Jadilah seperti yang kita lihat sekarang, Istana Merdeka sebagai pusat pemerintahan berdekatan dengan masjid Istiqlal sebagai pusat peribadatan.

   

            

         Untuk proses pembangunannya, masjid ini memiliki jalan sangat panjang terutama karena kondisi negara waktu itu yang kurang mendukung Dimulai sejak tahun 1953, ketika beberapa ulama mencetuskan ide untuk mendirikan masjid megah yang akan menjadi kebanggaan warga Jakarta sebagai ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Mereka adalah KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama, H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan beserta sekitar 200-an orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman, ide itu kemudian diwujudkan dengan membentuk Yayasan Masjid Istiqlal pada 1954. Lalu pada 1960 diadakan pembersihan taman Wilhelmina yang kotor dan kumuh dan disusul peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961 sampai peresmian oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978. Terhitung ada beberapa peristiwa politik yang turut andil dalam menghambat lancarnya proyek ambisius ini termasuk peritiwa G 30 S PKI. 



Malang, 18 April 2017 

Comments

  1. Alhamdulillah sudah pernah ke masjid Istiqlal ya mbak Asni. Meskipun belum pernah kesana, cukuplah sementara dengan membaca postingan keren ini ^^

    ReplyDelete
  2. Iya memang takjub ngelihat istiqlal dr dekat, keren mba asni...referensi bagus nih :)

    ReplyDelete
  3. Merasakan istiqlal dr postingan ini ... bun ... 😁

    ReplyDelete
  4. Wah kereen aku belum pernah ke sana. Hahaa

    Padahal aku pernah takjub sama Masjid depan alun2 Malang yang begitu Wow dan super bersih. Pasti Masjid Istiqlal lebih keren.

    Nice post, Mbak. 😍

    ReplyDelete

Post a Comment