Setelah gugurnya Abu Ayyub Al-Anshari, penyerbuan
terhadap Konstatinopel terus datang silih berganti.
Pada masa Bani Umayyah, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mengerahkan tak
kurang dari 20.000 tentara dan seratus kapal untuk menaklukkan Konstatinopel.
Ini terjadi pada Tahun 98 H/ 717 M. Pengepungan ini berlangsung selama
berbulan-bulan dengan keadaan pasukan yang semakin hari semakin kritis karena
keinginan kuat sang Khalifah untuk menaklukkan Konstatinopel.
Usaha itu tak membuahkan hasil apalagi dengan suhu
dingin yang ekstrim. Akhirnya pasukan yang nyaris sekarat itu ditarik mundur
oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sebagai pengganti Khalifah Sulaiman Bin Abdul
Malik yang wafat ketika pasukan masih berada di medan perang.
Setelah Dinasti Umayyah runtuh dan digantikan
kekhalifan bani Abbasiyah usaha untuk
menaklukkan Kontatinopel terus berlanjut. Pada tahun 819 M, Khalifah Harun
Al-Rasyid sempat membuat Byzantium bergolak.
Begitu juga pada tahun 464 H / 1070 M, pasukan Muslimin
di bawah bendera Sulhan Alib Arsalan yang berjumlah 15 ribu pasukan berhasil
mengalahkan 200 ribu tentara kekaisaran Romawi. Ini adalah kemenangan penting
dan mampu melemahkan pengaruh Romawi Timur di Asia kecil yang tak lain adalah
wilayah-wilayah strategis kekaisaran Romawi Timur.
Dan setelah Bani Abbasiyah di Baghdad runtuh dan
digantikan Bani Utsmaniyyah, kota
demi kota di Asia Kecil berhasil direbut. Bahkan pelan namun pasti daratan
Eropa berhasil dibuka.
Dan puncaknya pada Kamis 26 Robiul Awal 857 H
bertepatan dengan 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama 150 ribu pasukan
dan 400 kapal perang mengepung Konstatinopel. Kaisar Constantine XI Paleologus,
penguasa Romawi saat itu, melakukan berbagai tawaran negoisasi untuk
menyelematkan kedudukannya. Akan tetapi Sultan Muhammad II menolak semuanya.
Bahkan ia memberi saran agar Konstatinopel diserahkan saja secara damai pada
Khilafah Utsmaniyah tanpa pertumpahan darah.
Sultan Muhammad II menulis surat pada Kisar Constantine XI Paleologus
bahwa ia akan memberikan perlindungan kepada kaisar, keluarganya, dan seluruh
penduduk Konstatinopel. Mereka boleh memilih tinggal di kota itu dengan
membayar Jizyah (upeti) atau keluar
sama-sama akan mendapat perlindungan.
Kaisar Constantine XI membalas surat itu dan mengatakan
bahwa ia akan melindungi Konstantinopel hingga hembusan napas terakhir. Jika ia
tak dapat menjaganya ia memilih dikubur di bawah pagar kota itu.
Maka pada Ahad 18 Jumadil Ula 857 H atau 27 Mei 1453
Sultan Muhammad II memerintahkan seluruh pasukan agar mendekatkan diri pada
Allah, mensucikan diri dan menjauhi segala maksiat serta menambah amal ibadah
dan bersungguh berdoa kepada Allah agar diberi kemenangan.
Pada 28 Mei 1453, Sultan Muhammad II memastikan bahwa
seluruh pasukannya siap merebut Konstantinopel.
Sang Sultan melakukan inspeksi yang sangat detail lalu ia memanggil
seluruh komandan militer dan menyampaikan amanatnya.
“Jika penaklukan Konstantinopel
ini terwujud melalui tangan kita, maka terbuktilah salah satu hadits Nabi dan
kita adalah termasuk dalam golongan yang beruntung karena mendapatkan kemuliaan
yang ada dalam hadits itu. Maka sampaikan pada tentara kita bahwa kemanangan
yang kita raih akan menambah keagungan Islam. Setiap tentara harus mengamalkan
syariat dan meletakkannya di depan mata. Jangan melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan syariat. Jangan mengganggu gereja dan tempat ibadah lain.
Jangan ganggu pendeta, wanita, anak-anak dan orang-orang lemah.”
Dan sejarah mencatat peristiwa detik-detik prestisius
itu. Pada pukul 01.00 dinihari, selasa 20 Jumadil Ula atau 29 Mei 1453, setelah
salat tahajud, Sultan Muhammad II memberi komando serangan umum atas
Konstantinopel. Pertempuran sengit berkecamuk. Teriakan takbir menggema melecut
semangat pasukan muslim. Sultan Muhammad II berhadapan langsung dengan Kaisar
Constantine XI Paleologus dan berhasil menumbangkan penguasa Romawi itu.
Tidak sampai tengah hari, pasukan Islam berhasil
mengibarkan bendera kemenangan di bumi Konstantinopel. Sujud syukur dan teriakan
takbir terus menggema memenuhi udara Konstantinopel.
Lalu melalui gerbang Andrianopolis, Sultan Muhammad II
memasuki Konstantinopel. Memberikan pengampunan dan kebebasan pada penduduk
sipil yang bersembunyi di gereja Hagia Sophia. Setelah itu, Sultan
memerintahkan kepada tentara Romawi yang tersisa untuk mengubur Kaisar mereka
yang tewas dengan layak dan terhormat.
Sultan membangun kembali Konstantinopel dengan lebih
indah dan memberinya nama Islambul yang berarti Islam secara penuh. Lama
kelamaan Islambul menjadi Istanbul. Sultan Muhammad II menjadikan Istanbul
sebagai ibukota kekhalifahan Utsmaniyah. Istana Topkapi adalah Istana indah
yang dibangun sultan Muhammad II sebagai syiar dan lambang kedaulatan Islam.
Sampai sekarang Istana itu masih berdiri megah.
Strategi yang digunakan Sultan
Muhammad II
Karena keberhasilannya itu, sultan Muhammad II diberi
gelar Al-Fatih, sang penakluk.
Selama limapuluh hari pengepungan (6 April 1453- 29
Mei 1453) itu, al-Fatih telah mencoba berbagai rencana strategi yang telah
dirancang jauh-jauh hari.
Pertama, pengepungan secara ofensif di depan termbok
Konstantinopel dan menyerang dengan dua meriam raksasa yang dibuat secara khusus
dengan mendatangkan ahli senjata berkebangsaan Romawi bernama Orban. Selain
Meriam, pasukan kaum muslimin juga menggunakan Trebuset, sejenis senjata yang
menggunakan pemberat untuk melempar bola api. (Lihat gambar)
Namun pengepungan cara ini gagal total. Tembok
Konstatinopel yang tingginya mencapai 10 meter dengan tebal dua meter dan berlapis sulit untuk ditembus.
Dua jenis senjata yang dgunakan PAsykan Al-Fatih. Kiri: Meriam raksasa. Kanan: Trebuset |
Pengepungan dari arah depan (tembok Konstantinopel) |
Kedua, yaitu membuat terowongan bawah tanah dengan tujuan
bisa memasuki kota Konstantinopel melaui jalur bawah tanah. Cara ini juga gagal,
karena fondasi tembok Koanstantinopel juga kuat menghujam di tanah.
Ketiga, yaitu mendorong kapal laut melalui bukit Galata supaya
bisa memasuki teluk Golden Horn pada
tengah malam ketika pasukan Romawi sedang tidur. Cara ini adalah cara yang paling memungkinkan untuk menyerang
Konstatinpel dari dua arah. Cara ini dulu pernah dilakukan pasukan Pangeran
Kiev, tapi gagal. Dan kini diadopsi dengan lebih baik oleh Sultan Muhammad II.
Pasukan Muslim menebangi pepohonan di bukit Galata. Gelondongan
kayu itu lalu dilumuri lemak hewan supaya licin untuk digunakan sebagai roda
guna mendorong kapal melewati bukit. Pagi harinya tentara Romawi kaget melihat 70 kapal pasukan
telah berada di teluk Golden Horn. Mereka bertanya-tanya, Bagaimana bisa? Bukankah di mulut teluk terdapat rantai
raksasa? Kapal mana pun akan hancur bila nekat melewatinya.
Cara ini sukses membuat perhatian tentara Romawi
terpecah karena mereka harus membagi penjagaan menjadi dua yaitu menjaga tembok
di depan dan teluk Golden Horn di
belakang. Ketika pasukan Romawi semakin kelabakan dan lengah, keluarlah ratusan pasukan
Islam dari 70 kapal dengan semangat tak takut mati. Penaklukkan pun dalam genggaman. Apalagi dari arah depan, pasukan muslim menembakkan meriam pada satu titik sehingga menghasilkan lubang besar pada tembok Kosntantinopel. Melalui lubang besar itu, pasukan muslim menerobos masuk ke dalam kota.
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Khalifah Utsmaniyah, maka pelan tapi pasti negeri-negeri Eropa utamanya di semenanjung Balkan (Bulgaria, Yunani, Albania, Rumania, Serbia herzegovina, Bosnia) bahkan sampai di Wina Austria, masuk dalam pangkuan kekhalifahan Islam Utsmaniyah.
Sumber gambar: Muhamad Al-Fatih jilid 3, Handi Satria, Penerbit Salsabila
Artikel terkait
(1) Sejarah Konstantinopel
(2) Ramalan Heraclius dan Dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar
(3) Abu Ayyub Al- Anshari Sang Mujahid Agung
Sumber gambar: Muhamad Al-Fatih jilid 3, Handi Satria, Penerbit Salsabila
Artikel terkait
(1) Sejarah Konstantinopel
(2) Ramalan Heraclius dan Dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar
(3) Abu Ayyub Al- Anshari Sang Mujahid Agung
Comments
Post a Comment