Penaklukan Konstatinopel (I): Sejarah Konstantinopel
“Sungguh, Konstatinopel akan ditaklukkan oleh kalian.
Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan
yang menaklukkannya.” (HR. Ahmad)
Penaklukan
Konstatinopel (sekarang Istanbul, Turki) adalah sebuah peristiwa besar yang mengguncangkan timur dan
barat. Peristiwa ini telah dikabarkan Rasulullah SAW sejak ribuan tahun lalu,
dan berhasil diwujudkan pada tahun 1453. Sosok Penakluk yang berhasil
mewujudkannya adalah seorang pemuda yang juga telah dijanjikan Rasulullah SAW,
Sultan Muhammad Al-Fatih.
Jarak Nabi SAW
dengan peristiwa bersejarah itu adalah 781 tahun. Hampir delapan abad. Sebuah
jarak yang tidak bisa dikatakan sebentar. Dan sepanjang masa itu, tak berbilang
jumlah mujahid yang menorehkan sejarah panjang mewujudkan janji sang Nabi.
Tapi sebelum
membahas peristiwa penaklukan yang prestisius itu, ada baiknya jika kita
mengurai satu persatu apa yang seharusnya kita ketahui. Semacam apakah kota Konstatinopel?
bagaimana kaum muslimim mengatur strategi untuk menaklukkannya? Siapa sosok
pemuda yang bergelar Al-Fatih yang berhasil menaklukkan kota itu?
Mari kita mulai.
Mari kita mulai.
Byzantium, Cikal Bakal Konstatinopel
Konstatinopel
berdiri sejak zaman Yunani kuno. Jauh sebelum Masehi, adalah seorang Yunani,
cerdik, tangkas dan pandai, bernama Byzas yang ingin mendirikan sebuah kota. Tapi
ia bingung akan mendirikan kota itu di mana. Akhirnya Byzas meminta petunjuk
pada Pendeta Orakel Delfi yang bertugas di Kuil Dewa Apollo di kota Delfi
Yunani. Apollo adalah nama salah satu Dewa dari sekian banyak tuhan bangsa
Yunani kuno. Dari pendeta itu, Byzas mendapat petunjuk untuk mendirikan kota di
depan “si buta”.
Ilustrasi sederhana perjalanan Byzas dari Yunani menuju selat Bhosporus lalu menemukan lokasi yang tepat untuk mendirikan sebuah kota |
Meski tidak
paham apa yang dimaksud sang pendeta, akhirnya Byzas berlayar saja mengarungi
laut Aegea (perairan Yunani). Sampai suatu saat, tibalah Byzas di selat
Bhosporus. Selat ini kecil saja, memisahkan daratan Eropa dan Asia. Waktu itu
di pesisir timur Bhosporus (di sisi Asia atau Anatolia), telah berdiri salah
satu kota milik Yunani bernama Khalsedon yang sudah cukup ramai kala itu.
Nah
di sinilah Byzas memahami apa yang dimaksud dengan “si buta” yaitu Khalsedon
yang buta akan tanah di seberangnya, yang hanya berjarak sekian mil saja di
seberang Bhosporus sisi Eropa, yang sangat strategis dan jika dijadikan markas
akan berkembang jauh lebih superior. Lalu Byzas mendirikan kota dengan nama
Byzantium yang dinisbatkan pada namanya.
Konstatinopel pada masa Imperium Romawi
Zaman berganti,
Imperium Romawi yang merupakan versi baru dari Yunani Kuno, berkuasa dengan
ibukota Roma. Imperium besar ini mencapai keemasan pada masa Kaisar Augustus (27
SM-14M) setelah mendamaikan perang saudara yang berlangsung puluhan tahun. Saat
itu wilayah kekuasan Imperium Romawi telah mencapai tanah Palestina.
Pada masa kaisar
Augustus ini, lahirlah Nabi Isa as di Palestina dan diangkat oleh Allah sebagai Rasul
untuk kaum Israel dan bangsa Romawi yang menguasai Palestina (saat itu). Nabi Isa as diutus
Allah untuk menyampaikan risalah tauhid dan menyeru menyembah hanya pada Allah Yang
Maha Esa. Ajaran Nabi Isa as berkembang saat Imperium Romawi berada di puncak
kejayaan.
Lalu tampuk
kekaisaran berpindah pada Kaisar Trajanus (98-117 M). Luas wilayah Romawi pada
masa ini telah mencapai 6,5 juta kilometer persegi. Membentang dari Armenia (Tanah
Armenia sekarang: Republik Armenia, Georgia, Azerbaijan), Babylonia (Irak),
Yordania, Lebanon, Turki, Byzantium, hingga mencapai daratan Britania Raya. Pesisir
utara benua Afrika yang berhadapan dengan laut Mediterania (Maroko, Libya,
Mesir, Aljazair, Tunisia) juga masuk dalam wilayah Romawi.
Sejarah mencatat,
kaisar Trajanus adalah kaisar yang kejam. Kaisar yang beragama pagan (menyembah
dewa-dewa) ini bertindak bengis pada para pengikut ajaran Nabi Isa yang
mengesakan Allah. Para pengikut agama tauhid dan tidak mau menyembah dewa-dewa
diitimidasi bahkan dihukum mati.
Pada masa kaisar
Trajanus inilah diperkirakan hidup sekelompok pemuda yang teguh memegang ajaran
Tauhid dan dikejar-kejar rezim dictator Trajanus dan bersembunyi di sebuah gua.
Mereka tertidur di gua itu dan baru dibangkitkan oleh Allah 309 tahun kemudian pada
masa Kaisar Theodosius II (Hanya Allah yang Maha Tahu, para ahli sejarah bisa
berselisih pendapat). Sekelompok pemuda ini tercatat dalam Al-Quran dengan
sebutan Ashabul Kahfi.
Pengangkatan Yesus menjadi "tuhan"
Pada saat tampuk kekaisaran dipegang oleh Kaisar Konstantinus I dengan gelar Konstatinus yang Agung (306 – 337 M), sang kaisar melihat bahwa lokasi kota Byzantium sangat menarik perhatiannya. Kaisar Konstatinus Agung lalu membangun ulang Byzantium dan memindah ibukota Romawi dari Roma ke kota itu. Lama kelamaan Byzantium menjadi Konstatinopel (Kota Konstatinus).
Pada saat tampuk kekaisaran dipegang oleh Kaisar Konstantinus I dengan gelar Konstatinus yang Agung (306 – 337 M), sang kaisar melihat bahwa lokasi kota Byzantium sangat menarik perhatiannya. Kaisar Konstatinus Agung lalu membangun ulang Byzantium dan memindah ibukota Romawi dari Roma ke kota itu. Lama kelamaan Byzantium menjadi Konstatinopel (Kota Konstatinus).
Kaisar
Konstatinus I inilah yang menjadikan agama Nasrani sebagai agama resmi negara.
Dan kaisar inilah yang mengangkat Yesus sebagai "tuhan". Menurutnya, Yesus adalah satu zat dengan Tuhan.
Pada tahun 325 M, sang Kaisar menghimpun 220 uskup di Nicea. Perhimpunan (konsili) ini mengutuk paham Tauhid Arius dan mengumumkan kredo anti Arian. Arius (256-336 M) adalah tokoh Nasrani yang hidup di Alexandria Mesir dan selalu teguh memegang prinsip Tauhid seperti yang diajarkan Nabi Isa as.
Pada tahun 325 M, sang Kaisar menghimpun 220 uskup di Nicea. Perhimpunan (konsili) ini mengutuk paham Tauhid Arius dan mengumumkan kredo anti Arian. Arius (256-336 M) adalah tokoh Nasrani yang hidup di Alexandria Mesir dan selalu teguh memegang prinsip Tauhid seperti yang diajarkan Nabi Isa as.
Dalam konsili
ini pula diterbitkan SK pengangkatan Yesus sebagai tuhan yang ditandangani oleh
220 uskup tersebut dan didukung sang Kaisar. Sejak saat itu Yesus resmi menjadi “tuhan”
dan pengikut Nabi Isa yang masih murni, yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa sedangkan Yesus atau Nabi Isa adalah utusanNya, menjadi musuh negara.
Lalu pada tahun (379-395
M), tepatnya pada masa pemerintahan kaisar Thodosius I atau Theodosius Agung membagi
Imperium Romawi menjadi dua untuk kedua putranya, yaitu Romawi barat beribukota
di Roma dan Romawi Timur yang beribukota di
Konstatinopel.
Keseluruhan Wilayah Romawi sampai pada tahun 379 M. Lalu Kaisar Theodosius membagi dua wilayah Romawi untuk dua putranya. Yaitu wilayah barat (Merah) dan Timur (Kuning) |
Dalam perjalanannya, kekaisaran Romawi Timur lebih berumur panjang daripada kekaisaran Romawi barat. Secara mengenaskan, kekaisaran Romawi barat jatuh di tangan suku Ostogroth yang dipimpim Odoaker pada tahun 476 M. Odoaker menundukkan Kaisar Romulus Augustus, Kaisar terakhir Romawi barat, dan mengangkat dirinya sebagai raja Italia.
Sedangkan
Kekaisaran Romawi Timur terus berkuasa. Hingga pada saatnya pada tahun 1453
jatuh ke tangan kaum Muslimin.
Jadi, sebagai
ibukota Imperium Romawi, Konstatinopel adalah kota penting dan menjelma menjadi
kota metropolitan sejak dahulu kala. Kota itu juga menjadi salah satu kota utama dalam jalur sutra. Itulah mungkin sisi lain, mengapa Rasulullah
SAW menyemangati kaum muslimin untuk menaklukkannya demi kejayaan Islam.
Wallahua"lam.
Artikel selanjutnya
1. (2) Ramalan Heraclius Hingga dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar
2. (3) Abu Ayyub Al-Anshari, Sang Mujahid Agung
3. (4) Penaklukkan oleh Al-Fatih
Emak macak nulis ilmiah :-D
Artikel selanjutnya
1. (2) Ramalan Heraclius Hingga dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar
2. (3) Abu Ayyub Al-Anshari, Sang Mujahid Agung
3. (4) Penaklukkan oleh Al-Fatih
Emak macak nulis ilmiah :-D
Woow, bacanya kudu pelan-pelan. Agak berat nih isinya. Hehehe...jadi tahu tentang pengangkatan yesus sebagai Tuhan. Ditunggu lanjutannya.
ReplyDelete