Penaklukkan Konstantinopel (3): Abu Ayyub Al-Anshari, Sang Mujahid Agung

Suatu hari pada tahun 668 M/44 H ketika pasukan Islam di bawah Komando Panglima Yazid pada masa Khalifah Muawiyyah sedang bersiap-siap naik ke kapal untuk menyeberang ke selat Bhosporus melalui Asia kecil, tampaklah seorang lelaki tua meminta agar diperbolehkan ikut masuk ke dalam barisan pasukan Islam.

"Wahai Abu Ayyub, biarlah kami yang lebih muda yang berjihad. Engkau yang sudah tua dan sakit-sakitan tidak punya  kewajiban untuk berjihad." kata salah seorang tentara.

"Hai anak muda! Tidakkah engkau menginginkan janji Rasul SAW. Bahwa siapa saja yang menaklukkan Konstatinopel adalah lelaki terbaik dan pasukannya adalah pasukan terbaik? Aku ingin menjadi bagian dari pasukan terbaik itu. Jangan halangi niatku ini." Jawab Abu Ayyub.

"Wahai Kakek, hendak ke manakah engakau? Di sini tempatnya para tentara." tanya Panglima Yazid. 

"Sudahlah, Anak Muda! Tidak tahukah engkau bahwa aku jauh-jauh datang dari Madinah untuk ikut berjihad bersama kalian."

Setelah mengetahui jati diri Abu Ayyub Al-Anshari yang merupakan salah satu sahabat utama Nabi. Bahkan beliau mendapat kehormatan besar karena rumahnya digunakan sebagai tempat tinggal sementara Nabi ketika baru saja hijrah ke Madinah (Sampai rumah dan masjid Nabi selesai dibangun), akhirnya Panglima Yazid mempersilakannya naik ke kapal. 

"Ketahuilah oleh kalian, bahwa Nabi pernah bersabda akan ada seorang laki-laki saleh yang akan dikuburkan di dekat tembok Konstatinopel. Ia akan mendengar derap langkah kaki kuda yang membawa sebaik-baik pemimpin yang akan memimpin sebaik-baik pasukan. Sungguh aku ingin menjadi laki-laki saleh yang dimaksud itu," jelas abu Ayyub.

Tidak lama setelah itu, Abu Ayyub sakit. Dia pun menolak dipulangkan.

"Aku ingin menjadi saksi atas janji Rasul tentang takluknya Ibukota Romawi itu." Tak lama Abu Ayyub wafat di atas kapal ketika menyeberang selat Bosphorus.

Setelah mendarat di pantai Konstatinopel, Panglima Yazid memerintahkan pasukannya agar menguburkan jenazah Abu Ayyub di  tempat terjauh yang sanggup dicapai pasukan muslim di kota Konstatinopel. 

Peperangan berlanjut dengan dahsyat. Selama berhari-hari pasukan Islam tetap berperang sambil mengususng keranda mayat diatas pundak mereka.

Hal ini menarik perhatian Kaisar Romawi yang ikut berperang. Akhirnya ia memerintahkan pasukannya untuk menghentikan peperangan.

"Apa sesungguhnya yang kalian bawa di atas keranda itu?" tanyanya.

"Kami membawa jasad mujahid agung, Abu Ayyub al-Anshari. Dia telah berwasiat kepada kami agar menguburkan jasadnya di Konstatinopel."

"Siapakah dia sehingga kalian begitu menjaga wasiatnya?"

"Dia adalah sahabat Rasulullah Saw. Sehingga pantas jika kami memuliakannya. Biarpun sudah tua dan sakit-sakitan, dia memilliki jiwa kesatria dan semangat juang untuk membuktikan sabda Rasul yang dicintainya."

"Baiklah, kalau begitu kami pun layak menghormatinya. Kami mengizinkan jenazahnya dikuburkan di Konstatinopel. Seilakan kalian menguburkannya."

Peperangan pun dihentikan. Pasukan Islam segera menguburkan jasad Abu Ayyub persis di bawah tembok Konstatinopel.


  Baca juga
1. (1) Sejarah Konstatinopel

2. (2) Ramalan Heraclius hingga dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar

3. (4) Penaklukkan Oleh Al-Fatih 

Comments