Review Buku: Hati Suhita, Khilma Anis

Judul: Hati Suhita
Penulis: Khilma Anis
Penyunting Asfi Diyah
Editor: Akhiriyati Sundari
Penerbit Telaga Aksara Ft Mazaya Media
Tahun Terbit: Maret, 2019
Tebal: 406 halaman:
Genre: Fiksi, Romance Religy


Tentang Isi Buku

“Hahaha, kami putus karena nama kami tidak cocok di kartu undangan. Dia Abu Rayhan AlBirruni. Aku Ratna Rengganis. Mana ada, sih, calon bunyai namanya Rengganis? Dari namanya udah Jaka Sembung. Enggak nyambung kan?” Jawab Rengganis sekenanya, ketika ditanya Arya kenapa hubungannya dengan Birru, seorang putra Kyai pengasuh sebuah pesantren besar kandas di tengah jalan.

“Re, aku nanya serius.” Kejar Arya.

“Jawabanku malah dua rius. Beda nasab jadi ya , buyar. Biasa itu.” Rengganis kembali tergelak, walau hatinya perih.

Dialog di atas adalah salah satu potongan percakapan di POV Rengganis. Tentu dengan sedikit penambahan dari saya, tanpa mengubah arti.

Entah kenapa, bila sebagian besar reviewer novel yang sedang tren ini mengulas penderitaan sosok Suhita yang tabah menjalani peran sebagai istri yang tak diinginkan sang suami, saya justru simpati pada sosok Rengganis.

Jadi novel ini menceritakan sebuah cinta segitiga yang dikemas dalam bahasa yang nyastra tapi tetap renyah dengan latar belakang pesantren dengan segala printilannya yang menjadi penambah daya tarik.

Tokohnya adalah Birru, Alina dan Rengganis. Digambarkan, Birru adalah seorang Gus (putra kyai) dengan segala predikat kedarahbiruannya, karena memang di Jawa (dan juga Madura) trah pesantren dan Kyai menempati status sosial yang tinggi di tengah masyarakat. Sejak memasuki usia remaja, Birru dijodohkan dengan seorang gadis yang “senasab” karena sama-sama anak seorang Kyai.

Gadis itu bernama Alina Suhita. Cantik, gemulai dan anggun khas Ning-ning putri Kyai di Jawa. Sejak memasuki usia baligh, Alina Suhita juga telah digiring oleh kedua orangtuanya bahwa ia adalah calon menantu dari Kyai besar dan digadang-gadang untuk meneruskan pondok pesantren mertuanya itu. Maka, segala tindak-tanduk gadis itu pun diatur. Mulai pendidikan hingga jurusan apa yang harus diambil demi memantaskan diri menjadi seorang ibu Nyai di pesantren besar dengan ribuan santri. Dengan taat, gadis itu menjalani semuanya dengan mencoba ikhlas.

Namun bagi Birru, meski orang tuanya telah mengkondisikan perjodohan itu sejak ia masih ingusan, pemuda itu tidak begitu saja menerimanya. Ia adalah aktifis pergerakan di kampus yang cerdas, pandai berorasi, berwibawa dan tampan tentu saja. Birru adalah laki-laki dan ego laki-laki adalah pemburu, tidak hanya sekedar menikmati hasil buruan yang sudah disediakan. Ia ingin mendapatkan hasil buruannya sendiri.

Dalam perjalanannya, ketika kuliah di Jogja ia bertemu dengan seorang perempuan cantik berjilbab yang lincah, menarik, cerdas, sesama aktifis dan satu lagi, penulis. Rengganis namanya. Birru jatuh cinta padanya. Sebuah rasa yang tak pernah ia rasakan pada Alina Suhita yang bahkan telah dikenalnya sejak remaja.

Birru suka segala hal dari Rengganis. Tawanya, obrolannya, semangatnya, kreatifitasnya, binar matanya sampai tulisan-tulisan perempuan itu yang sangat bernas. Bisa dikatakan, Birru jatuh cinta pada Rengganis melalui tulisan-tulisannya. Dari tulisan turun ke hati.

Di mata Birru, hanya Rengganis yang mampu memahami dirinya, cita-cita, minat dan passionnya. Rengganis juga bisa mengimbangi diskusi-diskusi panjangnya. Tidak seperti sang abah yang melulu ingin dia menjadi Kyai meneruskan pesantren leluhur mereka, atau Alina yang terkesan manut dan pasrah.

Rengganislah yang mencetuskan ide agar Birru membuka penerbitan agar mampu menyalurkan pemikiran dan pergerakannya dalam bentuk tulisan. Renganis pula yang mendorong Birru untuk mengelola kafe berkonsep limasan dengan fasilitas musalla dan perpustakaan yang kelak bisa dipakai untuk wadah dikusi aktifis pergerakan. Intinya, Rengganis adalah pengejewantah pemikiran Birru yang kadang tak dipahami keluarganya. Hanya satu kekurangan Rengganis, ia bukan putri Kyai.

Sebarapa pun kuatnya Rengganis berusaha dan belajar tentang tradisi dan kultur pesantren atau seberapa pun dalam cinta antara dirinya dan Birru, ia tak dapat masuk ke dalamnya.

Ketika akhirnya Birru tak dapat lagi mengelak perjodohan itu dan menikahi Alina, bayang-bayang Renganis terus menghantui. Menjadi duri bagi dirinya, Alina dan rumah tangga mereka.

Lalu bagaimana akhir kisah cinta segitiga ini? Siapa yang akan dipilih Birru sebagai Pengabsah wangsanya (penerus keturunan)? Baca langung bukunya donk. Dijamin termehek-mehek bin baper.

Banyak pelajaran yang bisa diambil. apalagi banyak filosofi adiluhung Jawa warisan leluhur yang membuat novel ini semakin kaya hikmah. Contohnya, menjadi istri itu mikul duwur mendem jero juga harus bekti dan nastiti. Apa tuh artinya? Cari tahu ndiri lah hehehhe. Pokoknya novel ini rekomended banget dibaca oleh kamu, kamu dan kamu.

Kelemahan buku

Bila ditinjau dari sisi teknis dan fisik buku, untuk buku indi, ini sudah bagus banget. Gambar kover cukup mewakili isi hati Suhita yang seluas samudera. Begitu juga pelayanan pemesanan secara online juga lumayan cepat.

Tapi ada yang cukup menggelitik. Menurut saya, penggambaran masing-masing tokoh seolah-olah sama. Hampir semua tokoh mulai dari Suhita, Birru, Aruna, hingga Dharma, hampir seragam. Sama-sama paham pewayangan dan fasih filosofi Jawa. Entah apa memang dibuat karakternya demikian. Ini cukup monoton, menurut saya, lho. Mungkin, cukup Suhita dan Dharma aja yang fasih filosofi Jawa.

Pada tokoh Rengganis, meski sedikit beda karena digambarkan dia adalah aktifis perempuan yang modern, tapi tetap ada nyerempet-nyerempet Jawa juga.

Namun untuk keseluruhan, buku ini sangat layak diacungi jempol.


Tentang Penulis

Khilma Anis adalah ibu dua anak yang berdomisili di Jember. Hampir semua karya-karyanya berlatang belakang pesantren. Ini bisa dimaklumi karena ia lahir dan tumbuh di lingkungan Pesantren.

Semasa Aliyah, ia nyantri di Tambak Beras Jombang. Lalu selama kuliah Di Jogja, ia nyantri di Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta.

Kini, selain aktif menulis dan mengasuh dua putra, ia juga mengajar di pondok pesantren keluarganya di Jember.



Baca Review Buku lainnya oleh Nazlah Hasni

Review Buku Prof Nadirsyah Hosen


Resensi Reach Your Dream Wirda Mansur


Review Buku Rahasia Perempuan Madura, M. Dardiri Zubairi

Comments

  1. Sekarang banyak buku yg isinya ttg pesantren, lagi trend kayanya,...

    ReplyDelete

  2. Mantap bgt kaks!

    Kalau sempat main juga ke blog saya Cerita Alister N ya.... Makasih 🙏🙏

    ReplyDelete

Post a Comment