Review Buku: Diary Ungu Rumaysha (DUR), Nisaul Kamilah



Judul: Diary Ungu Rumaysha
Penulis: Nisaul Kamilah
Penerbit: Telaga Aksara Jogja ft NK Publishing 
Tebal: 486 halaman
Layout dan Desain Cover: Linkmed Pro Jogja
Genre: Fiksi (Roman Religi)
Tahun terbit: Juni 2020

Tentang Isi
Tokoh Utama: Rumaysha dan Gus Asy
Tokoh pendukung: Alfaraby, Salma, Bune, Ayah dan ibu Gus Asy, Suwandi, teman-teman Rumaysha.

Setting: Desa Sumberboto. sebuah desa di Jawa Timur dan kota Malang. 

Alur: Maju


Awalnya Rumaysha (Rum) adalah gadis tomboy nan cerdas yang kurang peduli penampilan. Hingga seorang pemuda siswa baru di sekolah, mengajarinya bagaimana seharusnya seorang perempuan untuk peduli pada diri sendiri, mengeksplor kecantikan dan keunikan yang terpendam. Pemuda itu Alfaraby (Al). 

Tak cukup di situ, Alfaraby juga mengajarkan indahnya persahabatan masa SMA, serunya berdiskusi, tegangnya menjadi rival dalam prestasi daaaaaan tentu saja, berdebarnya cinta pertama.

Waktu terus berjalan dan Al maupun Rum memilih jalan masing-masing. Hingga tibalah saat di mana Rum harus menikah dengan Gus Asy yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Iya, Salma, Kakak Rum meninggal beberapa hari sebelum pernikahan berlangsung dan berwasiat agar Rum maju menjadi mempelai.

Alhasil, bisa ditebak, pernikahan dua orang secara mendadak tanpa ada rasa cinta rentan menimbulkan riak-riak  yang bila tidak segera diatasi akan menjelma menjadi badai yang sanggup menggulung apa pun. Belum lagi kedatangan Al yang hendak menunaikan janjinya untuk menjadi cinta sejati Rum, yang diikrarkan saat mereka masih berseragam abu-abu putih, semakin menambah kerasnya gelombang itu.

Lalu, apakah yang selanjutnya akan terjadi? Yuk lah baca bukunya langsung. Dijamin baper kebangetan. Yang udah nikah jadi senyum-senyum sendiri, yang masih jomblo jadi pingin langsung dihalalin, aissh.

Well, buku ini tidak hanya sekedar bikin baper. Baper mah nomor sekian, ya. Banyak hal menarik dan penuh hikmah yang bisa kita pungut di sini.  Pokoknya dari halaman pertama sampai halaman terakhir penuh dengan nilai-nilai moral yang aplicable banget dan mudah diterapkan sehari-hari. Mulai dari shirah nabawiyah, untaian kata bijak para ulama dan habaib, agung dan luhurnya filosofi jawa seperti urip itu urup, keutamaan berbakti pada orang tua,  adab terhadap guru, adab terhadap suami atau istri dan banyak lagi, bahkan kritik sosial pun ada di novel ini. Kritik sosial macam apa? Ahhh kamu harus baca ndiri dong, pokoknya kritikan yang makjleb. Makanya, nanti kamu harus sedia stabilo deh, biar bisa nandain nilai-nilai itu.

Belum lagi setting pesantren, juga menambah poin plus khazanah wawasan kita. Memang, novel ini  tidak murni bersetting pesantren ya, karena ada kehidupan anak SMA yang khas dengan keceriaan dan keremajaannya, juga kehidupan mahasiswa yang penuh dengan idealisme. 

Mengenai kekurangan novel ini, sejauh ini saya belum menemukannya kecuali ada sedikit kesalahan ketik di beberapa tempat.

Pokoknya secara umum, dua jempol untuk novel ini dan penulisnya. Keren bet dah. Lope lope lope. 

Tentang Nisaul Kamilah
Nisaul Kamilah adalah penulis yang produktif. Beberapa buku ilmiah dan fiksi telah diterbitkannya.

Putri dari KH. Chisnullah ini tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren, maka bila tulisan-tulisannya hampir selalu bersinggungan dengan dunia pesantren itu adalah keniscayaan.  Ketika kuliah di UIN Maliki Malang, tercatat sebagai aktifis kampus. Berbagai organisasi ia ikuti mulai HMJ hingga PMII. Tidak hanya aktifis, selama dalam masa pendidikan, sejak tingkat MTs hingga mahasiswa, Nisaul Kamilah banyak menyabet penghargaan. Tak heran jika ia mendapat beasiswa penuh ketika menempuh paska sarjana di UIN Sunan Kalijaga. 

Kini, di tengah kesibukan menulis dan mengurus enam orang anak, Ning Mila begitu biasa dipanggil, aktif mengasuh Halaqoh Bisnis Online (HBO) yang didirikannya sejak 2017. Pun masih sempat juga mengelola bisnis online yang ditekuninya. 

Semangat terus ya Bu Nisaul Kamilah. Kami tunggu karya-karya ciamik berikutnya.

Salam literasi


Malang, 16 Juni 2020

#Ditulis pada masa pandemi Covid-19

Comments