Refleksi Maulid Nabi 1442 (7): Tiga Alasan Kenapa Kita Wajib Cinta Nabi Muhammad, Nomor Tiga Bikin Baper

Ada tiga alasan penting kenapa kita wajib mencintai Baginda Nabi SAW, yaitu: 

1. Karena Perintah Allah dan Rasul-Nya

Banyak dalil yang menyebutkan bahwa seorang muslim harus mencintai Baginda SAW, baik dari ayat Al-Quran atau al-hadist. Saya copaskan beberapa di antaranya di sini: 

Al-Ahzab ayat 6:

 النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

Artinya:

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). 

Pada kalimat pertama dalam ayat tersebut, yaitu pada frasa: 
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka."

Dalam kitab tafsirnya, Profesor Quraish Shihab menjelaskan makna dari frasa itu adalah:
Nabi Muhammad lebih berhak untuk memberikan hak perwaliannya kepada orang-orang beriman. Kasih sayang Rasulullah pada mereka melebihi kasih sayang mereka pada diri mereka sendiri, maka cintailah dan taatilah ia. Istri-istri nabi adalah seperti ibu mereka yang wajib dihormati dan tidak boleh dinikahi sepeninggal nabi.

Dalam sebuah Hadist juga disebutkan, seperti saya copaskan di bawah ini:

Abdullah bin Hisyam berkata: kami pernah bersama Nabi SAW dan beliau memegang tangan Umar bin Khattab ra. Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau lebih kucintai dari segala sesuatu, kecuali terhadap diriku sendiri."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Tidak demi jiwaku yang berada di tanganNya (Imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai dari dirimu sendiri."

Kemudian Umar berkata, "Sekarang demi Allah, engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri."

Kemudian Nabi SAW bersabda, "Saat ini wahai Umar, (Imanmu telah sempurna)."

Jadi, jelas, bahwa mencintai Nabi SAW adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.

2. Karena Rasulullah Telah Mengenalkan Kita Pada Allah dan Cahaya Islam

Anta Syamsun Anta Badrun, Anta nuurun fauqonuuri

Sesungguhnya, Rasulullah bagai lentera yang telah mengenalkan kita pada Allah dan kebenaran Islam. Seperti dalam syair pujian sholawat di atas, Rasulullah laksana matahari dan bulan yang cahayanya menerangi. 

Jadi, kita bersyukur karena untuk "menemukan" Allah, tak perlu mencari-cari seperti Ibrahim as, pun tak harus mengalami kejadian pembakaran seperti yang dialami nabi yang digelari Kholilullah itu.

Ingat kan, bagaimana kisah Ibrahim remaja untuk menemukan siapa sebenarnya Dzat Maha segalanya, yang berkuasa atas dirinya dan alam ini?

Ketika melihat matahari, ia berpikir bahwa itulah Tuhan. Tapi ketika senja dan matahari tak tampak, ragulah ia.

Ketika memandang bulan, ia beranggapan bahwa itulah Tuhan. Tapi begitu fajar terbit dan bulan menghilang, maka kembali gamanglah hatinya. Begitu juga ketika memandang benda lain, bintang, pohon besar dan sebagainya, fitrahnya selalu mengingkari~benda-benda itu bukanlah tuhan.

Maka, sekali lagi, kita patut berterima kasih, umat Nabi Muhammad tak perlu mencari lagi, bahkan sudah mendapat Juknisnya berupa Al-Quran dan hadist.

3. Karena Rasulullah Mencintai Kita

Apa balasan paling indah yang kita harapkan dari orang yang kita cintai? Dari suami/istri misalnya, tentu kita mengharapkan pasangan mencintai kita sama besarnya, sama tulusnya, sama merindunya dengan yang kita berikan untuknya.

Begitu pun cinta pada Rasulullah~meski kita tahu beliau SAW hanya mengharapkan ummatnya selamat dan dapat berkumpul di surga kelak~ sudah seharusnya kita mencintai Nabi SAW. 

Membahas cinta pada Rasulullah memang akan selalu menyerempet pada ranah hakikat, inti atau hati, karena cinta itu munculnya dari hati. 

Cara paling gampang memunculkan cinta di hati adalah dengan mengenal beliau SAW. Bukankah ada pepatah: tak kenal maka tak sayang. Ya, persislah seperti kita dulu saat mendekati si dia :D.

Membaca kitab-kitab shirah klasik seperti Kitab Diba', Barzanji dan Burdah adalah salah satu cara mengenal Nabi. Jangan salah, ketiga kitab yang sering dibaca pada acara Maulid, selain berisi sholawat, pujian dan doa, juga berisi shirah (sejarah) Nabi. Maka ketika hadir di acara Maulid, ada baiknya kita juga memahami apa yang dimaksud dari syair atau pujian tersebut dan tidak sekedar menikmati merdu suaranya saja. 

Kitab shirah kontemporer yang lengkap mengulas shirah Nabawiyah dan rekomended dibaca dan sudah banyak terjemahannya dalam bahasa Indonesia antara lain:

1. Sejarah Hidup Muhammad karangan Muhammad Husain Haekal

2. Bilik-bilik Cinta Muhammad, karangan Dr. Nizar Abazhah

3. Sekolah Cinta Rasulullah, karangan Dr. Nizar Abazhah

4, Romantika Rumah Tangga Nabi, karangan Saefullah Muhammad Shatori.

Dan masih banyak lagi lainnya.

Nah, dari kitab-kitab shirah Nabawiyah itu, kita akan tahu betapa Rasulullah itu sangat mencintai dan selalu memikirkan nasib ummatnya. Ini beberapa bukti bahwa Rasulullah mencintai kita, umatnya.

 Beliau SAW selalu berdoa agar umatnya dilimpahi keberkahan.

Salah satu doa yang selalu beliau panjatkan untuk umatnya, terutama yang rajin dan beribadah di pagi hari, adalah:

"Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Baginda SAW berkurban untuk ummatnya.

Masyhur hadis yang menyebutkan bahwa pada hari raya Idul Adha, selain untuk diri beliau sendiri dan keluarga, Rasulullah juga berkurban untuk umatnya yang belum sempat berkurban.

Baginda SAW selalu memohonkan ampunan untuk kita.

Banyak hadist yang meriwayatkan bahwa Nabi selalu memohon kepada Allah untuk pembebasan adzab bagi umatnya.

Doa Nabi SAW untuk umatnya diabadikan dalam surat Al Maidah ayat 118 yang artinya:

"Jika Engkau mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya memang Engkau maha pengampun lagi maha bijaksana."

Begitu juga seperti terdapat dalam hadist berikut:

”Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, yang mereka memanfaatkan itu. Dan aku sembunyikan doa ku itu sebagai syafaat untuk umatku nanti di akhirat.” (HR. Bukhari).

Bahkan kata Ustadz Ahmad Sarwat Lc, MA dalam bukunya "Manusia yang Tidak Seperti Manusia" mengatakan, Nabi SAW selalu menagih janji kepada Allah untuk umatnya. Bagitu sayangnya Nabi SAW. kepada umatnya, beliau tak pernah ridha umatnya untuk mendapatkan azab. 

Pun ketika suatu saat, Malaikat Jibril datang mengabarkan keadaan neraka pada Rasulullah. Betapa Nabi sangat sedih ketika mengetahui bahwa di antara tujuh lubang neraka, satu lubang di antaranya dihuni oleh ummatnya yang berbuat dosa (besar) dan tidak sempat bertaubat sampai akhir hidupnya. 

Begitu sedihnya Nabi, sehingga beliau SAW bersujud memohon pada Allah  untuk keselamatan ummatnya, selama tiga hari tiga malam.  

"Ummati ya Rabb, ummatii...ummatii... ummatii." Begitu munajat Nabi sambil bersimbah air mata.

Pun saking cinta pada umatnya, sampai-sampai ketika menjelang detik-detik kewafatannya, dan ruh mulai dicabut perlahan, Rasulullah mengaduh merasakan sakitnya sakaratul maut, yang diingat adalah ummatnya. Di tengah kesakitan itu beliau berucap:

Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN PADA UMATKU”.

Masyallah begitu cintanya Nabi pada kita, sampai-sampai hal sakaratul maut pun tak luput dari perhatian beliau.

Cinta dibalas cinta. 

Para shahabat yang mulia sudah jelas cinta pada Rasulullah, karena mereka bertemu, berinteraksi dan mencecap kemuliaan akhlak Nabi. 

Sedangkan kita?  

Kita memang ummat akhir zaman, jarak kita 1400 tahun dengan Baginda. Tapi tak perlu berkecil hati. Meski berjauhan jarak melintasi ruang dan waktu, Rasulullah sangat merindukan kita. Kata Nabi, cintanya umat akhir zaman itu sungguh istimewa. 

Kerinduan Rasulullah terhadap kita, umatnya, secara tegas juga disampaikan oleh Imam al-Qusyairi dalam kitabnya ar-Risalah. Dia mengutip riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah bersabda.”Kapan aku akan bertemu para kekasihku?” 

Para sahabat bertanya, ”Bukankah kami adalah para kekasihmu?” Rasulullah menjawab,”Kalian memang sahabatku, para kekasihku adalah mereka yang tidak pernah melihatku, tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka lebih besar.”

Akankah kita termasuk golongan yang dirindukan Rasulullah?

Akhirnya kita hanya bisa berharap:

Duhai Nabi, kami cinta, pokok cinta, meski timik-timik, kami cinta Ya rasul. 

Terimalah cinta kami, ummat akhir zaman yang seringkali cintanya padamu tergerus oleh kesilauan dunia. 

Semoga Robb mudahkan  umat akhir zaman ini dalam meneladani akhlak dan tuntunan Rasul-Nya.


Malang, 14 Robiul awal 1442/31 Oktober 2020

Terima kasih telah membaca.

‘Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radhiyallahu ’anhu. Lalu Umar berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata,

لاَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ

Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata, ”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, ”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).”



Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/2150-mana-bukti-cintamu-pada-nabi.html

Comments