Cara Mudah Mengelola Sifat Egois Menjadi Kebermanfaatan

|Mengelola Sifat Egois Menjadi Kebermanfaatan|

Emang bisa gitu, mengolah egois menjadi kebermanfaatan? Bukankah orang egois cuma mikirin diri sendiri?

Inshaallah Bismillah bisa. Bagaimana caranya? Mari kita telaah singkat logika sederhana ini, semoga ada manfaatnya.

Jadi egois pada diri manusia itu udah dari sono. Sudah alamiahnya.
Bila ditilik dari definisinya, egois adalah kecenderungan untuk memprioritaskan keinginan dan kebutuhan sendiri. Yang penting diri sendiri kenyang, yang lain nanti saja. Pokoknya diri sendiri dapat tempat, yang lain ra urus. Pokok awak dewe selamet, sing lian, embuh.

Dan memang begitulah manusia yang cenderung memikirkan diri sendiri. Apalagi di zaman yang semakin kapitalis sekarang ini. Bila sekiranya tidak mendatangkan keuntungan secara kasat mata (baca: materi) ekstrimnya, dia akan pergi begitu saja.

Egoisme ini akan selalu ada. Bahkan kelak juga akan dipakai oleh manusia di hari pembalasan, yang tentunya dalam perspektif berbeda. Anda ingat istilah nafsi-nafsi, kan? Pada yaumil akhir itu tiap-tiap orang alih-alih mikirin manusia lain, yang ada hanya memikirkan keselamatan diri sendiri.

Begitu alamiahnya sifat ini melekat pada manusia, tapi Allah sang Pencipta sebenarnya sudah komplit memberi solusinya.
Manusia itu kan kalau hendak berbuat sesuatu, mikirnya tuh ini ada untungnya nggak sih buat aku. Gitu kan.
Itu ga salah. Malahan pertimbangan demikian akan menjadi pengontrol supaya kita selalu berpikir manfaat/ mudhorot sebagai konsekuensi yang akan timbul dari perbuatan kita.

Cuma terkadang memang saking egoisnya, ketika mau ngapain-ngapain, seperti hendak berbuat kebaikan, ingin menolong orang lain misalnya, masih saja kepanjangan mikir, kalau ga ada untung ga bakalan nolong. Atau orang ini baik nggak, ya, sama aku, kalau ga baik, ngapain aku urusan sama dia.

Gampangnya, seperti itu kan?

Makanya itu tadi, saking alamiahnya sifat ini, akan ada terus dalam diri manusia.

Tapi sekali lagi yang perlu diingat, Allah yang menciptakan manusia include sifat egois ini, sudah jelas-jelas kasih solusi bagaimana mengelola sifat ini supaya menjadi kebermanfaatan.

Ingat tidak, FirmanNya yang redaksi bebasnya begini, "sesungguhnya bila kamu berbuat baik, itu untuk dirimu sendiri."

Nah, kan? Itu pertanda bahwa Allah paham betul kalau manusia egois, makanya setiap kali manusia berbuat baik, itu sejatinya, kata Allah, untuk dirinya sendiri. (Demikian juga sebaliknya, ketika kita berbuat ketidakbaikan aslinya ya untuk diri sendiri.)

Jadi kita kalau bersedekah misalnya, bener memang orang lain yang menerima keuntungan, tapi sebenernya kita sedang membaik-baikin diri sendiri. Keuntungannya kita sendiri yang akan menuai.
Ini yang harus dipahami benar-benar, sehingga pikiran semacam: "lha kok nyimut, dia ga pernah baik sama aku, kok aku disuruh baik sama dia?" akan bisa tereduksi.

Maka kata ulama, jangan lelah berbuat baik, jangan mikir terlalu panjang untuk sesuatu yang baik, atau jangan terlalu ditimbang-timbang untung ruginya ketika akan berbuat sesuatu yang jelas kebagusannya, biarlah tidak dianggap, biarlah orang lupa berterima kasih, karena hasilnya, keuntungan pasti akan kembali ke kita jua. Kita yang akan menikmatinya.

Malang, 4 November 2021 /28 Rabiul Awal 1443.
Self remimder.

Comments