Tanda-tanda Fisik dan Emosi Akibat Kejahatan Seksual Pada Anak

Peristiwa Kejahatan Seksual Pada Anak (KSA) selalu terlambat untuk diketahui. Penyebabnya adalah, korban yang notabene anak-anak (laki-laki atuapun perempuan) dengan kemampuan kognitif masih terbatas, merasa ketakutan, cemas, terancam hingga trauma, sehingga tidak berani untuk langung melaporkan apa yang telah dialami pada orang tua, guru atau pihak berwajib. 

Anak yang menjadi korban KSA, telah terampas otonomi atas badannya, terancam dan merasa tidak aman. Maka yang harus dilakukan oleh pihak orang tua/ guru/ dokter/ psikolog ketika melihat indikasi seorang anak menjadi korban KSA adalah:

1. Memeluknya dengan penerimaan yang melindungi dan penuh kasih sayang.

2. Tidak menginterogasi atau bertanya apa pun yang berpotensi menguak luka hatinya.

3. Tidak menyalahkannya.


Menurut Sgroi (1985) seperti dikutip Prof Etty Indriaty di bukunya yang berjudul Anakku Sayang! Anakku Aman!, anak korban KSA diilustrasikan dapat memiliki tanda fisik dan emosi seperti berikut:

Gejala fisik

1. Berkembang problem kesehatan yang tidak dapat diterangkan: sakit kepala, mual, sakit otot dan tulang (psikosomatik).

2. Menunjukkan tanda-tanda (seperti) kehamilan.

3. Mengeluh sakit pada waktu buang air dan vagina atau penis memerah. 

4. Terdapat gejala infeksi genital: berbau.

5. Ada gejala atau bukti trauma fisik seperti lebam di daerah genital.

6. Mengalami kehilangan nafsu makan, mual tanpa sebab yang jelas.

7. Sakit dan berdarah pada waktu buang air besar karena luka galur pada dubur (pada kasus sodomi).

8. Pelebaran dubur.

9. Problem buang besar sebagai kemungkinan terjadinya perkosaan dubur.

10. Enuresis (tidak dapat menahan buang air kecil) sebagai kemungkinan gejala kemuduruan, mudah cemas atau ketakutan yang berhubungan dengan kejahatan seksual.


Gejala Psikologis

1. Mimpi buruk yang muncul dalam bentuk kekerasan.

2. Sering tiba-tiba marah tanpa sebab berarti dan tiba-tiba bicara sangat keras.

3. Berteriak-teriak dalam mimpinya dan meronta.

4. Mengalami regresi/kemunduran pertumbuhan.

5. Kadang-kadang memegangi alat kelaminnya.

6. Sangat ingin dilindungi pada waktu akan tidur.

7. Tiba-tiba sangat ketakutan berada di salah satu bagian rumah, seolah-olah telah mengalami kejadian buruk di tempat itu.

8. Terbangun tidur tengah malam, berkeringat dan gemetaran.

9. Mengalami periode panic, yang tak bisa diterangkan sebabnya, yang kemungkinan karena ingatan masa lalu akan kekerasan seksual yang dialami.

10. Tiba-tiba menolak sendirian dengan orang yang ia kenal, inginnya ada lebih dari dua orang yang ada di dekatnya.

11. Tiba-tiba menarik diri dari aktifitas kelompok yang tadinya sangat senang bermain.

12. Tiba-tiba tidak berprestasi di sekolah atau tidak ingin sekolah, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnnya.

13. Tiba-tiba meminta semua pintu dikunci atau tindakan pengamanan lainnya dan bertanya tentang perlindungan untuk dirinya.

14. Menjadi sangat tergantung pada orangtuanya, padahal sebelumnya sudah mandiri.

15. Berkembang rasa takut yang ekstrem pada waktu akan mandi, atau akan ke belakang atau saat harus membuka pakaiannya.


Menurut Sauzier, 1994, tidak semua anak yang mengalami KSA memiliki gejala atau tanda perubahan yang sama. Yang paling sering dan umum adalah mimpi buruk, kecemasan ketika BAK ataupun BAB.

Demikianlah, terus waspada dan panjatkan doa semoga Allah selalu melindungi dari segala marabahaya.

Yuk peluk anak-anak, sering-sering mengobrol dan menanyakan perasaannya hari ini. 



#bukunazlah

#stopkekerasanpadaanak.

Comments