Terapi Penyembuhan Bagi Anak Korban Kejahatan Seksual

Penyembuhan luka jiwa dan raga pada anak yang mengalami kejahatan seksual, harus segera dimulai sejak terungkapnya peristiwa, untuk mencegah efek buruk jangka panjang. Diharapkan, langkah ini segera diikuti dengan terapi dengan proses penyembuhan, dan integrasi ke dalam kehidupan normal. 

Langkah pertama adalah, tentu dengan memeluk si anak dengan penuh kasih sayang dan tidak menginterogasinya dengan pertanyaan yang berpotensi semakin memperparah keadaan.  Kita pasti tahu, bahwa anak korban KSA mengalami ketakutan dan kecemasan, sehingga langkah awal adalah memastikan padanya bahwa ia aman dan terlindungi.

Lalu, langkah kedua, terapi dengan bantuan psikiater/psikolog juga penting diupayakan sebagai bagian dari ikhtiyar penyembuhan luka batin anak korban KSA. Oleh terapis, anak akan dibantu untuk menyalurkan emosi kemarahan, kesedihan, dan rasa ketidakadilan yang dialaminya. 

Beberapa terapi yang telah dikembangkan oleh psikiater atau pun ahli psikologi anak, adalah dengan melibatkan seni atau art therapy. Hal ini berdasarkan teori filsuf kenamaan Plato yang mengatakan jika seni adalah ekspresi emosi dan memiliki kekuatan untuk menghasilkan respon emosi. 

Hampir semua medium seni dapat dipakai untuk melakukan art therapy. Misalnya, menggambar, musik, bernyanyi, bermain, seni olah raga, membentuk benda dari lilin, atau tanah liat.

Seni menjadi media pelepasan emosi, yang pada kejahatan seksual seringkali anak bungkam dalam waktu lama akibat ancaman untuk merahasiakan. Kurangnya kosakata dan rasa takut untuk berbicara menyebabkan anak-anak cenderung mengungkapkan emosinya dengan menggambar. Maka, terapi seni dapat menjadi salah satu media tepat bagi anak untuk mengungkapkan emosinya tanpa harus menerangkan secara verbal kejadian traumatis ini, 

Cerita-cerita dari gambar-gambar dari art therapy menunjukkan betapa anak korban KSA sangat butuh dimengerti bahwa mereka mengalami kerusakan fisik, merasa diperlakukan tidak adil, merasa terisolasi/sendirian, ingin memenjarakan pelaku, ketakutan akan kematian, merindukan untuk merasa sehat dan utuh lagi (Naitove, 1988).

Beberapa contoh hasil art therapy yang diterapkan pada anak korban KSA salah satunya adalah: anak menggambar bagian badan yang tidak utuh, disfigurasi (mata kanan dan kiri tidak sama), badan tanpa lengan dan tangan (Naitove, 1988). Ada pula contoh gambar dari seorang anak yang menggambar ayah tiri berada di balik jeruji besi penjara. 

Hal tersebut menunjukkan emosi yang sedang dialami anak dan ia mencoba melampiaskannya dalam coretan gambar. 

Metode Art therapy dalam program pengelolaan trauma akibat kejahatan seksual, ini dikembangkan oleh Clara Jo Stember (wafat 1978), seorang Art Theraphy's dari Conneticut Amerika Serikat dan pendiri program Daycare Child art Program for Traumatized Children. 

Metode terapi lainnya adalah dengan play/game therapy. Contohnya adalah dengan bermain boneka, di mana anak melampiaskan kemarahannya kepada benda/boneka yang menjadi representasi pelaku KSA. Media mainan lainnya bisa mobil-mobilan, rumah-rumahan atau lainnya yang lazim sesuai usia anak. 

Pada prinsipnya, Art atau play/game therapy membantu anak melepaskan kemarahan, kesedihan, ketidakberdayaan, rasa ketidakadilan terhadap badannya yang dijahati orang lain melalui pengungkapan perasaan dengan menggambar, bermain, dan membuat karya seni dari lilin atau tanah liat. 

Pengungkapan perasaan dengan karya seni itu bisa melepaskan kecemasan yang menggayuti jiwa dan raganya, dan pelepasan itu merupakan proses menuju penyembuhan.

Pada setiap sesi terapi, secara bertahap, seiring berjalannya waktu, hasil karya seninya berkembang dari mutilasi/ketidaklengkapan penggambaran suatu obyek menjadi lebih lengkap, kekosongan rumah tanpa jendela (karena ketertupan diancam untuk merahasiakan) menjadi rumah dengan jendela dan pintu. 

Terapi sangat membantu upaya penyembuhan luka hati anak, sehingga diharapkan ia dapat tumbuh baik sesuai tahap perkembangan usia. 

Dan last but not least, ada satu lagi metode terapi yang tak kalah ampuh, bahkan mungkin lebih ampuh dalam menyembuhkan luka hati anak, yaitu kasih sayang, perhatian, penerimaan, perlindungan dari orang tua, kakak adik, guru, dan lingkungan sekitarnya. Keluarga yang utuh dan saling menyayangi menjadi pilar kesembuhan untuk berfungsi normal secara sosial dalam masyarakat. 

Demikianlah, wallahua'lam bis showwab. 

Semoga selalu dalam perlindungan Allah SWT. Aamien.



#bukunazlah

#stopkekerasanpadaanak

Comments