Urgensi Apresiasi Terhadap Kesehatan Mental Anak, Parenting Sharing

Kesehatan mental atau mental health pada generasi muda, menjadi perhatian yang penting di era modern ini. Beberapa hal dituding sebagai pemicu timbulnya masalah mental. Tuntutan hidup yang semakin kapitalis, adalah salah satunya.

Dua kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa UI dan UGM beberapa waktu yang lalu, seakan menjadi alarm jika masalah ini sudah sedemikian seriusnya.

 Masalah mental bisa terjadi pada siapa saja. Pada era 1990-an dunia tersentak dengan pengakuan Lady Diana dari Inggris. Dalam sebuah wawancara, Lady Diana mengakui pernah berada dalam fase keadaan mental yang buruk akibat banyaknya tekanan dalam pernikahan, sampai-sampai mengalami bulimia atau gangguan makan. Pengakuan ini mendapat respek dari masyarakat luas, karena tak banyak anggota keluarga kerajaan Inggris yang berani speak-up ke publik.

 Dari beberapa studi kasus, rapuhnya mental Lady Diana, ditengarai telah ada bibitnya sejak kecil. Perceraian kedua orang tua Lady Diana, adalah salah satu penyebab. Rasa kecewa tersebut, rupanya terus terpendam hingga dewasa dan menikah. Makanya, ketika menghadapi tekanan dalam pernikahan (diabaikan oleh suami, perselingkuhan, dituntut untuk beradaptasi dengan cepat sebagai princess tapi kurang dibimbing), tak pelak bibit itu tersemai dan menyeruak.

 Yang ingin saya garisbawahi di sini, bahwa masalah pada mental health, bisa jadi bibitnya terbentuk sejak seorang manusia masih kecil.

 Penyebabnya? Banyak, ya. Tapi biasanya, disadari atau tidak, penyumbang terbesar terjadinya masalah kesehatan mental adalah dari lingkungan sekitar. Bisa dari orang tua yang toksik, teman, tetangga dll.

 Bisa dari perkataan yang nyelekit, diabaikan dan kurangnya perhatian, serta satu hal yang juga lumayan penting, yaitu kurangnya apresiasi atau penghargaan terhadap apa pun pencapaian terbaik yang bisa diusahakan oleh seorang anak. Saya rasa, apresiasi sangat dibutuhkan oleh semua orang. Tepatnya saling mengapresiasi. Kita perlu mengapresiasi orang lain dan kita pun butuh diapresiasi. Karena kalau hidup tanpa apreasiasi, jiwa manusia menjadi kering, hampa tak ada semangat.

 Lebih-lebih pada usia anak-anak, apresiasi sangat mereka butuhkan demi tumbuh kembang jiwa dan raga yang sehat. Orang tua adalah manusia pertama yang harus mengapresiasi buah hati. Bila ada orang lain yang mengapresiasi, guru atau teman misalnya, itu hanya tambahan. Yang paling utama tentu orang tua.

 Anak yang mendapat apresiasi yang cukup dari orang tuanya, jiwanya akan penuh. Ia merasa diinginkan, disayangi, dibutuhkan, dihargai, ditemani, aman dan tidak takut/percaya diri dalam menjalani hidupnya. Dan yang paling penting, mereka akan tumbuh menjadi sosok yang juga bisa menghargai dan mengapresiasi orang lain.

Sebenarnya, memberi apresiasi pada anak-anak itu mudah dan sederhana. Mengacungkan jempol sambil tersenyum itu sudah bentuk apresiasi, dan mereka akan senang bukan main. Percaya, deh. Tapi bila pelit dilakukan oleh orang tua pada anak, bisa fatal akibatnya. 

Pada kasus Lady Diana, sang Putri itu pernah mengungkap, pihak suami dan mertua, tak sekali pun ada yang mengatakan "well done" ketika ia usai merampungkan sebuah tugas kerajaan, sehingga membuat Diana semakin terpuruk.

 Demikianlah, terima kasih sudah membaca. Teriring doa semoga buah hati, sehat jiwa raga dan selamat sukses dunia akhirat.

Malang, 16 November 2022

Comments