Merekonstruksi Makna Rejeki Sudah Diatur dan Ditakar (2): Ikhtiyar Yang Berkah dan Mbarokahi.




Merekonstruksi Makna Rejeki Sudah Diatur dan Ditakar (2): Ikhtiyar Yang Berkah dan Mbarokahi.


Sebuah hadist yang telah sangat popular mengatakan: “Khoirunnas anfauhun linnas (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Inilah prinsip dasar yang diajarkan Islam kepada umatnya, tentang bagaimana menjalani hidup, termasuk dalam perkara menjemput rejeki (yang halal thoyyib), yaitu: kemanfaatan bagi orang lain. Jadi cari uang bukan semata untuk mengeruk keuntungan pribadi. Dan yang harus selalu diingat-ingat, prinsip dan aturan dalam Al-Quran dan As-Sunnah itu hukum alam, yang artinya berlaku untuk seluruh manusia. Muslim atau non muslim. 

Jangankan dalam hal ikhtiyar menjemput rejeki, bahkan dalam berdoa pun bila melibatkan kemanfaatan untuk orang lain akan berimpact besar untuk kita. Nabi bersabda yang redaksinya: salah satu doa yang paling mudah dikabulkan adalah doa untuk orang lain. Alasannya: karena ketika kita mendoakan orang lain maka malaikat ikut mengamini dan berkata: semoga anda memperoleh semacam itu. 

Maka jangan heran jika Elon Musk, orang terkaya di dunia, CEO Tesla dan beberapa perusahaan top lainnya, bisa kaya raya. Tak lain karena factor kemanfaatan bagi orang banyak. Bayangkan, berapa ratus karyawan yang diserap oleh perusahaan-perusahaan Elon Musk, berapa banyak uang yang dikeluarkan Elon Musk untuk menggaji orang sebanak itu? Belum lagi dari segi prodak, berapa banyak orang di dunia yang merasakan kemanfaatan dari prodak-prodak yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan Elon Musk? Semakin menghasilkan kemanfaatan, semakin kaya beliau ini. Itulah berkat dan memberkahi (mbarokahi). Ya, toh? 

(Definisi berkah adalah bertambahnya kebaikan, sedangkan memberkahi adalah memberikan keberkahan (kata kerja))

Tidak usah jauh-jauh melihat CEO warga negara Amerika itu. Kita lihat di negeri sendiri, juga banyak pengusaha kaya yang semakin raya. Contohnya pengusaha Indomie, Sudono Salim mendirikan perusahaan Indofood, menyerap tenaga kerja yang berarti mengurangi pengangguran dan memberi harapan hidup bagi ratusan pekerja dan keluarganya, karena mendapat penghasilan. Belum lagi dari sisi kemanfaatan prodak, sebagaimana kita tahu Indomie adalah makanan sejuta umat favorit rakyat Indonesia. Semakin manfaat, semakin berkat tambah ngebul jumlah hartanya. 

Contoh lain, artis Raffi Ahmad. Saya membaca kisahnya, kalau Raffi sejak remaja menjadi tulang punggung keluarga. Sang ayah meninggal dunia ketika Raffi dan dua orang adiknya masih kecil. Ketulusan Raffi dalam memenuhi biaya sekolah adik-adiknya, menjadikan berkah tersendiri sehingga ia kini menjelma artis yang mendapat julukan Sultan Andara.

Begitu juga kita sering lihat di sekeliling, banyak orang seperti Raffi, menjadi tulang punggung keluarga meski usia masih muda. Tapi rejekinya ya ada aja terus, tak pernah berhenti, walau mungkin tidak kaya raya.

Itulah impact dari kemanfaatan yang ditabur.

Saya pernah membaca sebuah artikel, yang saya dapat di broadcast pesan WA, saya yakin tulisan ini sudah banyak yang telah membaca. Tulisannya kira-kira seperti ini (tidak sama persis redaksinya). 

8 Pintu Rejeki Yang Tertulis Dalam Al-Quran.

1. Rejeki yang sudah dijamin. 

Ini adalah jaminan mendasar dari Allah terhadap semua makhluk. Bahkan seekor semut hitam di atas batu hitam, yang berjalan di gelapnya malam, ia berada dalam pengawasan Allah dan telah dijamin ketersediaan makanannya. 

2. Rejeki Karena Berusaha

3. Rejeki Karena Menikah

4. Rejeki Karena Memiliki Anak

5. Rejeki Karena Bersedekah

6. Rejeki Karena bersyukur

7. Rejeki Karena Istighfar

8. Rejeki Yang Tak Diduga-duga. 

Coba perhatikan, ternyata 7 di antara ke-8 poin di atas (poin 2 s/d 8) mengandung pesan kemanfaatan. Mari kita telaah lebih jauh poin 2 s/d 8, singkat aja sih, ya. Kalau poin nomor 1, tentang jaminan rejeki bagi setiap makhluk, saya rasa sudah jelas.  

2. Rejeki karena berusaha. 

Siapa yang berikhtiyar pasti akan mendapat hasil. Ini hukum alam, telah kami ulas di tulisan sebelumnya. Poin nomor 2, jelas mengandung nilai kemanfaatan. Paling tidak, dengan tak lelah berusaha, yah, minimal bermanfaat untuk diri sendiri, punya penghasilan sendiri dan menghindarkan diri dari ‘merepotkan orang lain’, tidak meminta-minta.

3. Rejeki Karena Menikah. 

Poin ini jelas banget mengandung pesan kemanfaatan. Dengan menikah, dua orang mengikat janji yang mana keduanya akan saling menyelaraskan, tak lagi sekedar memikirkan diri sendiri. Seorang laki-laki akan berusaha menafkahi anak istrinya. Dengan demikian, pasti akan dapat manfaat sekaligus berkatnya. Ia dan anak istri dapat hidup layak, sehat, berpendidikan demi masa depan yang lebih baik.

4. Rejeki Karena Memiliki Anak.

Penjelasannya hampir sama dengan nomor 3 di atas. Apalagi dalam Islam, dijelaskan kalau anak membawa rejekinya masing-masing.

5. Rejeki Karena Bersedekah

Poin ini jelas mengandung pesan kemanfaatan. Realita-nya, sedekah yang walau jumlahnya tak seberapa, sangat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Apalagi kalau banyak, ya kan? Sedekah adalah ajaran yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan saking dianjurkannya, dalam Islam ada sedekah wajib yaitu zakat (fitrah dan mal) yang harus dikeluarkan, dan sedekah sunnah. Balasannya nggak main-main. Allah berjanji akan membalas tiap-tiap sedekah dengan ganjaran berlipat, bahkan hingga 700.000 kali lipat. Mantabbek nggak tuh. 

Nah, kalau dipikir-pikir para pengusaha itu, membayar gaji karyawan dengan UMR ditambah bonus-bonus atau reward, disadari atau tidak bisa jadi termasuk sedekah “terselubung”. Kenapa? 1. Simbiosis mutualisme yang mana pihak pengusaha dan pegawai saling memberi dan mendapat manfaat. 2. Karena membuat pegawai mendapat rejeki dari hasil bekerja, ini pasti jauh lebih terhormat (daripada didapat dari minta-minta atau hanya sekedar pemberian). Makanya rejeki pengusaha semakin banyak, bisa jadi karena factor ini. 

Atau ada contoh lain, ada seseorang yang kelihatannya “jarang” bersedekah, tapi rejekinya lancar. Ternyata usut punya usut, ia suka jajan. Ia suka membeli dagangan pedagang kecil, teman, sahabat, keluarga, tetangga. Apa artinya? Ia bersedekah secara “terselubung” dan “terhormat” dan jelas bermanfaat.

6. dan 7 Rejeki Karena Bersyukur dan Beristighfar.

Poin ini juga mengandung poin kemanfaatan, minimal untuk diri sendiri. Dengan bersyukur, kita melatih diri untuk selalu cukup terhadap apa yang dianugerahkan Allah SWT. Begitu juga istighfar, yang mana istighfar dapat menghapus dosa-dosa kecil yang dapat menghalangi sampainya rejeki ke tangan kita. 

8. Rejeki yang tidak diduga-duga. 

Saya pernah menulis di buku Fullday School Sejati, terbit 2020, Aksana Publisher, jadi menurut para ulama, meski namanya rejeki tak terduga, tapi tetap saja datang karena ada lantarannya. Artinya, rejeki tak terduga itu tidak datang ujug-ujug ya. Pasti ada lantarannya berupa amalan atau kebaikan yang kita lakukan. Misal bersedekah, istiqomah salat duha, berbakti pada orang tua, berinfak terhadap lembaga pendidikan, rajin belajar dan mengaji serta banyak lainnya, terutama amalan-amalan yang mengandung kemanfaatan bagi orang lain. 

Demikianlah, semoga dimudahkan dalam berikhtiyar menjemput rejeki yang halal berkah thoyyib manfaat. Jangan lupa selalu mengawali semua aktifitas dengan bacaan Basmalah, ya. Semangat

Comments