Memperingati Hari Buku Nasional (1), Buku Berpengaruh Di Masa Kecilku


buku lama yang penuh kenangan



Beberapa waktu lalu ketika ku pulang ke rumah orang tua di Bangil, aku menemukan lima buah buku masa kecilku. 2 (dua) buah seri Lima sekawan, satu buah seri Malory towers, satu buah seri Trio Detektif dan satu buah seri Pasukan Mau Tahu. Seri -seri tersebut menceritakan tentang petualangan dan pengalaman sekelompok anak muda dalam membekuk kawanan penjahat, karangan penulis Inggris yang bernama Enid Blyton.
Hanya itu yang kutemukan dari sekian buku koleksi masa kecilku, yang lain hilang entah kemana. Buku-buku tersebut lalu kubawa ke Malang, tempat tinggalku sekarang, untuk kuberikan pada anakku.

Lucu juga mengenang sejarahku dengan buku-buku tersebut. Masa kecil yang tak terlupa :)

Pertama yang kukenal dari seri novel-novel tersebut adalah seri Pasukan Mau Tahu dari majalah Bobo, majalah anak-anak yang suka aku baca. Saat itu aku kelas 4 SD. Aku dan kedua saudaraku memang langganan majalah Bobo.
Waktu itu, di Bobo lagi mengulas tentang seri-seri Pasukan Mau Tahu yang disertai dengan sinopsis ceritanya. Semua terbitan Gramedia. Hmm menarik batinku. Jadi kepengen beli. Tapi sayang dikotaku (waktu itu aku tinggal di kota Sampang) tak ada toko buku Gramedia. Kalau mau beli ya harus ke Surabaya. Akhirnya kupendam saja keinginan tersebut. Kapan-kapan kalau ke Surabaya aku pasti akan membelinya. Abah pun menjanjikan kelak kalau ke Surabaya kita mampir ke Gramedia.

Suatu saat aku main ke rumah teman baruku disekolah. Kebetulan rumahnya dekat dengan rumahku. Seperti ketiban durian runtuh, tak dinyana tak diduga kulihat dia punya beberapa seri Pasukan Mau Tahu. Aku senang bukan main langsung saja ku pinjam salah satu buku tersebut. Begitu selesai seri yang satu langsung kupinjam seri yang lain ;D. Kalap. Hampir semua seri yang dia punya kupinjam. Ceritanya memang menarik sih. Temanku itu memang baik hati, selalu memperbolehkan aku meminjam bukunya... (Pakabar kau sobat lama tak jumpa ku tak tau dimana kini kau berada)

Akhirnya tiba saat ke Surabaya, aku pun memenuhi hasrat terpendam untuk memiliki buku-buku seri petualangan itu. Kemudian lain waktu setiap ada kesempatan ke Surabaya aku sempatkan membeli buku-buku seri petualangan yang lain dari Enid Blyton. Juga seri cerita lain dari penulis berbeda seperti putri-putri, cinderela, putri tidur putri salju dsb. Kalau seri nabi-nabi Alhamdulillah sudah ada warisan umi, jadi tak perlu beli lagi :D


***
Aku dan almarhum adik sampai-sampai sangat terpengaruh dengan cerita novel petualangan tersebut.
Kami berdua menghayal bawa kami juga adalah sekelompok detektif.  Sebuah imajinasi anak-anak.
Beberapa rencana kami susun seolah-olah kami sedang mengintai penjahat. Kalau di seri petualangan Lima Sekawan ada seekor anjing yang setia bernama Timmy, maka aku dan adikku juga punya kucing yang setia yang kami beri nama Temeng :).

Pernah kami mempunyai rencana menyamar menjadi pemulung yang sedang bertugas mengintai kawanan perampok. Jadilah ketika pulang sekolah kami menyusuri jalan sepanjang rumah sampai alun-alun kota. Supaya seperti pemulung beneran maka kami memunguti benda-benda yang kami temui dijalan. Alhasil setelah sampai dirumah, beberapa bungkus korek api dengan gambar pakaian adat dan binatang langka menjadi pelengkap koleksi kami :D
Lalu sorenya kami megadakan acara minum teh yang di temani biskuit lezat. Sebenarnya biskuit roma sih tapi kami membayangkan biskuit berlapis cokelat yang lezat seperti yang ada di cerita lima sekawan :D.

Pernah juga kami (aku, kakak dan almarhum adik) dan beberapa teman berpura-pura mengadakan pengintaian penjahat yang bersembunyi digunung. Kebetulan di belakang rumah kami adalah bukit, jadi kami naik ke bukit tersebut sambil membawa bekal. Setelah capek "mengintai" kawanan penjahat maka bekal itu kami santap dengan nikmat, ternyata naik gunung bisa membuat kami kelaparan :D.

***
Hmm sebuah kenangan indah masa kecil yang bertumbuh dengan buku. 
Seiring bertambahnya usia maka bahan bacaan yang kami baca pun berganti, novel remaja, sejarah, sains, majalah-majalah pengetahuan popular sampai fiqih dan agama. 
Lalu adik dan kakak pergi mesantren sehingga aku pun tak punya teman untuk "berpetualang" lagi.

Sekarang ditengah zamannya internet dan mainan digital , besar harapanku agar anak-anakku mengalami masa bermain yang indah dengan teman-temannya yang penuh dengan imajinasi.


Malang, 12 Oktober 2016

Bunda Farhanah
Tulisan ini ditulis 3 Februari 2011

#onedayonepost

Comments

Post a Comment