Bocah Lelaki Imut Dan Pengemis Tua

Suatu siang di gerbang sebuah madrasah, seorang bocah lelaki berwajah imut umur 6 atau 7 tahun sedang berdiri menunggu jemputan sang bunda.

Dia memandangi seorang pengemis tua yang tiba-tiba muncul dan lalu duduk manis tak jauh darinya. Pengemis itu lalu mulai memainkan alat musik tiupnya. Entah merdu entah fals sepertinya si pengemis tak peduli. Dia terus memainkan lagunya.

Terlihat dari mimik wajahnya, si bocah lelaki berwajah imut itu merasa iba terhadap si pengemis tua. Sedangkan teman-temannya  sudah mulai mengerubungi si pengemis dan mengisi kaleng butut milik pengemis tua dengan sisa uang sangu  mereka. 

Melihat respon bocah-bocah kecil yang mengerubunginya, si pengemis tua makin bersemangat meniup alat musiknya.
Si Bocah lelaki berwajah imut merogoh saku celananya dia mencari-cari mungkin ada sisa uang sangu-nya yang tersisa. Lama mengaduk saku celananya namun dia tak menemukan apa-apa. Di cari di tas juga tidak menemukan se-receh-pun.

Si bocah lelaki berwajah imut sangat ingin memberi seperti  teman-teman yang lain. Dia ingat sebuah nasehat ustadzahnya tentang ganjaran bagi siapapun yang suka berbagi. Ganjaran istimewa dari Tuhan.

Sekali lagi dia coba mencari di sela-sela bukunya barangkali ada lembaran uang yang terselip. Tak ada. "Ya sudahlah...lain kali aja, mudah-mudahan aku bisa bertemu lagi dengan pengemis tua yang sungguh mengharukan ini" batin si bocah lelaki berwajah imut itu. Dia terus memandangi si pengemis tua.

"Sayang ayo kita pulang, maaf ya ibu terlambat, udah lama nunggu ya?" tanpa disadari oleh si bocah, sang bunda datang.

"Ibu..sini bu" si bocah lelaki menarik tangan ibunya agak menjauh dari kerumunan bocah-bocah kecil yang mengelilingi pengemis tua.

"Ibu...adek ingin memberi uang pada mbah itu, tapi uang sakuku udah habis. Minta ya,Bu?"

"Tentu boleh"  jawab  sang bunda lalu menjulurkan selembar uang seribuan.

"Terimakasih ya, Bu" kata si bocah. Namun, sambil menerima uang seribuan tersebut si bocah seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Minta yang duapuluh ribuan dong Bu, adek ingin memberi duapuluh ribu Bu" kata si bocah lagi.

"Sayang, bersedekah meski seribu yang penting ikhlas itu udah berpahala lho" jawab sang bunda.

"Ibu, lihat si mbah itu, bajunya kumal, adek tadi ngintip kotak makannya cuma ada sisa nasi kering, apa ibu ga kasihan" 

"Iya ibu kasihan, tapi kan..."

"Makanya itu, kita harus memberi yang banyak supaya mbah itu bisa beli baju dan makan. Kata bu guru, semakin banyak jumlah yang kita sedekahkan, semakin besar dan luas rumah yang di bangun Allah untuk kita di surga nanti" Si bocah lelaki berusaha meyakinkan ibunya.

Sang bunda mau tak mau luluh juga. Dia tersenyum lalu mencium kening putranya. Dirogohnya selembar uang dua puluh ribuan dari dompetnya dan memberikannya pada putranya. Si bocah lelaki segera berlari ke arah si pengemis tua dan memberikan uang tersebut.

Lalu kedua ibu dan anak itu pun beranjak pulang.

Tak lama kemudian petugas sekuriti madarasah tersebut membubarkan kerumunan bocah dan si pengemis dipersilahkan pergi.


***


Sebuah catatan pengamatan




Malang, 30 November 2016

Bunda Farhanah



Note: Cerita mini ini di tulis 11 Februari 2011, dengan sedikit perbaikan terutama terkait Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.




#onedayonepost





Comments

  1. Bahagianya jadi guru si bocah lelaki ini

    ReplyDelete
  2. Pengen punya anak yg kyak gitu..bersyukur skali pny anak kyak gitu...

    ReplyDelete

Post a Comment