Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia (5) : Masjid Agung Jami' Malang

Hari itu, langit kota Malang sangat bersahabat, cerah dengan hiasan arakan awan putih beraneka bentuk. Angin sepoi-sepoi melengkapi kenyamanan suasana. Aku, Ahfa dan Averroes duduk manis di mobil yang terparkir tak jauh dari masjid Jami' kota Malang, menunggu suami yang sedang sholat jumat di sana. Jendela mobil aku buka lebar-lebar memerdekakan angin sepoi bebas keluar masuk ke dalam mobil. Posisi parkir mobil kami yang lumayan rindang dan strategis, memungkinkan aku leluasa mengamati masjid jami' dan segala aktifitasnya jumat siang itu. Ramai sekali, parkir penuh oleh berbagai macam kendaraan, mulai sepeda, becak, bentor, motor dan beraneka merk mobil. Jemaah sholat jumat meluber sampai ke jalan. Sayup-sayup aku dengar suara khotib sedang berkhutbah.


Masjid yang terletak tepat di jantung kota Malang ini memang masjid kebanggaan warga Malang. Aku, penduduk urban yang telah ber -KTP Malang tentu tak mau ketinggalan menyatakan diri sebagai salah satu warga yang bangga terhadap masjid ini :).


Sambil mengamati masjid, aku membuka beberapa situs yang memuat sejarah masjid Jami' Malang.


Masjid ini dibangun pertama kali oleh pemerintah setempat yang berkuasa waktu itu pada tahun 1890 di atas tanah pemerintah seluas 3000 m2. Berlokasi di jalan Merdeka Barat, persis di sebelah barat alun-alun kota Malang. Di sebelah timur alun-alun berdiri gagah gedung pemerintah kabupaten Malang. Hmm komposisi ini, di mana di pusat kota ada alun-alun yang di kelilingi  gedung pemerintah dan masjid, mengingatkanku akan sejarah kejayaan kerajaan islam di Nusantara khususnya Jawa. Konon yang memprakarsai tata kota yang demikian adalah Sunan Kalijaga, salah satu dari wali songo yang hidup pada abad 14.


Aku mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru alun-alun, selain bangunan kantor pemerintah dan masjid jami', di sekitar alun-alun kota Malang kini telah ramai dengan berbagai bangunan. Ada kantor pos, kantor bank, hotel, mall, kantor asuransi dan yang paling menarik ada pula gereja yang berdiri di samping kiri masjid, hanya berjarak satu bangunan saja yaitu kantor asuransi. Sebuah pemandangan yang mengesankan tentang kerukunan antar umat beragama di kota Malang.


Sebagaimana masjid tua di Nusantara kubah masjid ini berbentuk limas (tagug) yang bertangkup dua. Masjid ini kembali dibangun pada tahun 1903 tetap dengan arsitektur lamanya yang khas masjid Nusantara. Dengan soko guru utama yaitu berupa empat tiang dari kayu jati dan 20 tiang penyangga yang bentuknya mirip  dengan empat tiang penyangga utama. Bangunan utama ini tetap dipertahankan keasliannya hingga kini.


Perluasan masjid dan penambahan beberapa bagunan penunjang seperti pintu gerbang, menara, ruang perpustakaan, ruang klinik, ruang TPQ dan kamar mandi dengan arsitektur arab menambah kegagahan masjid. Jadilah masjid jami' Malang kini memiliki dua gaya araitektur yaitu arsitektur jawa untuk ruang induk (utama) masjid dan arsitektur arab untuk pintu gerbang dan bagian muka masjid.


Setiap hari masjid ini ramai dikunjungi baik oleh warga kota Malang sendiri ataupun dari luar kota Malang. Selain kegiatan peribadatan, berbagai kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid ini. Seperti kajian rutin, TPQ, klinik kesehatan dan juga syiar melalui radio Madinah FM di 99,8 FM. Kebetulan siaran radio ini menjadi favoritku dan suami ketika berkendara.


Sumur Artesis 


Untuk menyediakan keberadaan air bersih untuk seluruh aktifitas masjid, maka pada 27 Januari 2010 takmir masjid melaksanakan pengeboran sumur artesis sedalam 205 m dengan biaya 150 juta yang ditanggung sepenuhnya oleh seorang dermawan. Air artesis ini kini telah mengalir sendiri meski tanpa bantuan pompa dengan debit 15 liter perdetik. Menurut penelitian dari pihak PDAM, air artesis masjid jami' Malang bisa langsung diminum. Bahkan bisa untuk terapi kesehatan karena memiliki alkalinitas  273,31 dan angka Total Dissolved Water (TDS)  yang mendekati TDS air zamzam. TDS air artesis masjid jami' Malang sebesar 437 sedangkan TDS air zamzam sebesar 430.
Subhanallah boleh di coba ini.

***

"Ma, Babah datang" kata Ahfa sambil menunjuk babahnya yang baru selesai jumatan dan berjalan ke arah mobil kami.


Aku yang dari tadi sibuk mencatat di ponsel sambil sesekali merespon celotehan Ahfa dan Averroes, menghentikan kegiatanku dan bersiap melanjutkan perjalanan. Segera kusimpan tulisanku di draft untuk aku publikasikan di lain kesempatan.


Akhirnya inilah draft itu, aku publikasikan kini :)


Wallahua"lam


Malang, 6 Desember 2016

Bunda Farhanah


Foto-foto dibawah ini diambil dari beberapa sumber dan ada juga hasil jepretan saya :).



1. Masjid Jami' Malang 1910



 2. Masjid Jami' Malang 1948


 3. Masjid Jami' Malang 1950


4 dan 5. Masjid Jami' Malang 2016






Comments

Post a Comment