Cerbung: Melati Di Taman Hati (2)

Pak Hadi sedang menulis di papan tulis dan badannya membelakangi pintu ketika Tia melangkah masuk. Kelas yang sunyi membuat suara gagang pintu diputar terdengar jelas. Pak Hadi menoleh ke arah pintu. Didapatinya Tia berdiri mematung dengan wajah tertunduk.


"Maaf Pak saya terlambat lagi" kata Tia pelan.


"Ya saya tahu, silakan duduk, tapi nanti setelah kelas berakhir anda temui saya di ruangan saya, saya harus memberi anda tugas tambahan" kata pak Hadi tegas.


"Baik,Pak, terimakasih"


***


"Huuuuuffft....."


Tia menghempaskan badan ke kasur. Dipandanginya langit-langit kamar kos yang berwarna kuning pudar, saking lamanya tidak di cat ulang. Langit-langit itu seakan menertawakannya, "Hai Tia wajahmu jangan ikutan pudar sepertiku doooong, hahaha". Huh Tia melengos.


Tia bangkit dan duduk di tepi kasur. Kamar kos Tia tanpa dipan, jadi kasur gelar di lantai. Dibukanya tugas dari Pak Hadi tadi, tugas membuat esay tentang sejarah Akuntansi Indonesia. Esay ini memerlukan riset pustaka yang mendalam. Jadi selepas kuliah tadi, disempatkannya ke perpustakaan meminjam beberapa buku.


Tugas tambahan dari pak Hadi ini jelas menambah panjang daftar tugas kuliahnya. Semua harus sudah dikumpulkan minggu depan sebelum UAS berlangsung.


Tia melihat jam hello kitty di dinding kamarnya. Jam 13.00.


"Oke, masih ada waktu 1 jam untuk menyelesaikan salah satu tugas, lalu aku akan siap-siap berangkat kerja" batin Tia. Dia memutuskan untuk mengerjakan tugas Matematika Dasar yang sudah tinggal setengah jalan.


***


Jam 14.40 Tia sudah ada di jalan menuju toko roti Bunda Brownies & Bakery, tempatnya bekerja 6 bulan ini. Tiap hari dia mendapat shift sore sampai malam, jam 15.00-20.00.  Paginya sampai jam 13.00 Tia kuliah.


Matahari masih bersinar terik, Tia melindungi wajahnya dari sinar matahari dengan tas. Bunyi keroncongan dari perut mengiringi langkah Tia, memang sejak siang tadi belum makan. Karena alasan menghemat, Tia memilih makan siang sekaligus sore di toko bu Nana, di sana dia bisa makan gratis karena telah disediakan beras beserta penanak nasi listrik di dapur toko, biasanya Ina dan Wati, pegawai bagian produksi yang shift pagi sudah menanaknya, untuk makan siang mereka. Dan selalu mereka lebihkan untuk Tia, jadi Tia tinggal makan saja lalu mencuci penanak nasi itu untuk dipakai kembali besok pagi. Kalau lauk beli sendiri, namun tak jarang bu Nana memberi lauk untuk semua pegawainya.


Tiba di toko, Tia disambut bau harum roti yang baru keluar dari pemanggangan. Dilihatnya bu Nana, Ina, dan Wati, sibuk di dapur produksi yang ada di belakang toko. Sedangkan Dini, pegawai shift pagi sampai siang yang bertugas menjaga toko sibuk mondar mandir mengambil roti yang matang untuk di bungkus dan dimasukkan dalam kotak.


"Ayo Tia, cuci tangan, pakai seragam dan celemekmu. Segera bantu kami, roti-roti ini harus sudah siap sebelum jam 5" Kata Bu Nana.


"Iya, Bu"


Namun, ya ampun tak sengaja Tia menyenggol satu loyang penuh berisi roti-roti yang sudah siap dibungkus. Roti-roti itu berhamburan jatuh di lantai dan ada yang kotor bahkan rusak.


"Ma...maaf, Bu" pekik Tia tertahan.




Bersambung

#Onedayonepost
#cerbung












Comments

Post a Comment