Ibnu Batutah, Sang Penjelajah dan Petualang Muslim Pemberani

Di masa sekarang ini, melakukan perjalanan semakin mudah saja. Berbagai macam moda transportasi tersedia. Mulai dari angkutan transportasi darat, laut atau udara. Tinggal dipilih saja sesuai destinasi dan budget, mau travelling tipis-tipis atau berat-berat :). Ya travelling sudah menjadi kebutuhan masyarakat modern.


Bagi yang menasbihkan dirinya sebagai penggemar travelling, pernah kepikiran nggak untuk menulis semacam catatan perjalanan gitu? Atau paling tidak ketika selfie lalu dibawahnya ditulis caption yang menjelaskan ini lagi dimana, kapan, lagi ngapain, bersama siapa saja dan seterusnya?


Mungkin untuk pertanyaan yang kedua, akan banyak yang menjawab ya. Foto-foto yang berseliweran di berbagai akun media sosial membuktikan hal tersebut. Menurut saya, hal ini sudah cukup bagus untuk merekam segala jejak aktifitas perjalanan yang pernah kita lakukan.


Nah, berbicara mengenai sebuah catatan perjalanan, bahwa ada seorang muslim penjelajah ulung, yang telah mencatat setiap detail perjalanannya ketika berkeliling dunia selama 24 tahun dengan peralatan menulis seadanya karena tokoh tersebut hidup di abad 14. Bagi yang suka travelling harusnya tahu dong siapa tokoh ini? Ya, tokoh itu adalah Ibnu Batutah, seperti yang tertera pada judul :).


Kisah Ibnu Batutah yang mencatat perjalanannya ini menginspirasi banyak orang untuk mencatat perjalanan mereka. Termasuk saya. ketika berhaji pada 2009 lalu, saya mencatat beberapa pengalaman. Di antara catatan itu, ada dua yang saya publikasikan di kolom catatan (note) akun Facebook saya beberapa tahun yang lalu.


Kembali pada Ibnu Batutah, saya akan tulis kembali biografi singkat beliau yang saya himpun dari berbagai rujukan.


Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Lawati al-Tanji atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Batutah adalah seorang penjelajah Muslim yang sudah berkeliling dunia sejauh 75.000 mil atau 120.000 km, baik melalui daratan dan lautan. Atau sekitar 44 negara di dunia. Saat itu belum ada pesawat terbang atau kapal laut yang bermesin. Subhanallah benar-benar menakjubkan.


Jarak ini ternyata lebih jauh dibanding yang telah dilakukan penjelajah dunia manapun, sebelum ditemukannya mesin uap di dunia. Bahkan, jarak ini lebih jauh dibanding Marco Polo sekalipun, seorang penjelajah dunia asal  Italia (waktu Marco Polo meninggal dunia, usia Ibnu Batutah baru 20 tahun). Maka tak aneh bila kemudian nama Ibnu Batutah disejajarkan dengan penjelajah dunia ternama lainnya seperti Marco Polo (Italia) dan Magellan (Portugis).


Ibnu Batutah lahir Tangiers, Maroko, Afrika Utara pada 24 Februari 1304 M. Besar dalam keluarga yang taat beragama, Ibnu Batutah giat mempelajari fiqih dan juga sastra dan syair Arab.



Bermula dari Ibadah Haji


Kepergian pertama Ibnu Batutah adalah ketika beliau menunaikan ibadah haji pada usia kurang dari 21 tahun pada 14 Juni 1325 M. Perjalanan yang awalnya menuju Mekkah ini ternyata membawa Ibnu Batutah dalam penjelajahan menakjubkan selama tidak kurang dari 24 tahun.



Dari Tangiers beliau menyeberangi Tunisia dan hampir seluruh perjalanannya saat itu ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk menghindari berbagai resiko selama perjalanan seperti diserang perampok, Ibnu Batutah bergabung dengan kafilah dagang.



Dari Tunisia, Ibnu Batutah menuju  Libya dan tinggal di sana selama beberapa waktu. Kemudian Ibnu Batutah melanjutkan perjalanan ke Mesir dan tiba di Alexandria pada 15 April 1326. Mengenai Alexandria, Ibnu Batutah mencatat bahwa Alezandria adalah salah satu tempat terindah yang pernah dia kunjungi. Alexandria adalah kota delta sungai Nil yang langsung menghadap pada laut mediterania dan merupakan kota pelabuhan yang sibuk.  Setelah beberapa pekan di Alexandria, Ibnu Batutah menuju Cairo dan melanjutkan menuju Damaskus (Syiria). Karena tiba di Damaskus pada bulan romadhon, maka Ibnu Batutah memutuskan tinggal di Damaskus selama romadhon dan menggunakan kesempatan ini untuk berguru pada Ulama-ulama Damaskus. Waktu itu Damaskus, pada abad pertengahan, telah berkembang menjadi salah satu kota ilmu yang penting dalam sejarah kejayaan Islam.


Dari Damaskus, Ibnu Batutah melanjutkan perjalanan menuju Mekkah melalui jalur Suriah. Jalur ini memungkinkan Ibnu Batutah untuk mengunjungi beberapa situs suci seperti Hebron (Lebanon) dan Palestina berikut Bethlehem dan Masjidil Aqsha.


Lalu dari sini Ibnu Batutah sampai di Madinah dan tak lama kemudian tiba di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.


Selesai  dari ibadah haji, Ibnu Batutah tidak pulang ke Tangiers namun melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran. Beberapa lama tinggal di bumi mesopotamia, Ibnu Batutah kembali lagi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya dan tinggal di kota suci ini selama tiga tahun.


Setelah itu Ibnu Batutah melanjutkan perjalanannya menuju Jeddah, lalu menyusuri laut merah menuju Yaman dan singgah di Aden. Kemudian Ibnu Batutah berlayar menuju Mombasa di pantai timur benua Afrika.


Pada tahun 1332, dari Kulwa, sebuah kota di pantai Timur Afrika, Ibnu Batutah menuju Oman dengan menyebrangi selat Hormuz. Dari Oman terus ke Siraf, Bahrain dan Yamama untuk kembali ke Mekkah guna melaksanakan ibadah haji yang ke tiga kali.


Dari Mekkah, Ibnu Batutah melanjutkan ke Jeddah dan berencana melaksanakan pelayaran ke Asia. Namun Ibnu Batutah mengubah jalur perjalanannya, beliau memutuskan untuk singgah lagi di Cairo. Untuk selanjutnya, dari Cairo beliau melanjutkan perjalanan menuju Asia Kecil melalui jalur Palestina dan Suriah dengan melintasi laut hitam.



Setelah beberapa lama, Ibnu Batutah tiba di Turki melalui selatan Ukraina. Dari sini Ibnu Batutah melanjutkan perjalanan ke Asia melalui kota-kota penting Islam di selatan Rusia yang berbatasan dengan Asia (Khurasan) seperti Bukhoro, Balkh, Herat dan Nishapur.



Kemudian melintasi pegunungan Hindukush menyusuri Afghanistan, Pakistan dan akhirnya masuk di India. Ibnu Batutah tinggal di Delhi selama beberapa waktu dan diterima dengan baik oleh Sultan Mohammad Tuglak.



Dari Delhi, Ibnu Batutah melanjutkan pengembaraannya mengunjungi negara-negara Asia Tengah. Hampir semua negara Asia Tengah seperti Srilanka, Nepal dan Maladewa dijejaki oleh Ibnu Batutah. Dari Asia Tengah, melalui jalur laut, Ibnu Batutah tiba di Pasai (Aceh) dan tinggal selama 15 hari di Aceh. Di Aceh beliau disambut dengan ramah oleh Sultan Mahmud Malik Zahir.


Mengenai Aceh, Ibnu Batutah mencatat bahwa Pasai adalah negeri yang hijau dan subur. Rakyat dan alamnya indah menawan. Negeri yang menghijau ini memiliki kota pelabuhan yang besar dan indah.


Dari Aceh, Ibnu Batutah melanjutkan perjalanan ke China melalui jalur Malaysia dan Kamboja. Setiba di Peking dan singgah beberapa lama, Ibnu Batutah melnjutkan perjalanan ke Calcuttta dan menggunakan kapal melintasi laut Araman, masuk ke perairan teluk menuju Dhafari dan Muscat menuju Iran, Irak lalu Mekkah untuk kembali menunaikan ibadah haji.


Ibadah haji tersebut adalah ibadah haji terakhir Ibnu Batutah. Dari Mekkah, beliau kembali ke Maroko, kampung halamannya. Namun tak lama kemudian, beliau berangkat mengunjungi negeri Islam di wilayah Eropa seperti Andalusia dan beberapa negeri Islam lainnya di Afrika seperti Nigeria dan Sudan.



Catatan Perjalanan Terlengkap di Dunia



Atas dorongan Sultan Maroko yang bernama Abu Enan, dibantu juru tulis istana yang bernama Ibnu Jauzi, Ibnu Batutah menuliskan kisah perjalanannya. Ibnu Batutah mendiktekan kisah perjalanannya dengan detail pada Ibnu Jauzi yang pernah ditemuimya ketika di Iberia. Proses penulisan kisah Ibnu Batutah menjadi sebuah buku memerlukan waktu sekitar 2 tahun.


Kisah perjalanan ini diberi judul Tuhfah an-Nuzzarfi Ghara'ib al-Amsar wa Ajaib al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan). Buku ini dianggap sebagai buku catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad 14.



Bumi Bulat



Pengalaman menjelajahi daratan dan lautan, membuat Ibnu Batutah semakin mempercayai ke Maha Besaran Allah. Salah satu kesimpulan penting dari serangkaian perjalanan menakjubkan ini, beliau percaya dan menegaskan bahwa bumi adalah bulat seperti telah tersirat dalam Firman Allah di kitab suci Al-Quran.



Wallahua'lam


***



Malang, 9 Januari 2017

Bunda Farhanah


#OnedayOnepost
#Rubrik_senin
#Tokoh_Muslim_IndonesiadanDunia



Foto peta jalur perjalanan Ibnu Batutah ( Sumber foto dari Google)



Comments

Post a Comment