Review Buku: Sehidup Sesurga Karya Fahd Pahdepie

Bukan hal yang mudah untuk sampai di angka ini
Butuh usaha yang terus menerus 
Untuk bertahan

Memilih membersamaimu adalah perjuangan, bagiku
Mungkin demikian juga bagimu

Kita berbeda dalam segala

Namun,
Satu dalam cinta

Ya,
Cintalah yang memimpin perjuangan ini menjadi indah
Cintalah yang memandu langkah-langkah kita menjadi seiring sejalan, menuju surga-Nya

(Puisi oleh Bunda Farhanah, 16 Januari 2017 bertepatan dengan 17 tahun perjalanan pernikahan kami)




Ketika sepasang mata saya menangkap cover buku berjudul Sehidup Sesurga, karya Fahd Pahdepie, refleks saja tangan ini meraihnya, membaca blurbnya sekilas lalu memasukkan ke dalam tas belanja yang saya tenteng, berbaur dengan berbagai barang belanjaan lainnya yang sebagian besar adalah kebutuhan sekolah anak-anak.

Fahd Pahdepie, penulis buku ini, adalah penulis muda berbakat, CEO dari situs www.Inspirasi.co, sebuah situs kepenulisan dimana saya ikut "menitipkan" beberapa tulisan disana.

Buku karya bang Fahd ini adalah non fiksi, berisi kumpulan cerita sehari-hari bang Fahd dan istrinya dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka. Kisah-kisah yang ringan dan sederhana bahkan terkadang luput dari perhatian, namun sarat makna. Saya membacanya dengan baper, kadang tersenyum, meringis, tertawa bahkan sedih. Ya karena memang kisah-kisah dalam buku ini hampir dialami oleh semua pasangan suami istri, termasuk saya.

Salah satu contoh kisah, ketika suatu saat mbak Rizqa (Istri bang Fahd) bercerita pada suaminya, ingin sekali membeli sebuah alat masak dengan merk tertentu karena bagus begini begitu, namun karena beberapa alasan alat masak itu urung dibeli. Tapi diam-diam bang Fahd mencatat merk alat masak itu untuk dibelinya suatu saat, sebagai hadiah di hari ibu bagi mbak Rizqa. Ketika alat masak itu sudah terbeli, bang Fahd mengatakan pada istrinya bahwa ini hadiah hari ibu. Di luar dugaan mbak Rizqa menolak menerima alat masak sebagai hadiah, dengan alasan bahwa alat masak ini untuk keperluan bersama dan dipakai bersama maka alat masak bukan hadiah. Menurut mbak Rizqa, hadiah itu adalah barang yang khusus untuk dirinya seperti tas, baju, sepatu, perhiasan dsb. Bang Fahd yang awalnya kaget, tersenyum juga akhirnya, menginsyafi alasan istrinya. Membaca kisah ini saya ikut tersenyum, menyetujui apa yang diyakini mbak Rizqa tentang makna hadiah dari suami pada istrinya. Colek pak suami ah...hehehe.

Kisah lainnya ada di bab pernikahan tanpa pertengkaran. Klasik memang, membicarakan masalah pertengkaran dalam pernikahan. Sepertinya semua orang pasti berpikir mana ada pernikahan tanpa pertengkaran? Di bab ini, bang Fahd menjelaskan dengan lugas, bahwa pertengkaran adalah lumrah dalam sebuah perkawinan. Walau bagaimanapun, pernikahan itu menyatukan dua kepala, dua hati dan dua jiwa yang berasal dari latar belakang berbeda. Maka berbeda pendapat dan pandangan adalah sebuah keniscayaan. Bang Fahd dan mbak Rizqa yang terlihat akur dan romantis di muka publik juga tak lepas dari pertengkaran. Diceritakan di bab ini, bahkan mereka kerap bertengkar terhadap hal-hal  sepele yang terkadang masih berupa wacana atau rencana.

Hanya saja, mereka selalu berharap bahwa pertengkaran yang kerap mereka alami tidak bertujuan untuk saling menyakiti atau melukai. Pertengkaran mereka tak berlangsung lama, tak lebih dari sehari. Sedapat mungkin mereka menekan ego untuk segera berbaikan dan saling memohon maaf.
Hmm jadi baper, karena saya pun demikian. Dalam perjalanan 17 tahun pernikahan, tak terhitung pertengkaran yang telah terjadi di antara kami.  Namun Alhamdulillah so far so good, karena sekali lagi mana ada pernikahan tanpa pertengkaran?



Selain kedua kisah diatas, banyak lagi kisah-kisah menarik lainnya tentang kehidupan berumah tangga, yang ringan, sederhana dan menginspirasi supaya kita menjadi lebih baik. Silakan dibaca lebih lengkap di bukunya :)

Ohya, mengenai judul buku, yang menurut saya cukup nendang, Sehidup Sesurga. Terus terang ketika membaca judulnya, saya langsung mereka-reka apa maksud dari frasa Sehidup Sesurga tersebut.

Bang Fahd menjelaskan di bab pertama, bahwa sehidup sesurga adalah semacam sebuah rekronstruksi makna dari frasa umum "sehidup semati". Cinta yang hidup barangkali memang harus melampaui kematian. Jika cinta kita kepada seorang yang mendampingi kita selama hidup harus berakhir di sebuah episode bernama kematian, betapa pendek usia cinta itu. Ia seharusnya hidup lebih lama lagi. Sebab meski telah melewati momen kematian, cinta itu seharusnya terus hidup untuk membersamai sepasang pencintanya menuju surga.

Jujur, saya sangat mengamini rekontruksi makna ini. 




Indentitas Buku


Judul: Sehidup Sesurga
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: PandaMedia
Penyunting: Gita Romadhona
Penyelaras Aksara: eNHa
Penata Letak: Wahyu Suwarni
Desainer cover: Jeffri Fernando
Ilustrator isi: Teguh Pandirian
Tebal Buku: 210 halaman, 14 x 20
Tahun Terbit, Cetakan 1, 2016


 


Wallahua'lam

Malang, 17 Januari 2017

Bunda Farhanah


#onedayonepost
#renungan17tahunpernikahanku



Comments

Post a Comment