Cerpen: Dendam Masa Kecil



Dendam Masa Kecil

Edi menyimpan pisau lipatnya dengan rapi dan hati-hati di kantong depan tas ranselnya.

"Rencana ini harus berhasil," batinnya. "Lelaki tak tahu diri itu harus diberi pelajaran."

Terhadap rencana ini, Edi menyimpannya sendiri. Tak ada seorangpun tahu termasuk Nina, gadis SMA yang hampir setahun ini telah berhasil mewarnai  hari-harinya yang murung.

Dibacanya dengan teliti sekali lagi peta menuju rumah pak Aryo. Juga keadaan lingkungan sekitar kompleks rumah pria yang telah menanamkan dendam di dadanya itu. Peta lingkungan itu dia dapat dari google juga dari hasil beberapa kali pengamatan langsung ke daerah rumah pak Aryo.

Setelah yakin semua telah disiapkan dengan rapi, Edi memacu motornya menuju rumah pak Aryo di pinggir kota. Tak sampai dua jam dia sampai di tujuan. Sepi, komplek juga sepi. Pak Aryo tinggal sendiri di rumah itu. Menurut informasi yang berhasil dikumpulkan, putri tunggal pak Aryo tidak tinggal bersamanya, entah dengan alasan apa Edi merasa itu bukan urusannya. Ini tentu menguntungkan rencana pemuda yang kuliahnya baru tahun pertama itu, semakin sedikit saksi mata semakin bagus.

Dengan gaya mantap Edi mengetuk rumah pak Aryo. Sedetik dua detik menunggu, pintu pun terbuka dan wajah laki-laki yang menghantui malam-malamnya menyambut.

"Iya, cari siapa dik?" Kata pak Aryo ramah. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya dari instalasi air pak, mau ambil data terbaru pelanggan karena kami akan memperbarui pipa di komplek sini," Jelas Edi sambil membuka map yang telah disiapkannya.

"O, mari masuk," ucap pak Aryo tanpa curiga.

Edi mengekor pak Aryo menuju ruang tamu.  Tangannya meraba mencari pisau lipat di tas dan dengan cepat membungkam mulut pria itu serta menikamnya berkali-kali dari belakang.

"Mati kau pria perebut istri orang!" Edi membanting tubuh pak Aryo ke lantai. Wajah Edi yang biasanya manis kini beringas. Darah segar berceceran dimana-mana.

"Gara-gara kau ibuku meninggalkan kami, gara-gara kau ibu tak pernah memeluk dan menggendongku lagi,"

Sekali lagi Edi menikam pak Aryo tepat di dadanya. "Rasakan sakitnya" pekik Edi tertahan.

"Hai, apa yang kau lakukan pada ayahku?" Tiba-tiba terdengar suara perempuan.

"EDI?" Jerit perempuan itu terkejut melihat darah. "Kau ..kau?" Perempuan itu menunjuk tubuh ayahnya dan Edi bergantian, matanya nanar. Sedetik kemudian menghambur ke pelukan ayahnya yang telah tak bernyawa.

"Nina, ja....ja...jadi dia ini ayahmu?" Edi tergagap tak kalah kaget.

"Dan kita saudara seibu?" Desis Edi lirih.


#onedayonepost
#fiksiBundaFarhanah
#genreThriller
#CloverlineFictionForBeginner

Comments

Post a Comment