|Kisah Cinta Srihana-Srihani, Mengenang Sosok Ibu Hartini Soekiarno|
Presiden pertama RI, Bung Karno memang terkenal flamboyan. Kepiawaian beliau dalam memikat hati perempuan sangat juara. Sejarah mencatat bàhwa istri Bung Karno (BK) ada 9 orang dengan rentang usia pernikahan yang bervariasi. Ada yang seumur jagung, 1 atau 2 tahun dan yang sampai maut memisahkan.
Saya tidak berniat nggosipin istri atau rumah tangga orang :), namun biografi BK sebagai Presiden dan proklamator RI telah banyak ditulis, menjadi bagian sejarah bangsa ini, yang dengan mudah bisa kita baca. Termasuk pula kisah beliau dengan para istri. Dan diantara kisah dengan para istri ini, pasti banyak hikmah yang berserakan untuk kita pungut sebagai pelajaran berharga, renungan, instropeksi atau apalah, tentunya yang bertujuan untuk menjadi insan yang lebih baik.
Mengenai istri-istri BK. Entah kenapa, saya sangat tertarik membahas tentang Ibu Hartini. Ibu Hartini, ketika dinikahi BK berumur 29 tahun dengan status janda 5 anak, adalah istri ke empat setelah ibu Fatmawati.
KISAH PERTEMUAN YANG PUITIS
Kisah pertemuan BK dengan ibu Hartini terjadi dengan dramatis, romantis dan puitis. Saat itu BK sedang dalam perjalanan menuju Jogyakarta dari Semarang untuk meresmikan masjid Syuhada. Sebelum sampai di Jogja, BK dan rombongan dijadwalkan berkunjung di Salatiga.
Di Salatiga, setelah memberikan orasi yang menggelora di Alun-alun di hadapan rakyat, BK menjalani sesi makan bersama di kediaman walikota. Diantara menu yang tersedia, BK terlihat paling lahap ketika menyantap sayur lodeh. Sayur lodeh tersebut sangat lezat sehingga beliau merasa harus berterimakasih kepada yang memasak. Dan alangkah senangnya BK ketika mengetahui yang memasak sayur lodeh tersebut adalah seorang perempuan cantik berbalut kebaya bernama Hartini. Cantik yang khas kecantikan perempuan jawa. Yang penasaran monggo meng-googling foto-foto ibu Hartini.
Cinta pada pandangan pertama, itulah mungkin yang dirasakan BK. Sepulang dari Salatiga, bayangan Hartini selalu datang Apalagi setelah mengetahui bahwa Hartini adalah janda.
Maka mulailah BK menulis surat cinta romantis kepada Hartini dengan menggunakan nama samaran Srihana untuk BK dan Srihani untuk Hartini.
RESPON IBU HARTINI
Mendapat surat cinta super romantis yang bertubi-tubi dari Sang Proklamator, hati ibu Hartini klepek-klepek juga. Meski demikian, ketika dipinang oleh BK, ibu Hartini sempat gamang. Tak lain karena di sisi BK telah ada Ibu Fatmawati. Menjadi istri kedua itu berat, meski yang memperistri itu seorang raja atau presiden sekalipun. Itu nasihat yang selalu diucapkan kedua orang tua Ibu Hartini.
Akhirnya setelah berpikir panjang, ibu Hartini menerima pinangan BK dengan syarat Ibu Fat tetap First Lady sedangkan beliau istri kedua. Ibu Hartini meminta BK tidak menceraikan ibunda Megawati itu, meski pada kenyataannya ibu Fatmawati tetap bersikukuh minta cerai.
PALING SETIA DAN IKHLAS MENGABDI
Ibu Hartini dan BK menikah pada Juli 1953 di Istana Bogor. Ibu Hartini sadar, keputusan menerima BK pasti akan berbayar mahal. Salah satunya adalah tercorengnya nama baik dan cemoohan yang berkepanjangan karena dianggap perusak hubungan BK dan ibu Fatmawati.
Namun waktu membuktikan bahwa diantara istri-istri BK, hanya Ibu Hartini yang paling setia dan ikhlas mengabdi. Ibu Hartini tetap mengabdi meski kegandrungan BK terhadap keindahan wanita tetap berlanjut, tercatat ada beberapa wanita cantik yang dinikahi setelah menikah dengan Ibu Hartini. Bahkan ketika pamor BK telah surut, hanya ibu Hartini satu-satunya yang bertahan. Ibu Hartinilah yang merawat ketika kesehatan BK semakin menurun, dan dipangkuan ibu Hartini pula Sang Putra Fajar menemui malaikat maut.
Satu lagi kelebihan ibu Hartini, yaitu tata bahasa beliau yang halus dan lembut. Benar, ibu Hartini berasal dari kota kecil di Jawa, namun beliau adalah wanita terdidik. Dalam berkomunikasi dengan BK, baik ketika mengobrol santai, berdiskusi bahkan ketika memadu cinta pun, ibu Hartini selalu menggunakan tingkatan bahasa jawa yang tertinggi yaitu kromo inggil. Ini juga salah satu yang membuat BK tersanjung, sebagai pria Jawa BK sangat menyukai perlakuan demikian.
Itulah sekelumit kisah tentang Ibu Hartini Soekarno, seorang yang kerap dilambangkan sebagai wanita Jawa sejati Semoga bermanfaat.
***
Wallahua"lam
Bunda Farhanah
Disarikan dari berbagai sumber
Presiden pertama RI, Bung Karno memang terkenal flamboyan. Kepiawaian beliau dalam memikat hati perempuan sangat juara. Sejarah mencatat bàhwa istri Bung Karno (BK) ada 9 orang dengan rentang usia pernikahan yang bervariasi. Ada yang seumur jagung, 1 atau 2 tahun dan yang sampai maut memisahkan.
Saya tidak berniat nggosipin istri atau rumah tangga orang :), namun biografi BK sebagai Presiden dan proklamator RI telah banyak ditulis, menjadi bagian sejarah bangsa ini, yang dengan mudah bisa kita baca. Termasuk pula kisah beliau dengan para istri. Dan diantara kisah dengan para istri ini, pasti banyak hikmah yang berserakan untuk kita pungut sebagai pelajaran berharga, renungan, instropeksi atau apalah, tentunya yang bertujuan untuk menjadi insan yang lebih baik.
Mengenai istri-istri BK. Entah kenapa, saya sangat tertarik membahas tentang Ibu Hartini. Ibu Hartini, ketika dinikahi BK berumur 29 tahun dengan status janda 5 anak, adalah istri ke empat setelah ibu Fatmawati.
KISAH PERTEMUAN YANG PUITIS
Kisah pertemuan BK dengan ibu Hartini terjadi dengan dramatis, romantis dan puitis. Saat itu BK sedang dalam perjalanan menuju Jogyakarta dari Semarang untuk meresmikan masjid Syuhada. Sebelum sampai di Jogja, BK dan rombongan dijadwalkan berkunjung di Salatiga.
Di Salatiga, setelah memberikan orasi yang menggelora di Alun-alun di hadapan rakyat, BK menjalani sesi makan bersama di kediaman walikota. Diantara menu yang tersedia, BK terlihat paling lahap ketika menyantap sayur lodeh. Sayur lodeh tersebut sangat lezat sehingga beliau merasa harus berterimakasih kepada yang memasak. Dan alangkah senangnya BK ketika mengetahui yang memasak sayur lodeh tersebut adalah seorang perempuan cantik berbalut kebaya bernama Hartini. Cantik yang khas kecantikan perempuan jawa. Yang penasaran monggo meng-googling foto-foto ibu Hartini.
Cinta pada pandangan pertama, itulah mungkin yang dirasakan BK. Sepulang dari Salatiga, bayangan Hartini selalu datang Apalagi setelah mengetahui bahwa Hartini adalah janda.
Maka mulailah BK menulis surat cinta romantis kepada Hartini dengan menggunakan nama samaran Srihana untuk BK dan Srihani untuk Hartini.
RESPON IBU HARTINI
Mendapat surat cinta super romantis yang bertubi-tubi dari Sang Proklamator, hati ibu Hartini klepek-klepek juga. Meski demikian, ketika dipinang oleh BK, ibu Hartini sempat gamang. Tak lain karena di sisi BK telah ada Ibu Fatmawati. Menjadi istri kedua itu berat, meski yang memperistri itu seorang raja atau presiden sekalipun. Itu nasihat yang selalu diucapkan kedua orang tua Ibu Hartini.
Akhirnya setelah berpikir panjang, ibu Hartini menerima pinangan BK dengan syarat Ibu Fat tetap First Lady sedangkan beliau istri kedua. Ibu Hartini meminta BK tidak menceraikan ibunda Megawati itu, meski pada kenyataannya ibu Fatmawati tetap bersikukuh minta cerai.
PALING SETIA DAN IKHLAS MENGABDI
Ibu Hartini dan BK menikah pada Juli 1953 di Istana Bogor. Ibu Hartini sadar, keputusan menerima BK pasti akan berbayar mahal. Salah satunya adalah tercorengnya nama baik dan cemoohan yang berkepanjangan karena dianggap perusak hubungan BK dan ibu Fatmawati.
Namun waktu membuktikan bahwa diantara istri-istri BK, hanya Ibu Hartini yang paling setia dan ikhlas mengabdi. Ibu Hartini tetap mengabdi meski kegandrungan BK terhadap keindahan wanita tetap berlanjut, tercatat ada beberapa wanita cantik yang dinikahi setelah menikah dengan Ibu Hartini. Bahkan ketika pamor BK telah surut, hanya ibu Hartini satu-satunya yang bertahan. Ibu Hartinilah yang merawat ketika kesehatan BK semakin menurun, dan dipangkuan ibu Hartini pula Sang Putra Fajar menemui malaikat maut.
Satu lagi kelebihan ibu Hartini, yaitu tata bahasa beliau yang halus dan lembut. Benar, ibu Hartini berasal dari kota kecil di Jawa, namun beliau adalah wanita terdidik. Dalam berkomunikasi dengan BK, baik ketika mengobrol santai, berdiskusi bahkan ketika memadu cinta pun, ibu Hartini selalu menggunakan tingkatan bahasa jawa yang tertinggi yaitu kromo inggil. Ini juga salah satu yang membuat BK tersanjung, sebagai pria Jawa BK sangat menyukai perlakuan demikian.
Itulah sekelumit kisah tentang Ibu Hartini Soekarno, seorang yang kerap dilambangkan sebagai wanita Jawa sejati Semoga bermanfaat.
***
Wallahua"lam
Bunda Farhanah
Disarikan dari berbagai sumber
Harus banyak belajar dari ibu Hartini. Jadi wanita yg luar biasa hebat
ReplyDeleteMakasih udah mampir aara
DeleteBaru denger kisah bu Hartini baru" ini. Karena gak dipelajarin di mapel sekolah :D Terima kasih bun sudah membuka wawasan sejarah saya yg minim ini.
ReplyDeleteBaru denger kisah bu Hartini baru" ini. Karena gak dipelajarin di mapel sekolah :D Terima kasih bun sudah membuka wawasan sejarah saya yg minim ini.
ReplyDeleteSiiiip
DeleteMakasih udah mampir zifa
Siiiip
DeleteMakasih udah mampir zifa
Wah jadi punya pengetahuan baru dan belajar
ReplyDeleteAmin
DeleteIlmu baru nih, harus diinget, terima kasih atas artikelnya yang sarat informasi
ReplyDeleteWarbiasyah pnya istri macam hartini... Pngabdian kpd sang suami bgitu bsar.. Bahkan bisa juga sebagai orang yg tegar. Meski seorang suami tetap mencari iatri stelahny, tpi tetap sabar...
ReplyDeleteNice post.. Sejarah yg pnuh hikmah
Selalu ada pengetahuan baru kalau main ke sini. Makasih Mb Asni
ReplyDeleteBunda, ditnggu kisah istri beliau selanjutnya. Saya paling suka dengan biografi bung karno apalagi tentang kisah cinta beliau dan istri2nya.
ReplyDeleteSuka baca ini, Bun...
ReplyDelete