Prakarya Nisa
Nisa termangu memandangi rangkaian bunga
kertasnya untuk tugas prakarya di sekolah. “Sepertinya bungaku ini kurang oke, deh,” desisnya. Bu Puput memberi tugas ini sebulan yang lalu, dan hari
ini adalah hari pengumpulan. Untuk siswa
putri tugasnya adalah membuat rangkaian bunga, sedangkan siswa putra membuat
pigura dari kayu.
Gadis kelas 5
SD itu kembali melirik karya milik teman-temannya. Punya Dina yang paling top, dan
langsung menjadi perhatian seluruh kelas. Detailnya rapi, ada bling-blingnya
juga. Bunga Nisa nggak jelek-jelek amat, sih, namun juga nggak bagus-bagus
amat. Nisa mendesah, merasa jerih payahnya sebulan ini sia-sia. Padahal untuk
mengerjakan tugas ini, Nisa harus memangkas waktu bermainnya tiap sore selama
satu bulan. Dibantu kak Rani, kakaknya yang kelas 3 SMP, dia mengerjakan tugas
ini. Mulai dari membeli bahan, menggunting, menempel, menghias dan merangkai.
Bahkan mama juga ikut heboh dengan membantu mencari di internet tentang model beserta
panduan praktis merangkai bunga kertas yang cantik.
“Assalamualaikum
anak-anak.” Lamunan Nisa terbuyarkan oleh suara Bu Puput, yang lalu dijawab
kompak oleh seluruh isi kelas. “Waalaikumsalam Warohmatullohi Wabarokatuh”
“Gimana, Udah
siap mengumpulkan prakarya?” Tanya bu Puput sambil tersenyum. Guru mata
pelajaran prakarya yang baik hati itu mengedarkan pandangan. Dilihatnya kelas
ramai oleh rangkaian bunga dan pigura aneka warna hasil karya anak didiknya.
“Siap, Bu.”
Jawab anak-anak serempak.
“Oke, langsung
ibu periksa hari ini, ya.” Ucap bu Puput. “Mohon karyanya diberi nama supaya
ibu tak tertukar memberi nilai.”
“Bu, Apa
pengumuman terbaiknya juga diumumkan hari ini?” Tanya Dion.
“Ehmm,
sepertinya nggak cukup untuk menilai semua karya dalam sehari.” Tutur bu Puput.
“Dua hari lagi, ya. Nanti ibu tempel di papan pengumuman.”
Anak-anak
langsung riuh mendengar jawaban bu Puput. Seluruh penghuni kelas nggak sabar
menunggu dua hari. Nisa melirik Dina. Anak itu yang bunganya paling indah, sudah
bersikap layaknya pemenang. Ah, Nisa merasa iri.
****
Pagi itu, Nisa buru-buru
menuju papan pengumuman di depan ruang perpustakaan. Hari ini adalah hari yang ditunggu siswa-siswi kelas 5, karena akan diumumkan prakarya terbaik. Walau bagaimanapun, Nisa penasaran juga untuk mengetahui prakarya siapa saja yang mendapat predikat terbaik.
Dilihatnya teman-teman dari kelasnya sendiri, 5A dan kelas sebelah, 5B sudah bergerombol
di depan papan pengumuman. Hei, tapi kenapa Dina tampak menjauh dan sedih.
“Nisa…!”
Panggil Erlin begitu melihat Nisa datang. “Selamat, ya, karyamu terbaik nomor 2
di kelas 5 A, lho,” kata Erlin.
“Masa, sih?”
Nisa bertanya tak percaya.
"Iya, Lihat aja sendiri," ucap Erlin sambil menunjuk kertas di papan pengumuman.
Nisa berjinjit membaca kertas itu. Demi melihat namanya tertulis di sana, terbitlah senyum manisnya. “Yes…nggak nyangka!” pekiknya. Mendapat juara 2 adalah kejutan setelah kegalauan dan rasa pesimisnya dua hari ini.
"Iya, Lihat aja sendiri," ucap Erlin sambil menunjuk kertas di papan pengumuman.
Nisa berjinjit membaca kertas itu. Demi melihat namanya tertulis di sana, terbitlah senyum manisnya. “Yes…nggak nyangka!” pekiknya. Mendapat juara 2 adalah kejutan setelah kegalauan dan rasa pesimisnya dua hari ini.
“Kamu juga
hebat, karyamu terbaik nomor 1 di kelas kita malahan,” Kata Nisa pada Erlin lalu memeluk sahabatnya itu. Teman-teman lainnya ikut menyalami Erlin dan Nisa. Tiga
prakarya terbaik dari masing-masing kelas akan dipajang di acara perpisahan
kakak kelas 6 sebulan lagi.
“Eh tapi....karya Dina kok nggak dapat juara, ya?” tanya Nisa setengah berbisik pada Erlin dan teman-teman yang lain. "Aku tadi lihat dia menjauh, wajahnya murung."
"Aku juga heran, dari tadi kita juga udah ngobrolin ini. Bunga dia paling bagus, kan?" Jawaban sekaligus pertanyaan Erlin ini disusul anggukan teman yang lain.
"Sebentar, sepertinya ada yang nggak beres, deh!" Kata Nisa tiba-tiba ketika matanya menangkap banyangan Dina keluar dari ruang bu Puput dengan terisak. Tergesa-gesa Nisa mengejar Dina yang berlari menuju kamar mandi.
"Aku juga heran, dari tadi kita juga udah ngobrolin ini. Bunga dia paling bagus, kan?" Jawaban sekaligus pertanyaan Erlin ini disusul anggukan teman yang lain.
"Sebentar, sepertinya ada yang nggak beres, deh!" Kata Nisa tiba-tiba ketika matanya menangkap banyangan Dina keluar dari ruang bu Puput dengan terisak. Tergesa-gesa Nisa mengejar Dina yang berlari menuju kamar mandi.
“Dina, kenapa?”
Tanya Nisa hati-hati.
“Aku malu
menceritakan padamu, Nisa.” Jawab Dina, tangisnya semakin keras. “Aku mendapat
hukuman dari bu Puput untuk membuat karangan bunga lagi, yang murni hasil
karyaku.”
“Jadi rangkaian
bunga yang kemarin bukan hasil karyamu?” tanya Nisa heran.
“Itu aku
membelinya dari toko Rosa, aku lupa membuang label Rosa di belakang rangkaian
bunga itu. Dan bu Puput tahu itu.” Kata Dina, wajahnya terlihat malu dan
menyesal.
“Ooo…ya sudah
nggak usah sedih, nanti aku bantu bikin, ya.” Dalam hati, Nisa merasa beruntung
karena dia tidak berbuat curang.
***
#onedayonepost
#FiksiBundaFarhanah
#CeritaAnak
#HariPendidikanNasional
Haiii bunda, boleh kasih masukan? Untuk bagian yang dua hari kemudian, perlu ada awalan deh, sebelum tiba-tiba ke papan pengumuman. Atau tak perlu diberi keterangan dua hari kemudian, tp cukup pembatas bintang tiga. Kemudian katakan di paragraf awalnya kalau hari ini pengumuman prakarya terbaik. Konfliknya kurang mengena bun, jadi agak berkesan datar
ReplyDeleteMaaf bun,sok tahu banget ya saya, tapi baguuuus kok bun. Saya suka saya suka..
Makasih banyak masukannya mbak lisa.....langsung edit
DeleteMaaf yaaaa bun...
DeleteMantrap jiwa masukannya. Mau dong di krisanin terus. Soalnya aku masih beginner
DeleteAda master Mba Lisa, Ahli cernak
ReplyDeleteMakasih mas gilang
DeleteMakasih mas gilang
DeleteWaww kayak lagi baca bobo hehehe
ReplyDeletesukanya baca bobo hehe
Delete