Seribu Satu Cerita Babang Gojek

Sebagai emak rempong, saya sangat terbantu dengan adanya transportasi online. Mereka menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari saya. Saya sering menggunakan jasa mereka untuk mengantar anak sekolah atau mengambil/mengirim paket/pesanan. Mudah sekali karena tinggal klik saja dan yang jelas, tarifnya lumayan terjangkau.

Saking seringnya bertransaksi dengan mereka, saya pun memiliki banyak pengalaman, suka atau duka, yang lumayan jika dibikin tulisan. Mau baca nggak? Kalau nggak ya nggak apa, sih #nangis.

***
Saya menunggu babang gojek di sebuah kantor untuk mengantar saya pulang. Melalui aplikasi, saya bisa memantau posisi si babang. Saya udah siap-siap ketika doi terlihat makin dekat.

Saya pikir, dua atau tiga menit lagi, si babang akan sampai. Namun ditunggu sampai lima belas menit kok ga kelihatan juga batang hidungnya, lalu saya cek history order, eh ternyata sudah dia cancel beberapa menit lalu. Heran deh, Mak, padahal udah dekat banget lho.

Lain kesempatan beda juga ceritanya. Waktu itu pagi hari, saya pernah tak sengaja meng-cancel orderan. Padahal si babang udah di depan mata. Saya udah siap-siap naik tiba-tiba si babang berseru.

"Lho, di aplikasi kok di cancel, Bu?" tanyanya.

Saya yang awalnya nggak tahu apa-apa, bingung. "Masak, sih?"

"Iya, Bu. Ini." Dia menunjukkan layar gawainya untuk meyakinkan saya.

"Aduh maaf maaf ya, Pak. Saya ngga sengaja, mungkin kepencet," kata saya penuh penyesalan, suer.

"Ya, nggak apa-apa, Bu. Bukan rejeki saya, Allahu akbar!" ujarnya sedih, kemudian berlalu.

Saya yang memang terburu-buru, segera melakukan order baru lagi. Tiba-tiba si babang yang tadi, muncul di depan saya.

"Orderan ibu didapat saya lagi," katanya sambil tersenyum. Dan kali ini ganti saya yang berteriak, Allahu Akbar!

***

Saya baru saja selesai membeli alat sekolah anak-anak di sebuah toko buku. Dekat sih, sebenarnya toko itu dengan rumah saya. Tarif online-nya pun tak sampai lima rebu. Tadi ngga bawa motor sendiri karena motor lagi di bengkel. Akhirnya babang gojek tetap menjadi andalan.

Tak berapa lama, datanglah yag ditunggu-tunggu.

"Ibu Naz***, ya?" sapanya ramah. Saya mengangguk, menerima helm yang dia ulurkan.

Baru sebentar berjalan, saya merasa pusing. Tau nggak kenapa? Aroma helmnya itu, Mak. Kayaknya si babang lupa ngga cuci itu helm bertahun-tahun. Untung perjalanan itu cuma lima menitan. Misal lima belas menit atau lebih, kayaknya saya pingsan dengan sukses, deh.

Tapi di lain waktu, pernah juga saya ikut babang gojek yang rapi jali, helm dan motornya bersih, Mak.

***

Ketika memenuhi undangan seorang teman di Bululawang tempo hari, saya memutuskan naik gocar saja. Saya lihat tarifnya ke sana masih masuk akal lah, yah daripada saya bawa mobil sendiri, ngga tahu jalan pula, lebih baik nggocar ajah.

Drivernya seorang bapak-bapak dengan wajah ramah. Selama perjalanan si bapak cerita suka duka menjadi driver online. Dia bilang, transportasi online ini menyelamatkan hidupnya. Kebetulan dia baru saja kehilangan pekerjaan dan punya dua mobil yang dua-duanya dia daftarkan ke transportasi online.

"Lha, gimana kalau dua-duanya dapat order barengan?" tanya saya.
"Dijalankan istri saya, Bu." ucapnya. Deg, MasyaAllah...

***

Suatu saat saya mengorder gojek untuk mengambil paketan di rumah adik. Saya mengklik tombol order, setelah semua data saya isi lengkap, meliputi alamat pengirim dan penerima serta mode pembayaran melalui gopay.

Beberapa menit kemudian, paket sampai di rumah saya bersamaan dengan pesan WA dari adik yang mengatakan bahwa gojeknya udah dia bayar.

"Lho, tadi udah aku gopay, Dik. Tadi dia ngga bilang kalau udah digopay kah?" Saya membalas.

"Dia cuma bilang belum dibayar, Mbak."

Oalah, ya sudahlah ngga apa-apa semoga jadi sedekah buat si babang. Untunglah yang order ini adalah emak yang baik hati dan tidak sombong, jadi oknum driver ini nggak kita laporkan ke KPK  . Rekam order jelas lho padahal.

Lain lagi dengan kejadian di suatu saat. Saya kehabisan gopay waktu itu, jadi saya membawakan uang gojek kepada si sulung ketika ia akan berangkat sekolah. Kira-kira setengah jam kemudian, nomor tak dikenal menjapri saya. Rupanya dari gojeknya anak saya tadi. Memang, aplikasi gojek yang kami gunakan sekeluarga, pakai nomor saya. Melalui pesan suara ia berkata,

"Dik, maaf tadi belum ada uang kembalian. Jadi uang kembalianmu aku masukkan ke gopaymu ya, Dik. Coba di cek, sudah masuk, Kok. Sekali lagi, Maaf ya, Dik." Begitu bunyi pesan suara yang dia rekam di WA.

Langsung saya jawab. "Terimakasih, Mas. Semoga rejeki Mas lancar selalu."

***

Begitulah, sedikit cerita yang tertulis dari banyak kisah lainnya yang tak tertulis tentang babang gojek. Tetap semangat ya Babang.

Tak lupa hari ini (12 November 2018) saya ucapkan Selamat Hari Ayah untuk semua ayah hebat. Semoga jerih payahmu tecatat sebagai amal ibadah dan dapat menggugurkan dosa. Amin.


Gambar diambil dari Google

Comments

Post a Comment