Keraton Sumenep, Destinasi Wisata Sejarah di Madura

Pulau Madura, tidak hanya terkenal dengan wisata pantainya yang indah, seperti Pantai Nipah dan Camplong di Sampang, Pantai Talangsiring di Pamekasan, Pantai Lombang dan Slopeng di Sumenep dan beberapa pantai lainnya. Tapi pulau yang mendapat julukan pulau garam ini juga menyimpan beberapa wisata sejarah yang wajib dikunjungi, lbo. Sebut saja masjid Madegan berikut Pesarean Ratu Ebu di Sampang dan Keraton Sumenep. 

Nah, dalam tulisan ini saya akan mereview tentang Keraton Sumenep. Sebuah bangunan peninggalan sejarah yang masih berdiri anggun hingga kini.

Sekilas Tentang Keraton Sumenep.




Keraton Sumenep terletak di kota paling timur di pulau Madura yaitu Sumenep. Kota ini dapat ditempuh sekutar tiga jam perjalanan darat dari exit jembatan Suramadu. 

Kata Sumenep berasal dari ngaso (istirahat) dan nginep (bermalam). Jadi, setiap berkunjung ke Madura untuk meninjau daerah kekuasaan, para utusan kerajaan Hindu Majapahit lalu kemudian Mataram Jogjakarta akan beristirahat (ngaso) dan bermalam (nginep)  di sebuah desa paling ujung timur Madura. Desa itu kemudian dijuluki Songenep yang lama-kelamaan menjadi Sumenep.

Bila diperhatikan, bangunan keraton di Sumenep tidaklah sebesar keraton yang ada di Jogja, Solo ataupun Cirebon. Ini bisa dimaklumi karena Sumenep adalah masuk dalam wilayah Kerajaan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Bila Keraton Jogja maupun Cirebon itu besar atau luas, karena kedua keraton itu pusat pemerintahan atas sebuah negara, maka Keraton Sumenep adalah sebagai sebuah kadipaten dibawah Kerajaan Mataram Islam di Jogjakarta. 

Kadipaten Sumenep didirikan pada tahun 1269 oleh seorang adipati bawahan Prabu Kertanegara dari Singhasari bernama Arya Wiraraja, wilayah ini berada di bawah pengawasan langsung Kerajaan Singhasari dan selanjutnya, Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1559, pada masa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan, wilayah yang terletak di Madura Timur ini berada pada kekuasaan penuh Kesultanan Demak dan baru pada pemerintahan Pangeran Lor II yang berkuasa pada tahun 1574, wilayah Kadipaten Sumenep berada di bawah pengawasan langsung Kesultanan Mataram yang merupakan Kerajaan bercorak Islam. 

Di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam inilah, Adipati Sumenep kala itu, Pangeran Notokusumo I Asiruddin atau juga dikenal dengan nama Panembahan Sumolo membangun keraton kadipaten Sumenep mengikuti tata kota yang yang berprinsip Hablumminallah dan Habluminannas seperti keraton Islam lainnya di Nusantara pada tahun 1762. Sebuah tata kota peninggalan Sunan Kalijaga yang terdiri dari alun-alun untuk tempat berkumpul, masjid jamik Sumenep di sisi barat dan keraton di sisi yang lain.  Pangeran Notokusumo I adalah putra dari Bindara Saod dari istri Nyai Izzah yang masih keturunan dari Sunan Kudus.  

Sebagian besar bangunan Keraton, masih berdiri gagah sampai kini, ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi. Dibuka untuk umum agar masyarakat bisa mengenal sejarah.

Mengunjungi Keraton Sumenep


Di pintu masuk museum


Ketika mengunjungi Keraton Sumenep yang terletak di pusat kota, pertama kita akan masuk museum keraton terlebih dahulu. Karcis masuk adalah Rp. 5000/orang atau Rp. 3000 untuk anak-anak. Ada petugas yang akan memandu kita mengelilingi museum seluas 2000 meter persegi.

Banyak peninggalan keraton yang disimpan dengan baik di sini. Ada Alquran besar, kereta kuda peninggalan Aria Wiraraja yang konon berusia 1000 tahun, guci-guci tua dari negeri Tiongkok dan berbagai perabot rumah tangga kuno yang terbuat dari kayu seperti kursi, dipan atau lemari.

Foto-foto di bawah adalah benda-benda peninggalan keraton yang disimpan di museum.


 



 

 

 

 
 

Setelah melihat-lihat museum, kita akan diajak mengelilingi komplek keraton. Hingga saat ini, Pemkot Sumenep masih masih menggunakan aula keraton sebagai tempat pertemuan berbagai acara pemerintahan. Bangunan keraton dikelilingi taman yang cukup terawat.

Di sisi timur keraton ada sumber air yang dulu menjadi kolam pemandian putri keraton.  Namanya Taman Sare (Taman sari/Taman air). Mata airnya masih memancar hingga kini. Konon, siapa yang membasuh wajah dengan air kolam ini, dia akan awet muda, bila Allah mengizinkan.


Salah satu sudut taman keraton

Salah satu sudut Taman Keraton
Di dalam keraton. keren lho
Pintu menuju ruang tidur para raja yang sengaja tidak dibuka untuk umum
Salah satu sudut bangsal keraton
Bangsal/aula keraton masih digumakan sebagai tempat pertemuan oleh Pemda setempat

Bangsal keraton

Labeng mesem/ gerbang keraton yag berarti gerbang tersenyum.

Pintu menuju taman sari/ taman air.


Demikianlah tulisan tentang Keraton Sumenep. Foto diambil dari kamera ponsel oleh fotografer amatir :D.

Comments