|Kenapa olaahan daging kurban selalu lebih nikmat?|
Mak, sudah dimasak apa aja daging kurbannya? Sate, soto, semur, krengsengan, gulai atau lainnya?
Kalau saya sukanya bakso. Pasti laris hehhe. Kadang juga sate atau krengsengan. Kalau gule belum pernah bikin sendiri. Eh dulu pernah ding, tapi kurang memuaskan.
Kalau saya sukanya bakso. Pasti laris hehhe. Kadang juga sate atau krengsengan. Kalau gule belum pernah bikin sendiri. Eh dulu pernah ding, tapi kurang memuaskan.
Oiya Mak, pernah nggak, memerhatikan atau mengamati kalau olahan daging kurban lebih nikmat dirasa?
Dan emang lebih nikmat lho. Kenapa ya kira-kira?
Itu karena daging kurban bernilai ibadah. Ini adalah pendapat sebagian
besar orang dari sisi spiritual. Berkurban butuh ketaatan
sekaligus pengorbanan. Apa yang diniatkan ibadah dengan ikhlas hanya
mengharap ridho Allah akan terasa nikmat. Ini alasan pertama.
Lalu yang kedua adalah (masih berkaitan dengan sisi spiritual): ternak
yang akan dijadikan hewan kurban pasti akan dipilih yang terbaik. Baik itu dari sisi usia, kesehatan, bobot dan (mungkin) juga harga terbaik
sesuai kemampuan. Kita pasti tak mau sembarangan memilih hewan kurban.
Masih ingat kisah awal mula ibadah kurban yaitu kurbannya Habil dan
Qobil? Jadi, dikisahkan bahwa Nabi Adam dan Ibu Hawa dikaruniai putra-putri kembar. Setiap kali mengandung, Ibu Hawa melahirkan sepasang bayi laki-laki dan perempuan. Qobil bersaudara kembar dengan Iqlima yang cantik. Habil bersaudara kembar dengan Layudha yang kurang menarik parasnya.
Ketika putra-putrinya telah dewasa, Nabi Adam pun menikahkan mereka. Qobil mendapatkan saudara perempuan kembaran Habil (Layudha) sedangkan Habil mendapatkan kembaran Qobil, Iqlima. Namun Qobil tidak terima dengan perjodohan itu. Qobil membangkan, menolak Layudha dan menginginkan saudara kembarannya sendiri yang cantik.
Berdasarkan wahyu dari Allah SWT, Nabi Adam memerintahkan Qobil dan Habil untuk berkurban. Siapa yang diterima kurbannya ia berhak atas keutamaan (menikahi Iqlima).
Kedua bersaudara itu pun melaksanakan perintah sang Ayah. Habil yang peternak memilih kambingnya yang terbaik. Muda, gemuk dan sehat sebagai kurbannya. Sedangkan Qobil yang petani malah memilih gandum yang rusak dan jelek untuk kurban. Bisa ditebak, kurban
Habil yang diterima oleh Allah.
Nah, dari sini bisa disimpulkan bila ternaknya dalam keadaan baik maka dagingnya pun akan baik dan enak dikonsumsi.
Tapi, ada lagi lho, alasan yang lebih ilmiah dan melengkapi dua alasan
di atas. Apa itu? Jawabnya adalah kesegaran daging. Biasanya kita memasak olahan daging
kurban langsung pada hari yang sama dengan penyembelihan. Jelas kan,
dagingnya segar. Daging yang baru, rasanya lebih manis dan
lezat. Beda banget dengan daging yang beli di pasar yang mungkin sudah
frezeran entah sudah berapa lama.
Jadi ingat sebuah cerita, konon
sebuah warung nasi punel tidak mau menerima daging sapi kecuali yang
baru disembelih hari itu juga. Bahkan daging sembelihan kemarin sore yang notabene
masih baru pun, warung tersebut tidak mau. Katanya sih, untuk mempertahankan
kualitas dan rasa.
Oiya ada lagi satu alasan lain yang tak kalah
penting. Yaitu, karena kita memasak sendiri daging kurban. Nyate
misalnya, dagingnya dipotong sendiri atau rame-rame bersama keluarga,
demikian juga menusuk, membakar apalagi memakannya, pasti rame-rame
bersama keluarga, kerabat atau teman. Kalau rame-rame, apapun akan enak.
Ya kan?
Malang, 14 Agustus 2019/13 Dzulhijjah 1440
Comments
Post a Comment