KIsah Nabi Isa as (2): Maryam, Anak yang Dinadzarkan


Mari kita simak, beberapa ayat dalam surat Ali Imron berikut.

Surat Ali Imron ayat 35
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرَانَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم
Arti:
Ingatlah), ketika istri Imron berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Surat Ali Imron ayat 36
 فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Arti:
Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”

Surat Ali Imron ayat 37
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَالَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Arti:
Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Di tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa istri Imron bernama Hannah binti Faquz. Beliau adalah ibu dari Maryam (ibu Nabi Isa).
Diriwayatkan bahwa Hannah adalah seorang wanita yang lama tidak hamil. Suatu hari ia melihat seekor burung sedang memberi makan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, membuat ia menjadi semakin merindukan kehadiran anak.

Tanpa lelah, Hannah berdoa kepada Allah Swt, memohon supaya Allah menganugerahinya seorang putra. Allah mengabulkan doanya itu. Ketika suaminya menggaulinya, maka hamillah ia. Setelah masa hamilnya telah tua, maka ia bernazar bahwa anaknya kelak akan dipersembahkan untuk berkhidmat kepada Baitul Maqdis. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan firman-Nya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ali Imran: 35).

Saat bernazar itu, Hannah tidak tahu apa jenis kelamin anak yang dikandungnya. Maka ketika sang bayi lahir dan ternyata perempuan, Hannah berkata, seperti yang tertulis dalam Surat Ali Imron ayat 36. "Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”

Frasa "Laki-laki tidak sama dengan perempuan" pada ayat di atas sesungguhnya mengacu pada hal kekuatan, kesabaran dalam beribadah dan berkhidmah mengurus Baitul Maqdis. Tapi Hannah tetap optimis dan melanjutkan nazarnya untuk menyerahkan bayi Maryam pada rumah suci itu. Allah memperkenankan permohonan Hannah istri Imron agar Maryam dan keturunannya dijaga dari godaan syaitan yang terkutuk.


Namun ketika hendak diserahkan pada Baitul Maqdis, terjadi perebutan hak asuh atas bayi Maryam. Para pemuka Bani Israil saling berebut untuk mengasuh putri almarhun Imron itu (ketika Maryam lahir, Imron sudah berpulang). Semua pihak ingin mengasuh putri Imron, pemuka agama yang terkenal alim, bijak, saleh dan disegani.

Nabi Zakariya sebagai salah satu kerabat dekat keluarga Imron,  lebih berhak mengasuh Maryam. Riwayat terbanyak, mengatakan bahwa istri Nabi Zakariya adalah saudara kandung Hannah istri Imron, ibu Maryam.

"Allah SWT telah memutuskan aku untuk mengasuhnya," ujar Nabi Zakariya di hadapan tokoh-tokoh bani Israil.

Tapi tokoh bani Israel tidak serta merta setuju jika Maryam  diasuh Nabi Zakariya. Akhirnya diadakan undian, bahkan sampai tiga kali. Dan nama yang keluar tetap Nabi Zakariya.

Akhirnya Nabi Zakariya pun mengasuh Maryam. Ia menyayangi Maryam seperti anaknya sendiri.  Nabi Zakariya belum dikaruniai putra (Nabi Yahya as) walau usianya sudah beranjak tua. Dibawah didikan Nabi Zakariya, Maryam tumbuh berkembang menjadi perempuan cantik yang salehah, ahli ibadah dan selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya.

Banyak kejadian istimewa yang sering ditemui Nabi Zakariya di mihrab Maryam. Contohnya, ada buah-buahan lezat padahal ia tak memberinya atau Maryam tak sekalipun keluar dari mihrabnya.

Hal ini direkam dalam Al-Quran dalam Ali Imron ayat 37: Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Wallahua'lam

Seri Tulisan Kisah Nabi Isa

Comments

  1. MasyaAllah ... mantap ... terima kasih tulisannya, Mbak Nazlah ...

    ReplyDelete

Post a Comment