Refleksi Maulid Nabi 1441 H (2): Al-Musthofa Memancar Dari Sulbi Dua Pemuda Yang Dikurbankan

"Allah memindah-pindahkanku dari sulbi-sulbi yang suci ke  rahim-rahim yang suci pula." Nabi Muhammad SAW

 

Ini sangat menarik, dari hadist di atas jelas sudah bahwa Allah telah memindah-pindahkan Nur Muhammad~manusia terpilih yang kelak membawa risalah langit, dari sulbi-sulbi suci ke rahim-rahim suci.

Dijelaskan bila diurut, Nabi SAW lahir dari jalur leluhur  suci dan tak sekalipun menyembah berhala. Orang tua dan leluhur Nabi (jalur vertikal) adalah orang-orang yang memeluk agama tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Ini mematahkan opini dari berbagai pihak, utamanya di luar Islam, yang mengatakan bahwa orang tua dan leluhur Nabi adalah penyembah berhala.

Bahkan di antara nenek moyang Rasulullah, ada dua pemuda yang dikurbankan karena perintah Tuhan. Kedua pemuda ini sangat patuh ketika akan disembelih. Pemuda-pemuda mulia itu yang pertama adalah  Nabi Ismail as dan yang kedua, ayah Nabi sendiri, Abdullah bin Abdul Mutholib. 


Untuk kisah penyembelihan Nabi Ismail mungkin anda sudah paham. Kisah ini sangat populer karena mengiringi Hari Raya Idul Adha. Sedangkan kisah penyembelihan kedua, yang terjadi pada ayahanda Nabi, Abdullah bin Abdul Mutholib terjadi karena nadzar.

Abdul Muntholib, adalah putra Hasyim yang menggantikan ayahnya menjaga Rumah Suci, melayani tamu (peziarah haji), mengatur distribusi air dsb. Sebagaimana ayahnya, Abdul Mutholib menjadi petinggi Mekkah yang disegani karena keluhuran budi, akhlak dan kedermawanannya.

Waktu itu sumur Zamzam belum ditemukan lagi semenjak terkubur ratusan tahun silam. Abdul Mutholib yang waktu itu baru memiliki satu anak laki-laki bernama Harits, bermimpi mendapat isyarah tentang di mana sumur Zamzam itu berada. Maka digalilah kembali sumur itu bersama Harits dengan tempat sesuai petunjuk dalam mimpi. Setelah beberapa hari menggali, air sumur Zamzam itu pun memancar. Alangkah senangnya Abdul Mutholib dan Harits. Penduduk Mekkah yang awalnya pesimis sumur tua itu akan ditemukan juga ikut bergembira.

Untuk melancarkan tugas sebagai penjaga Rumah Suci, yang dirasa berat hanya dibantu seorang putranya, Abdul Mutholib bernadzar, bila Allah mengaruniai sepuluh anak laki-laki maka akan dikurbankan salah satu di antara mereka.


Ternyata takdir Allah menetapkan Abdul Mutholib memiliki sepuluh anak laki-laki. Sesuai nadzar, petinggi Quraysi itu pun membuat undian yang berisi nama-nama putranya untuk diundi, siapakah gerangan yang akan terpilih menjadi "kurban". Dan selama beberapa kali lemparan, yang keluar selalu nama pemuda Abdullah, putra kesayangannya.

Mau tidak mau, Abdul Mutholib bergegas juga melaksanakan nadzarnya. Maka dengan penuh kepatuhan, Abdullah menurut ketika ayahnya membawanya ke tempat penyembelihan. Namun penduduk Mekkah yang melihat peristiwa ini, berteriak supaya Abdul Mutholib menggantinya saja dengan unta.

Atas saran seorang bijak, dilakukanlah pengundian antara nama Abdullah dengan jumlah unta yang akan disembelih. Dimulai dari pengundian sepuluh ekor unta dan Abdullah, yang keluar nama Abdullah. Ditambah lagi sepuluh ekor unta, namun yang keluar tetap nama Abdullah. Mereka terus menambah lagi jumlahnya sampai seratus ekor dan baru keluarlah nama unta.

Allahu Akbar! Seratus ekor unta itu pun disembelih sebagai pengganti jiwa Abdullah.

Beberapa saat setelah peristiwa ini~Abdullah pemuda berakhlak mulia, yang tak pernah sekalipun menyembah berhala dan ikut-ikutan dalam gaya hidup hedonisme Mekkah saat itu, menikah dengan Aminah, gadis suci yang juga mulia dan berasal dari keluarga terpandang dan tak pernah menyembah berhala. Dari pasangan inilah, Allah menitiskan Muhammad sebagai Nabi akhir zaman.

Usia Abdullah tak lama setelah itu, karena ia meninggal ketika dalam perjalanan pulang dari perniagaan ke negeri Syam. Ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil dan Nabi lahir dalam keadaan yatim.

Happy Mawlid. Shollu Alan Nabi

Malang, 3 Robiul Awal 1441 H/20 Oktober 2020

Dari berbagai sumber

Comments