Refleksi Maulid Nabi 1441 H (4): Hikmah Bersikeras Ikut Ke Negeri Syam

Siang yang terik,   si kecil Muhammad (SAW) menatap punggung Abu Tholib. Saat itu Sang Paman sedang bersiap memimpin serombongan Khalifah perdagang menuju Syam.

Menyadari Abu Tholib akan pergi, tiba-tiba Muhammad merasa sangat takut kehilangan sang Paman. Mungkin peristiwa kepergian Ibu dan kakeknya yang begitu mencintainya beberapa waktu lalu, telah meninggalkan bekas yang mendalam, sehingga ia tak ingin berpisah sedikit pun dari orang yang mengasuhnya. Maka dengan kalimat penuh pengharapan, Muhammad memohon agar pamannya membawanya serta. 

Sedangkan sang Paman, sama sekali tak berniat mengajak keponakannya itu. Perjalanan ini begitu jauh, Abu Tholib sangat khawatir Muhammad kecil akan menjadi masalah jika ikut ekspedisi. Bukankah ia masih butuh pengawasan wanita? Bagaimana kalau haus, lapar, ingin buang air atau lelah. Belum lagi, angin gurun yang kering dan panas pastinya tak bersahabat dengan tubuh kecil keponakannya.

Tapi Muhammad merasa jika kekhawatiran pamannya berlebihan. Ia tak puas ketika Abu Tholib memutuskan tidak mengajaknya. Juga semakin sedih ketika ternyata bibi-bibinya mendukung keputusan pamannya itu.

Namun, Muhammad terus bersikeras agar diperbolehkan ikut. Sang Paman bingung, di lain sisi kekhawatiran itu bukanlah mengada-ngada. Di sisi lainnya lagi, ia tak tega melihat tatapan mata Muhammad yang seakan tak ingin berpisah darinya. Menatap mata bening yang bercahaya itu, akhirnya hatinya luluh juga.

Sang paman merasa iba, ia jadi ingat masa lalu keponakannya yang sarat penderitaan. Derita sebagai anak yatim yang kehilangan belai kasih ibu dan ayahnya membuatnya berat meninggalkannya. 

"Kemaskan dia. Aku akan membawanya," katanya pada sang istri. 

Dan ternyata, keputusan Abu Tholib ini mengandung hikmah yang besar. Dari perjalanan ini, Allah pertemukan dengan Pendeta Buhaira di Bushra, yang mana darinya Abu Tholib mengetahui bila keponakannya adalah anak istimewa. Seseorang yang kelak menjadi pemimpin umat. 

Wallahua'lam

Happy Maulid

Malang, 22 Oktober 2020

5 Robiul awal 1441 H

Comments