Menjadi Orang Tua Yang Saleh, Metode Parenting Yang Paling Efektif Dalam Segala Zaman

~Cara Jitu Mendapatkan Putra-putri Yang Saleh, Terbukti Efektif Dalam Segala Zaman~
 
Beberapa waktu yang lalu, di acara Bincang Buku Fullday School Sejati secara live, di IG Yeti Nurmayati, penerbit Aksana, di antara sekian pertanyaan yang masuk, ada satu pertanyaan yang membuat saya merenung mendalam ketika menjawabnya. Bahkan sampai sekarang pun saya masih memikirkannya.
 
Oleh karena itu, saya coba tulis dan ulas kembali di sini. Moga-moga ada manfaatnya. Oiya, satu yang perlu diingat bagi siapa pun yang membaca tulisan ini, bahwa sesungguhnya yang menulis ini belum tentu lebih pintar atau lebih baik dari yang membaca. Intinya, yang menulis ini juga masih belajar.
 
Baik, pertanyaan tersebut adalah: bagaimana cara mendidik anak dengan baik, terutama di era seperti sekarang?
Lalu saya menjawab, yang pertama dan utama adalah menjadi orang tua yang saleh.
 
Mendidik anak di zaman sekarang (bahkan mungkin di semua zaman, ya), tak perlu banyak tips, cukuplah menjadi orang tua yang saleh. Tampaknya sederhana memang, tapi ternyata implikasinya luas dan jauh ke depan.
 
Kenapa? karena kesalehan orang tua akan menular pada anaknya. Dalam kata lain, kesalehan orang tua menurun pada buah hati. Jadi pepatah yang mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohon itu tidak hanya sekedar fisik tapi termasuk juga kesalehan. Pastinya anak-anak akan mengamat-amati dan meniru orang tua sebagai pihak yang terdekat. Bila orang tuanya saleh maka ananda akan saleh juga.
Tidak cukup di situ, kesalehan bapak-ibu ternyata dapat menjadi penyebab Allah menjaga anak keturunan mereka kelak.
 
Kita lihat contohnya dalam Alquran, seperti yang dikisahkan dalam perjalanan Nabi Musa dan Khidir. Salah satu dari tiga peristiwa dalam pengembaraan ilmu itu adalah ketika Khidir memperbaiki rumah dua anak yatim tanpa upah, yang langsung "diprotes" oleh Nabi Musa.
 
Lalu Khidir menjelaskan (kepada Musa), seperti terekam dalam Al-Qur'an Al-Kahfi 82. "Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
 
Prof. Dr. Syaikh Wahbah Az-Zuhaily, seorang Mufassir kontemporer dari Suriah, menyatakan bahwa dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah memelihara mereka (kedua anak yatim itu) lantaran kesalehan kedua orang tuanya.
 
Begitu juga dalam tafsir yang lain. Syekh Ibnu ‘Ajibah dalam kitab tafsirnya, mengutip perkataan Imam Muhammad al-Munkadir. Al-Munkadir berkata bahwa, sesungguhnya Allah Ta’ala senatiasa menjaga anak orang yang saleh, begitu juga cucunya. Begitu juga arah di mana dia berada, dan lingkungan di sekitarnya. Semua ~yang berhubungan dengan orang saleh itu~ selamanya dalam penjagaan Allah dan lindunganNya.
 
Jadi sekali lagi, ternyata kesalehan seseorang dapat menjadi penyebab anak keturunannya terjaga, bahkan sampai generasi ketujuh. Hmm, rasanya frasa ini harus distabilo, deh.
 
Dan satu lagi yang tak kalah penting, berkat kesalehan orang tua pula, derajat anak-keturunannya terangkat. Ini adalah sebagai balasan atau ganjaran bagi kesalehan ayah ibunya.
 
Mengenai hal ini, Allah Taala telah berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya" (Ath Thuur: 21).
 
Karena alasan inilah, maka para ulama dan orang-orang saleh selalu berusaha menjaga kesalehan dan mendawamkan amal kebajikan~Salat, mendaras Al-Quran dan salawat, membaca buku, cinta ilmu, menjaga ucapan, birrul walidayn, dermawan, membantu sesama, dan lain-lain~ dalam upaya mendapatkan dan menjaga keturunan agar menjadi generasi saleh dan baik.
 
Salah seorang tokoh di era tabiin, Said bin Al Musayyab, dalam usaha "menebus" kesalehan anak-anaknya, berkata, “Aku salat, lalu teringat akan anak cucuku, maka kutambah lagi jumlah salatku.“
 
Ada banyak kisah tentang dahsyatnya pengaruh kesalehan orang tua pada anak keturunannya. Salah satu yang paling masyhur adalah kisah kejujuran dan kesalehan gadis pedagang susu pada zaman Khalifah Umar. Singkat cerita, karena kejujurannya itu, Khalifah mengambilnya sebagai menantu untuk dinikahkan dengan anaknya yang bernama Ashim. Dari garis keturunan gadis penjual susu yang jujur itu, lahirlah Khalifah yang terkenal dengan keadilan dan kejujurannya. Dialah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, yang sering disebut sebagai khulafaur rosyidin kelima.
 
Juga ada kisah tentang kesalehan seorang budak bernama Mubarok. Ia ditugaskan menjaga kebun anggur oleh tuannya. Suatu saat sang tuan datang dan minta diambilkan anggur yang sudah matang dan manis. Pertama, Mubarak mengambilkan anggur yang masih muda dan masam, sehingga tuannya menyuruhnya mengambilkan lagi anggur lain yang matang. Singkat cerita, ternyata Mubarak sama sekali tak mengenali ciri anggur yang matang, sehingga berkali-kali mengambil, ia hanya mendapat yang masam. 
 
Ketika sang tuan bertanya, "Bagaimana bisa kau bertahun-tahun menjaga kebun ini, tapi tak bisa membedakan mana anggur matang dan masam?"
 
Jawaban Mubarok mencengangkan, ternyata ia tak pernah mencicipi satu anggur pun karena tugasnya hanya menjaga. 
 
Karena kejujurannya itu, sang tuan menikahkan Mubarok dengan anak gadisnya yang cantik. Dari garis keturunan mereka, lahir ulama besar yang alim dan waro' bernama Abdullah ibn Mubarok. 
 
Sehingga dengan demikian, maka jelaslah tak ada cara lain yang lebih efektif dalam mendidik anak pada zaman sekarang ini selain menjadi orang tua yang saleh dan muslih.
 
Demikianlah, teriring doa semoga senantiasa dimudahkan untuk menjadi orang tua yang saleh dan putra-putri terjaga dari fitnah zaman. Aamien.
 
"Keluhuran yang kita dapat dari orang tua yang saleh, sudah seharusnya dipertahankan agar anak keturunan juga bisa kecipratan keluhuran tersebut. Caranya adalah dengan menjadi orang tua yang saleh." (seorang arifbillah)
 

Comments