Bagaimana pun, Kebermanfaatan Itu Bisa Mengalahkan Riya'

 


|Bagaimanapun Kebermanfaatan Itu Bisa Mengalahkan Riya'|

Seringkali kita terjebak keraguan ketika hendak sedekah, mau berbuat baik, mau infak dsb. Selalu maju mundur mengingat hati ternyata masih sering disisipi perasaan riya', ingin dipuji, merasa belum jadi orang baik, bahkan perasaan tidak ikhlas.

Guru saya pernah bilang: berbuatlah kebaikan dengan ikhlas jangan karena riya', ingin dipuji, ingin terlihat mulia di mata manusia.
Karena rìya', sombong, ingin dipuji tu bisikan setan.
Maka, harus sering-sering mereset hati agar bisa segera kembali pada "Lillahitaala" ketika niat sudah berbelok-belok.

Tapi, di sisi lain, guru saya pun dawuh: jangan dikira perasaan: tidak ikhlas, nanti terjebak riya', nanti dikira cari muka, nanti ingin dipuji dan semacamnya yang muncul ketika kita akan berbuat baik sehingga kemudian jadi urung melakukannya, bukan dari setan lho....

Perasaan semacam itu pun jelas sumbernya dari setan juga. Dari siapa lagi?

Terus kalau kita mau berbuat kebaikan harus nunggu hati bersih dari tidak ikhlas dan riya', kapan take actionnya? Bisa jadi sampai mati tidak akan pernah terlaksana kebaikan-kebaikan yang direncanakan.
Lha wong jelas-jelas, hati manusia ya begitu. Selalu gampang dibolak balik, ya toh.

Terus solusinya gimana dong?

Ya pokok terus saja berbuat baik, terus saja sedekah, terus saja lakukan yang baik2, jangan pedulikan ketidakikhlasanmu, cuekin saja rongrongan ingin dipuji.

Karena ada satu hal yang krusial tapi sering dilupakan ketika kita berbuat baik, menolong, sedekah, infak dan lainnya walaupun sambil gremeng, riya', ingin dipuji. Apa itu?

Ialah yang disebut kebermanfaatan.

Sedekah yang sampai pada penerima, walau ada rasa tidak ikhlas atau mungkin riya' ketika kita mengeluarkannya, yakinlah pasti ada manfaatnya.

"Alhamdulillah terima kasih, kemarin kecap darimu aku buat masak semur, anak-anak suka."

"Maturnuwun disangoni, pas ketepa'an aku ndak pegang duit, padahal wayahe ngirim anak, masyaallah maturnuwun."

Nah, kalau sudah manfaat seperti itu, kelar sudah nasib riya' atau tidak ikhlas tadi.

Daripada nuruti ndak ikhlas, takut riya' yang akhirnya malah tidak melakukan apa-apa yang implikasinya tidak mendatangkan manfaat. Mending tetap sedekah walau keselipan riya' atau gremengan tapi ada manfaatnya, ya kan.
Bukankah dawuh Nabi, sebaik-sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Tentu akan lebih mantab lagi bila kita berbuat baik dengan penuh keikhlasan. Lebih joss pastinya.
Wallahua'lam.

Malang, 5 Oktober 2021

Comments