Refleksi Hardiknas 2022: Belajar Dari Jalanan.




Reflleksi Hardiknas 2022: Belajar Dari Jalanan.


Hardiknas tahun ini, 2 Mei 2022 kebetulan bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H.  Sekarang 17 Mei 2022 bertepatan dengan hari buku, masih relevan kan, ya, jika refleksi ini ditulis sekarang?


Baiklah, Bapak ibu, ketika melihat foto di atas, apa yang anda pikirkan? 


Foto ini lewat di beranda beberapa waktu lalu dan sukses membuat saya tersentak, karena dalam keseharian, pemandangan seperti ini sudah jamak kita saksikan sehingga terasa biasa.

Pinter-pinternya yang bikin meme saja sehingga membuat kesadaran ini terbit. 


Berapa banyak orang tua yang membiarkan anak tidak memakai helm ketika dibonceng saat mengantar sekolah?

Berapa banyak di antara kita, yang menerabas aturan lalu lintas, seperti tetap berputar arah meski ada tanda larangan berputar yang besar dan jelas terpasang? (contoh di Malang, di depan KB/BA Restu 1 jl.Bandung, banyak sekali ortu yang tetap berputar balik di sana walau telah ada rambu dilarang berputar). Miris sebenarnya, karena jl. Bandung di Malang adalah salah satu ikon pendidikan kota ini. Di sekitar jalan tersebut, bertebaran lembaga pendidikan ternama mulai PAUD sampai perguruan tinggi.


Berapa banyak di antara kita, termasuk guru/ustadz (maaf, maaf, dan maaf) yang tidak memakai helm ketika berkendara motor, berangkat atau pulang mengajar, bahkan (berangkat & pulang) dari berkhotbah?


Berapa banyak bla bla bla (yang tidak elok) lainnya di jalanan, yang secara tidak langsung, terlihat dan terekam oleh anak-anak kita?


Pak suami begitu ketat memberi izin

pada anak-anak kami dalam hal mengemudi kendaraan bermotor, sebelum cukup umur. Pertimbangan paksu sebenarnya sedehana (namun urgent), bukan karena takut ditilang pakpol, tapi dari aspek psikologis. Anak belum cukup umur umumnya belum matang dalam mengontrol emosi, sehingga dikawatirkan membahayakan diri sendiri dan orang lain ketika membawa kendaraan di jalanan yang ramai. Kalau sekedar latihan atau belajar, boleh didampingi di sekitar rumah. Tak perlu buru-buru, Inshaallah ketika tiba waktunya nanti, pasti anak-anak akan belajar cepat. 


Jadi semoga kita bisa belajar dari gambar tersebut, nggih, mulai dari diri sendiri memberi contoh nyata pada anak-anak kita sendiri terlebih dahulu. Bukankah satu tindakan nyata lebih jitu dari seribu nasihat? Inilah kunci pendidikan sesungguhnya.


Pakaikan helm ketika mengantar anak sekolah, atas nama ketaatan pada ulil amri dan keselamatan pribadi maupun bersama. 


Juga mending pilih opsi berputar walau agak jauh, daripada nerabas, demi keselamatan dan warisan teladan baik pada anak-anak. 


Sungguh, menyekolahkan dan mengantar sekolah adalah baik, wajib malah, pastinya akan lebih baik dan afdhol jika tidak dinodai dengan hal kurang elok, melainkan dikawal dengan usaha yang baik pula.

Yah sederhananya, seperti misal kita mau makan tempe. Proses makannya bagus, ikhtiyar agar sehat menjalani aktifitas. Tempe juga baik, kedelainya halal dan menyehatkan. Tapi misal cara memperolehnya kurang baik, jadinya ikut tidak baik semua.


Demikianlah, masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari jalanan. Dari (tingkah laku di) jalanan pula akan tampak bagaimana kualitas akhlak kita sesungguhnya. Bahkan ada pepatah, tertib lalu lintas adalah cermin budaya bangsa, artinya jika berlalu-lintasnya bagus, maka adabnya juga bagus.  


Malang, 17 Mei 2022

Comments