Ada satu pelajaran penting yang menjadi catatanku selama menempuh studi S2 setahun terakhir ini. Yaitu tentang jurnal predator.
Disclaimer: Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan pihak mana pun. Ini hanya catatanku yang ingin kubagi, karena aku sendiri pun pernah punya pengalaman dengan jurnal predator. Semoga ada manfaatnya.
Jadi dari awal perkuliahan, Kaprodi sudah
mengisyaratkan bahwa publikasi artikel ilimiah adalah salah satu syarat kelulusan
untuk program pascasarjana. Bahkan bila ada mahasiswa berhasil submit 1 (atau 2) artikel
di Jurnal akreditasi Sinta 2, dan 1 artikel di jurnal internasional scopus, maka yang
bersangkutan boleh bebas tesis.
Untuk mendukung semangat mahasiswa dalam menulis dan
publikasi, prodi membentuk sebuah matkul, namanya Seminar Karya Ilmiah, di
semester 3. Matkul ini mewajibkan mahasiswa untuk publikasi minimal 2 artikel.
Tujuannya tentu yang pertama, melatih mahasiswa agar kritis dalam menuangkan
gagasan ke dalam karya ilmiah dan kedua, dengan publikasi, Mahasiswa jadi punya
karya yang terbit di jurnal akreditasi sebagai manifestasi kemanfaatan karyanya
pada ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.
Tema artikelnya boleh macem-macem, yang penting masih di bidang Psikologi sesuai jurusan
kami. Bisa di psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi
kepribadian, psikologi sosial, psikologi lintas budaya, hingga psikologi
industri. Begitu juga jenis penelitian boleh kuantitatif, kualitatatif, kajian
pustaka, sistematik review, psikoedukasi atau book chapter.
Aku mencari-cari tahu apa itu jurnal terakreditasi. Akhirnya
aku jadi paham bahwa jurnal akreditasi nasional adalah yang terindeks Sinta, yaitu
Sinta 6 s/d 1 (1 yang paling tinggi). Lembaga yang memiliki otoritas untuk
menilai apakah sebuah jurnal masuk dalam akreditasi Sinta 6, 5, 4, 3, 2 atau 1
adalah DIKTI Kemendikbudristek RI. Untuk teknis publikasi di jurnal Sinta, seperti
template artikel, biaya publikasi, dan proses review, tiap-tiap jurnal ada
kebijaksanaannya sendiri. Sedangkan untuk jurnal akreditasi internasional
adalah Scopus, DOAJ dll.
Dalam hal biaya publikasi, baik di jurnal-jurnal Sinta atau pun yang internasional, ada yang membebankan biaya publikasi pada penulis, dan ada pula yang gratis. Tentu, jurnal yang gratis antrinya dan seleksinya bisa jadi lebih panjang. Terkait biaya publikasi artikel, dosen kami juga sudah mewanti-wanti agar selektif memilih jurnal, carilah jurnal yang memang akreditasinya terpercaya. Jurnal yang terpercaya, meski berbayar, nominal biaya publikasinya wajar dan masih terjangkau, apalagi kalau patungan (karena biasanya dalam satu artikel ilmiah, bisa lebih dari satu penulis).
Aku mulai mencoba submit artikel sejak semester pertama perkuliahan. Saat itu aku nulis artikel literatur review tentang Metode Bernyanyi dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak usia dini. Artikel ini adalah tugas kuliah Psikologi Perkembangan.
Singkat cerita, selama masa perkuliahan, aku sudah mencoba submit 6 artikel. 3 artikel di antaranya adalah jurnal yang free (ada yang Sinta 5, 3 dan ISSN), 3 artikel lainnya berbayar (termasuk satu jurnal internasional). Artikel-artikel yang kusubmit tersebut adalah tugas-tugas kuliah yang aku poles dan kusesuaikan dengan template jurnal yang aku tuju.
Karena rajin submit-submit artikel (hahaha bahasanya mengrajin-rajinkan diri-sendiri), maka ketika tiba pemrograman matkul Seminar Karya Ilmiah, aku udah aman. Yang diminta kan minimal 2 artikel, Alhamdulillah waktu itu udah ada 5 artikel yang kusubmit, 2 di antaranya udah terbit dan 3 lainnya masih antri proses revisi.
Di sinilah catatan ini aku stabilo. Seperti udah aku singgung
di awal, publikasi artikel ini adalah salah satu syarat kelulusan. Nah, beberapa
mahasiswa yang belum sama sekali publikasi, jadi agak kelabakan, dong!. Sebab proses
publikasi artikel ilmiah biasanya makan waktu 3-6 bulan (bahkan ada yang sampai
setahun), mulai dari submit, review, revisi hingga terbit.
Di sinilah rupanya jurnal predator bergentayangan memanfaatkan momen mahasiswa yang kelabakan butuh publish artikel dengan cepat. Para predator mematok harga tinggi dengan iming-iming cepat publish di jurnal yang akreditasi Sinta-nya tinggi (3, 2 atau 1). Selain itu mereka, para predator jurnal itu, menawarkan jasa editing gratis. Semakin menarik bukan?
(Info: jurnal predator ini beberapa bisa kita jumpai iklannya di medsos lho).
Apakah ada mahasiswa yang tergiur atau terjebak? Ada aja,
dong.
Ada 3 alasan utama kenapa mahasiswa bisa sampai terjebak
predator jurnal:
1. Pertama karena memang benar-benar tidak tahu jika
sedang berhadapan dengan predator.
2. Kedua karena memang ingin cepat publish karena
dikejar target lulus sehingga lupa atau belum sempat kroscek apakah jurnalnya asli
atau predator,
3. dan yang ketiga, alasan-alasan lain seperti
malas ribet dan ingin instan. Malas bikin akun di jurnal, malas sesuaikan
dengan template, malas revisi dan lain-lain.
Macam-macam lah pokoknya. Maka submitlah mereka ke jurnal
predator dan JREEENG! Artikel terbit dalam hitungan hari atau minggu, tanpa ada
revisi. Nah, seharusnya sejak dari sini, yaitu sejak janji-janji terbit cepat,
kita sudah harus curiga bahwa ada yang tidak beres dengan jurnal tersebut.
Sebab jurnal yang baik tidak akan pernah terbit cepat. Jurnal yang baik akan mengadakan
peer review terlebih dahulu, yaitu review dan revisi beberapa kali sampai
artikel dinyatakan layak terbit.
Yang paling sukses bikin kecewa dari jurnal predator adalah ketika mereka mengirimkan bukti terbit, yang selanjutnya oleh mahasiswa meneruskan bukti tersebut pada Prodi atau dosen. Nah setelah prodi atau dosen memeriksa kualitas jurnal, dinyatakanlah bahwa jurnal tersebut tidak rekomended. Lambang atau sertifikat akreditasi Sinta 6,5,4, 3, 2 bahkan 1, yang tertera di web si jurnal predator hanyalah gambar tempelan semata. Setelah di kroscek di Dikti, jurnal tersebut tidak terakreditasi Sinta alias zonk.. Nangis nggak tuh? Ya Nangislah, udah keluar biaya banyak, bisa jutaan lho, eh ternyata artikelnya dimuat di jurnal yang Sinta -nya tidak terdaftar.
Begitulah cara jurnal predator bekerja mencari mangsa. Maka berhati-hatilah wahai civitas akademika, terhadap jurnal predator. Sebaiknya cek-ricek dahulu sebelum
submit artikel di sebuah jurnal. Biasanya ciri khas jurnal predator adalah meminta
biaya publikasi tinggi (biasanya dengan nominal yang jauh lebih tinggi dari biaya publikasi jurnal asli) yang diiringi iming-iming janji terbit cepat dan free jasa
editing atau revisi. Menggiurkan memang, terutama bagi mereka yang kelabakan ingin
segera publish cepat dan malas mengikuti prosesnya.
Yang juga menjadi catatan penting di sini, jurnal predator adalah segelintir wajah
muram pendidikan kita. Mereka mengambil keuntungan di atas penderitaan para civitas
akademik, apalagi jika misalnya para mahasiswa, guru atau dosen sebagai civitas akademik telah dengan penuh dedikasi
merampungkan paper mereka. Nyesek banget.
Tapi kalau dipikir-pikir, suburnya pertumbuhan jurnal predator pun bisa jadi, juga tak lepas dari adanya oknum-oknum akademik yang ingin instan itu tadi, yaitu mereka-mereka yang ingin punya karya terbit tapi malas ikuti proses. Istilah ekonominya: di mana ada permintaan, di situ ada penawaran.
Aku jadi ada suudzon nih. Suudzon sebagai orang awam ya, karena
toh aku bukan siapa-siapa, karyaku juga masih belum ada apa-apanya, kok
berani-beraninya suudzon (anda bisa abaikan ke-suudzonan aku ini). Yaitu berita
yang viral belakangan tentang jual beli jabatan professor, apakah termasuk
salah satu penyebab semakin suburnya jurnal predator? Banyak yang ingin jabatan
professor tapi enggan ikut alur dan ingin instan? Jawabnya: Wallahua’lam. Tentu kita pun harus
akui bahwa masih banyak civitas akademik, mahasiswa, guru, dosen, penulis, peneliti dan profesor yang benar-benar berdedikasi, Mereka mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga
bahkan mengeluarkan kocek sendiri dalam menulis paper yang bermanfaat.
Demikianlah catatan ini ditulis. Mohon maaf bila ada salah kata. Terima kasih telah membaca. Doakan aku semoga Allah beri keistiqomahan dan kemudahan dalam menulis.
Catatan tambahan: Tips memilih jurnal akreditasi Sinta yang terpercaya, carilah jurnal yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan, negeri atau swasta (Unversitas atau yayasan pendidikan), Lembaga Penelitian (BRIN) atau dari Kementerian. Pastikan akreditasi Sinta-nya asli, anda bisa mengecek secara online di Web Sinta Kemendikbud.
Comments
Post a Comment